Indonesia Re Dukung Stabilitas APBN Lewat Strategi Pembiayaan dan Asuransi Risiko Bencana

Wartawan Tribun News Koirul Arfin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia memiliki tingkat risiko bencana yang tinggi, sehingga strategi pembiayaan risiko bencana yang memadai dan berkelanjutan menjadi prioritas utama.

Jika rata-rata nilai kerugian ekonomi akibat bencana alam di Indonesia dihitung sebesar Rp 22,9 triliun per tahun, maka diperlukan rencana strategis untuk menciptakan alternatif pembiayaan rekonstruksi bencana yang dapat mengurangi beban APBN yang terbatas.

Sebagai upaya optimalisasi pengalihan risiko melalui asuransi dan reasuransi, Indonesia mengadakan sesi kemitraan rencana bisnis industri asuransi pada Kamis, 2 Mei 2024, untuk menyusun rencana adaptasi dan diversifikasi risiko bencana nasional melalui program asuransi wajib dan reasuransi nasional.

Program asuransi wajib dan reasuransi tersebut bertujuan untuk mengurangi dan memulihkan potensi kerugian, khususnya pada saat terjadi bencana yang berdampak ekonomi terhadap masyarakat luas.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Deputi Bidang Mitigasi Risiko Lembaga Keuangan dan Alat Mitigasi Risiko DJPPR, Tony Prianto; Rita Heilbron, Analis Pusat, Pusat Kebijakan Regional Bilateral, dan Tumbu Harpan Jaya, Kepala Divisi Pengurangan Risiko, BPDLH, menghadiri pendekatan hibrida.

Sebagai perusahaan reasuransi milik negara, Indonesia Riley mendukung penuh kebijakan pemerintah. Salah satunya mempertimbangkan perlunya membuat rencana produk asuransi wajib di Indonesia yang merupakan amanat dari Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UUP2SK) yang diumumkan pemerintah.

Perusahaan umumnya aktif menegosiasikan rencana pengalihan risiko untuk melindungi masyarakat Indonesia.

Selain itu, koordinasi dan pemantauan dengan Kementerian Keuangan mengenai perlunya meningkatkan pemahaman perencanaan dan posisi bisnis di industri asuransi untuk membantu mengembangkan rencana adaptasi dan diversifikasi risiko bencana nasional.

“Kegiatan ini merupakan wujud dukungan penuh Ricoh Indonesia terhadap seluruh kebijakan pemerintah,” Delil Khairat, Direktur Teknis Operasi Ricoh Indonesia, dikutip Senin, 7 Mei 2024.

Ia mengatakan, sebagai perusahaan reasuransi, perusahaannya akan berperan membantu industri asuransi, jasa keuangan, dan stabilitas perekonomian nasional sebagai tenaga cadangan untuk mengurangi risiko perusahaan asuransi. Bencana alam telah menimbulkan kerugian bagi masyarakat.

“Strategi ini diharapkan dapat diterapkan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan yang tidak terduga, menjamin stabilitas keuangan negara secara tepat waktu dan tepat sasaran, berkelanjutan dan transparan,” kata Dalil Khairat.

Penetapan prioritas dan implementasi strategi pembiayaan dan asuransi risiko bencana harus selaras dengan dinamika peraturan dan kesiapan (enabling environment) dari berbagai pemangku kepentingan kebijakan, khususnya keadaan industri asuransi dalam negeri.

Ke depan, keterlibatan Ricoh Indonesia diharapkan dapat berkontribusi dalam memperluas peran berkelanjutan perusahaan dalam membangun bisnis di industri asuransi, mengembangkan rencana untuk mengadaptasi dan mendiversifikasi risiko bencana nasional melalui program asuransi wajib nasional dan reasuransi. Delil Dr.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *