Populer Internasional: Ekonomi Israel Memburuk – Alasan Serangan Iran ke Israel Memakan Waktu Lama

TRIBUNNEWS.COM – Rangkuman berita populer Tribunnews di saluran internasional bisa dilihat di sini.

Israel melancarkan perang psikologis untuk menjatuhkan Iran, namun perekonomiannya jauh lebih buruk.

Sementara itu, pejabat keamanan Israel menyatakan agresi militer di Gaza untuk sementara telah berakhir.

Untuk lebih jelasnya, berikut berita internasional terbesar dalam 24 jam terakhir. 1. Perang psikologis yang dilakukan Netanyahu berdampak negatif, bahkan lebih parah lagi perekonomian Israel. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenakan helm pelindung dan rompi anti peluru.  (khaberni)

Perang psikologis yang dilakukan Israel justru membuat keadaan negara Yahudi menjadi genting.

Perang psikologis yang dilakukan pemerintahan Benjamin Netanyahu dilancarkan untuk mendukung Barat dengan mengeluarkan sanksi dan ancaman untuk mematahkan pola pikir pihak-pihak yang bersekutu dengan Iran.

Namun, pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei bersikeras bahwa dia akan menyerang Israel jika tidak ada hasil damai dalam rencana perundingan di Gaza.

Namun sekutu Iran, Houthi dan Hizbullah, terus menembakkan senjata ke Israel.

Akibatnya, Israel kini berada dalam gejolak ekonomi yang serius. Aktivitas perekonomian negara Zionis lumpuh.

BACA LEBIH LANJUT >>> 2. Melawan Netanyahu, pejabat keamanan Israel menyatakan agresi militer di Gaza pada: Hamas menang?

Lebih dari 10 bulan setelah serangan pendudukan Israel di Gaza dimulai, pejabat keamanan pendudukan Israel mengumumkan bahwa operasi militer di Gaza telah “selesai”, menurut laporan Otoritas Penyiaran Ibrani, lapor KAN di RNTV, Sabtu (17/8/2024). ). .) ).

Namun, para pejabat Israel bersikeras bahwa tentara pendudukan Israel (IDF) “bisa masuk kembali ke Gaza ketika informasi intelijen baru tersedia,” seperti dilansir Hebrew Broadcasting Authority.

“Pembentukan keamanan pendudukan Israel telah memberi tahu para pemimpin politik di Tel Aviv bahwa waktunya telah tiba untuk perjanjian pertukaran tahanan,” kata laporan itu.

BACA LEBIH LANJUT >>> 3. Serangan Iran terhadap Israel Seiring berjalannya waktu, operasi intelijen di Tel Aviv akan setara dengan yang dilakukan di Teheran.

Situs web Amerika Serikat (AS) “Oil Price” mencoba menjawab pertanyaan yang saat ini diajukan tentang lambatnya pembalasan Iran dan tanggapan yang diumumkan terhadap pembunuhan pemimpin Palestina Ismail Haniyeh Israel.

Situs web tersebut mencantumkan sejumlah ancaman awal pembalasan Iran terhadap Israel, termasuk ancaman dari Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei.

“Ada dugaan bahwa serangan oleh Iran atau Hizbullah akan terjadi dalam dua minggu terakhir, dan prediksi ini telah menimbulkan histeria baru di media sosial,” demikian bunyi laporan Khaberni, mengutip laporan media AS, Sabtu (17/08/2024). . ).

Para analis mengatakan gagasan bahwa Iran menunda pembalasan karena mereka memperkirakan dampak psikologis yang akan ditimbulkannya lebih merupakan pembenaran daripada strategi yang masuk akal.

“Laporan harga minyak mengatakan bahwa ada konsensus di antara para analis bahwa perselisihan internal yang intens, kompleksitas koordinasi dengan proxy dan penilaian risiko yang terkait dengan serangan berkontribusi terhadap keengganan Iran,” tulis Khaberni tentang mengapa pembalasan Iran terhadap orang-orang Israel tertunda.

BACA LEBIH LANJUT >>> 4. Amerika menyiapkan rudal AIM-174B untuk menghancurkan pesawat angkatan udara Tiongkok, memperkirakan akan terjadi perang di Laut Cina Selatan.

AS telah mengembangkan rudal udara-ke-udara terbaru dengan jangkauan hingga 400 km.

Hal ini dilakukan Amerika sebagai respons terhadap ketegangan di Indo-Pasifik dengan China yang juga terus meningkatkan kemampuan militernya.

Kehadiran rudal AIM-174B diharapkan dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi militer AS dan sekutunya dibandingkan militer China.

Dalam tulisannya, Sakshi Tiwari, seorang analis pertahanan dari India, menjelaskan bahwa dalam peperangan modern, kemampuan melakukan serangan jarak jauh menjadi hal yang penting secara strategis.

“Terutama ketika musuh Anda adalah Tiongkok yang memiliki jaringan anti-akses/penolakan area (A2/AD) yang canggih di pantainya, mengklaim wilayah udaranya hampir tidak bisa ditembus,” tulisnya di Eurasian Times.

BACA LEBIH LANJUT >>>

(tribunnews.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *