KY Ungkap Alasan Diskresi Dua Calon Hakim Kamar TUN Khusus Pajak Tak Penuhi Syarat

Laporan reporter Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Komisi Yudisial (KY) membeberkan beberapa alasan penggunaan diskresi berupa belas kasihan kepada dua calon hakim Mahkamah Agung di Kamar Khusus Tata Usaha Negara (TUN) Pajak yang tidak memenuhi syarat.

Soalnya Komisi III DPR RI menolak 9 calon hakim agung dan 3 calon hakim hak asasi manusia ad hoc di Mahkamah Agung (MA) yang direkomendasikan KY.

DPR mengungkapkan, dua calon hakim agung di Kamar Pajak Administrasi Khusus tidak memenuhi syarat minimal usia calon hakim.

Anggota sekaligus Juru Bicara KY, Mukti Fajar Nur Dewata mengatakan, keputusan tersebut merupakan keputusan paripurna untuk merelaksasi persyaratan administratif atau diskresi berdasarkan Pasal 22 UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi.

Keputusan tersebut diambil oleh panitia seleksi (pansel) dengan mempertimbangkan dua alasan, hakim pajak merupakan jenjang karir yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung memerlukan pengalaman minimal 20 tahun sebagai hakim. hakim 

Sebaliknya, kata dia, pengadilan pajak baru berdiri pada tahun 2002 dan berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, usia minimal yang diwajibkan untuk menjadi hakim pajak adalah 45 tahun. 

Oleh karena itu, tidak ada hakim pajak yang berpengalaman menjadi hakim selama 20 tahun. Berdasarkan data KY, hakim tertua di Pengadilan Pajak hanya berpengalaman 15 tahun sebagai hakim, kata Mukti, dalam keterangannya, Kamis (29/ 8/2024).

Alasan lainnya, kata Mukti, MA sangat membutuhkan hakim pajak khusus TUN. 

Menjelaskan keadaan saat ini, ia mengatakan saat ini backlog perkara perpajakan lebih dari 7.000 dan Mahkamah Agung hanya memiliki 1 hakim khusus Mahkamah Agung Pajak TUN. 

Sementara itu, pemohon calon hakim agung di Kamar Pajak TUN khusus ada batasnya, sehingga opsi ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan Mahkamah Agung.

Selain ketentuan tersebut, anggota KY ini menjelaskan, seleksi calon hakim agung sudah ada presedennya di masa lalu, dengan persoalan yang sama, yakni pengangkatan empat hakim militer MA yang belum memenuhi 20 . tahun yang diperlukan.

Lebih lanjut, Mukti mengatakan KY saat ini sedang menunggu surat resmi dari Komisi III DPR terkait penolakan seluruh calon hakim agung dan calon hakim ad hoc HAM di MA pada tahun 2024. 

Nanti suratnya akan diserahkan ke paripurna untuk diputuskan posisi kelembagaan KY, kata Mukti.

Sebelumnya, Komisi III DPR RI tidak menyetujui seluruh calon hakim agung dan calon hakim ad hoc HAM yang direkomendasikan Komisi Yudisial (KY).

Hal itu ditegaskan Ketua Komisi III DPR Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul pada Rapat Internal Komisi III DPR RI yang membahas calon hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung (MA), di Gedung DPR. Gedung DPR, Jakarta, Rabu (28/8/2024).

Berdasarkan pendapat fraksi-fraksi yang dibacakan dan dipertanyakan kembali oleh masing-masing kelompok dan pimpinan, Komisi III DPR RI tidak memberikan persetujuan penuh terhadap calon hakim agung dan calon hakim hak asasi manusia ad hoc di Mahkamah Agung. Sidang tahun 2024 direkomendasikan Komisi Yudisial DPR RI,” kata Pacul, dikutip dari laman YouTube Komisi III DPR, Rabu.

Diketahui, Komisi Yudisial merekomendasikan total 12 calon hakim agung dan calon hakim HAM ad hoc DPR. Hal itu tertuang dalam surat bernomor 1653/PIM/RH.01.07/07/2024.

Selain itu, Pacul memastikan kepada seluruh peserta rapat internal Komisi III terkait usulan Fraksi Demokrat dan Fraksi PKS agar DPR akan memanggil KY untuk mempertanggungjawabkan proses pemilihan hakim yang diduga melanggar peraturan perundang-undangan. .

Lalu mengenai usulan pemanggilan KY ke sana dan memberi teguran, apakah Fraksi Demokrat dan Fraksi PKS menyetujuinya? tanya Pacul.

“Saya setuju,” jawab seluruh peserta rapat.

Sebelumnya, uji kelayakan dan kepatutan DPR terhadap calon hakim agung dijadwalkan digelar kemarin, Selasa (27/8/2024). Namun Komisi III DPR RI memutuskan menunda proses tersebut karena menilai kedua calon hakim agung tersebut tidak memenuhi syarat sesuai undang-undang yang berlaku.

“Tim Partai Gerindra menelusuri ada dua calon hakim agung yang tidak memenuhi syarat usia 20 tahun untuk menjadi hakim, satu orang baru menjabat hakim selama delapan tahun, satu lagi baru berusia 14 tahun,” kata Wakil Ketua Komisi III DPR Habiburokhman. 

Ia kemudian mengatakan, ada indikasi panitia seleksi (pansel) calon hakim agung dan calon hakim HAM ad hoc melanggar aturan karena diberi opsi untuk meneruskan dua calon hakim ketua MK. yang tidak memenuhi persyaratan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *