TRIBUUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga pangan akibat perubahan iklim.
Informasi tersebut diungkapkan Banjaran Surya Indrastomo, Kepala Ekonom Bank Islam Indonesia (BSI).
“Dari awal tahun ini hingga tahun lalu kita terkena dampak fenomena anti El Niño. Kita kehilangan pola panen yang selalu berubah,” ujarnya dalam keterangannya, Rabu (17 Juli 2024).
Ia menjelaskan, Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga pangan. Perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir juga telah meningkatkan risiko krisis pangan.
Ia memperingatkan dampak berbahaya dari perubahan iklim, seperti La Niña yang menyebabkan harga pangan melonjak. Termasuk nasi
Menurut dia, fenomena perubahan iklim seperti La Niña menyebabkan hilangnya musim panen.
Oleh karena itu, dampak perubahan iklim pada akhirnya akan menurunkan produksi pertanian di negara tersebut.
Dia mengakui bahwa dampak perubahan iklim akan menyebabkan pemerintah kembali mengaktifkan pasokan impor.
Terakhir, ada penurunan produksi dalam negeri di bidang pertanian dan sebagainya, artinya kita juga mengimpor beras pada tahun lalu atau awal tahun ini, imbuhnya.
Sekadar referensi, catatan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sebanyak 376.791 ton beras impor masuk ke Indonesia pada Juni 2024. Persentase dibandingkan Juni 2023.
Pada tahun 2023, Indonesia akan mengimpor beras sebanyak 3,06 juta ton.
Jumlah ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.
Harga beras pandan wangi medium di Cipinang pasar beras utama di Jakarta Timur. bangkit
Tercatat kisaran harga beras premium Rp 15.000/Kg, medium Rp 12.000-Rp 13.000/Kg, dan kisaran harga tertinggi Rp 19.000/Kg untuk beras aromatik.
Hal ini berdasarkan daftar harga Badan Pangan Nasional atau Bapanas.
Pada panel referensi, beras dijual dengan harga menengah sebesar Rs 15.670, naik sebesar Rs 90.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Kementerian Pendidikan Demokrasi (SDR) Hari Purwanto membeberkan fakta terkini skandal impor beras.
SDR telah melaporkan skandal impor beras ke NACC.
“Dari informasi yang kami temukan, harga rata-rata cost-in-insurance-and-freight (CIF) untuk beras adalah $660.
Sementara itu, Direktur Pelaksana Kajian Politik dan Kebijakan (PEPS) Anthony Budiawan juga mengungkapkan kalkulasinya jika impor beras ditingkatkan pada 2023 dan Januari hingga April 2024 maka kerugian nasional mencapai 4,83 juta ton.
Impor beras tahun 2023 sebanyak 3,06 juta ton, dan Januari-April 2024 sebanyak 1,77 juta ton, totalnya 4,83 juta ton. Jika model kenaikan harga ini diikuti dari tahun 2023 menjadi US$117 per ton, maka kerugian negara mencapai 1 juta ton. ton.