Tribun News.com, Jakarta – Meski identitas terdakwa beserta lokasinya sudah lengkap, polisi masih kesulitan menangkap pelaku tindak pidana pembunuhan gadis penjual gorengan di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Mengapa?
Berdasarkan informasi yang dihimpun, ada sekitar satu orang yang didakwa melakukan tindak pidana tersebut.
Namun polisi sejauh ini gagal menangkap terduga pelaku.
Kabid Humas Polda Sumbar Kompol Paul Diwi Sulistiwan mengatakan, pelaku dalam kasus ini diduga adalah orang yang sama dan sudah diketahui identitasnya.
“Sekarang tim khusus sudah mengejar pelakunya, kami berdoa agar dia segera ditangkap,” ujarnya.
Identitas pelaku yang diduga melakukan tindak pidana di pesta tersebut diketahui berdasarkan hasil penyidikan, sejak ditemukannya jenazah gadis penjual benur kemarin (9 Agustus 2024).
Identitas pelaku yang diduga melakukan tindak pidana tersebut mulai terungkap ketika pihak menemukan banyak barang bukti mulai dari pakaian hingga pakaian dan sepatu korban.
Selain alat bukti, polisi juga meminta keterangan beberapa orang saksi, mulai dari saksi yang hadir di TKP hingga saksi yang hadir di tempat korban berbelanja pada hari korban tidak pulang ke rumah dan dilaporkan hilang.
– Kami memimpin pengejaran, tapi tersangka ini sangat cerdas karena dia tahu medannya dengan baik – katanya.
Timeline Pembunuhan Nia: Nia sebelumnya dikabarkan menghilang pada Jumat (6/9/2024) lalu saat berjualan gorengan di kawasan tersebut. Nia sendiri berjualan gorengan mulai pukul 16.00 WIB hingga 18.00 WIB. Namun hingga pukul 20.00 WIB, Nia belum juga kembali ke rumah dan membuat keluarganya khawatir hingga memutuskan untuk mencarinya. Kabar hilangnya Nia membuat heboh masyarakat Nagari Guguak, 2×11 Enam Lingkung hingga membantu mereka mencari gadis penjual gorengan tersebut. Namun sejak pukul 23.00 WIB hingga 04.00 WIB, tidak ada hasil penggeledahan warga. Kemudian keesokan harinya (7/9/2024) untuk mencari gorengan, tak jauh dari lokasi rumahnya, mereka berkumpul di antara sop dan botol luar angkasa. Warga yang melihat hal tersebut menduga kuat Nia yang melakukan tindak pidana tersebut. Setelah itu, para penggarap dan kolektif menemukan pakaian Nija di seberang tempat ditemukannya barang tersebut. Akhirnya warga menemukan tumpukan tanah berwarna merah dan ikat rambut Nia. Kemudian jenazah Nia ditemukan terkubur di dalam tanah tanpa sehelai pakaian pun. Setelah jenazah Niya ditemukan, pihak berwenang langsung membawanya ke RS Bayangkara untuk diautopsi. Jenazah Nia kini dimakamkan di kuburan suku dekat kediamannya. Kapolsek AKBP Padang Pariaman Ahmed Faisol mengatakan Amir Nia menjadi korban pembunuhan dan kekerasan paksa.
Mimpi yang terkubur
Nia Kurnia Sari dikenal sebagai anak mandiri dan pekerja keras, meski berasal dari keluarga bermasalah.
Sebagai putri kedua dari empat bersaudara, Nia tumbuh dengan mudah. Ibunya, Eli Marlina, adalah orang tua tunggal yang menghidupi anak-anaknya dengan berjualan gorengan lokal.
Nia membantu meringankan beban keluarga dengan berjualan barbeque setiap sore sepulang sekolah.
Dari berjualan gorengan, Nia bisa mendapatkan penghasilan tambahan yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari keluarga termasuk membeli bahan makanan dan perlengkapan rumah tangga.
Nia mempunyai impian besar untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Dia bermimpi untuk kuliah dan berharap dapat membantu keluarganya keluar dari jurang kemiskinan.
Nia adalah orang yang pekerja keras dan cerdas; Ia juga berprestasi di sekolah dan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti Silat. Nia mencoba menabung hasil penjualannya untuk membeli laptop guna membiayai studinya.
Sebagai mahasiswa, Nia dikenal baik hati dan suka membantu teman-temannya yang paling membutuhkan.
Meski sering berasal dari keluarga miskin, ia meminjamkan uang kepada temannya. Nia akan sangat dirindukan oleh para guru dan teman-teman di sekolahnya yang selalu ceria, pekerja keras, dan penuh semangat dalam mencapai cita-citanya.
Meninggalnya Nia meninggalkan luka yang mendalam di keluarganya, namun ia memiliki tekad yang kuat untuk membawa masa depan yang lebih baik bagi masyarakat yang mengenalnya sebagai gadis mandiri.
Keluarga Nia ingin pelakunya dihukum seberat-beratnya
Keluarga Nia sangat terpukul dengan kematian Nia. Ellie Marlina, ibu Nia, mengatakan tidak akan ada perdamaian sampai pembunuh putrinya ditangkap dan dihukum berat.
Eli berharap polisi segera menangkap pelaku kematian putri keduanya.
Ia juga mengupayakan hukuman mati bagi orang yang melakukan kejahatan tersebut. Pasalnya, dia memperlakukan Nia dengan sangat kejam dan tidak manusiawi.
Semakin Nian mengingat masa depan Eli yang seharusnya cerah, semakin dia merasa sedih dan tersesat.
Keluarga besar Nia pun berharap keadilan ditegakkan. Mereka menilai Nia bukanlah korban perampokan, melainkan korban kejahatan cabul.