Tentara Zionis Diduga Berkonspirasi untuk Gulingkan Netanyahu, Istri PM Israel Singgung Kudeta

TRIBUNNEWS.COM – Istri Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Sara Netanyahu, mengklaim militer Israel menginginkan kudeta terhadap suaminya.

Pernyataan itu disampaikan Sara saat bertemu dengan keluarga warga Israel yang disandera Hamas.

Haaretz mengutip The Times of Israel yang mengatakan, “Dalam pertemuan tertutup dengan keluarga sandera, Sara menuduh para pemimpin militer ingin melakukan kudeta terhadap suaminya.”

Menurut Haaretz, Sara berkata: “Pasukan Israel mencoba melakukan kudeta militer terhadap suami saya.

Namun, kantor Netanyahu membantah laporan Haaretz dan menyebutnya sebagai “kebocoran palsu.”

Menurut Haaretz, Sara pun memberikan penjelasan usai menyinggung tuduhan kudeta.

Dia mengatakan dia tidak percaya pada kepemimpinan militer, tapi tidak pada Pasukan Pertahanan Israel (IDF) secara umum.

Sara mengatakan, keluarga sandera sangat khawatir karena kerabat mereka saat ini bergantung pada tentara Israel.

Kantor Netanyahu mengatakan Sarah akan terus berupaya untuk membebaskan semua sandera.

Mengutip Anadolu Agency, Sara bukan satu-satunya anggota keluarga Netanyahu yang melontarkan tuduhan serupa.

Putra Netanyahu, Yair Netanyahu, juga melontarkan tuduhan serupa pada pertengahan bulan ini.

Yair menuduh militer dan badan keamanan Shin Bet “mengkhianati” serangan Hamas pada 7/10/2023.

“Apa yang coba mereka sembunyikan? Dia menulis di media sosial X: ‘Jika kecurangan tidak terjadi, mengapa mereka takut dengan pihak luar dan penyelidikan independen atas apa yang terjadi?’

“Mengapa para pemimpin militer dan intelijen terus mengklaim bahwa Hamas telah digagalkan? ‘Di mana Angkatan Udara pada tanggal 7 Oktober,’” tambahnya.

Dalam beberapa bulan terakhir, banyak pejabat militer, keamanan dan politik yang dianggap bertanggung jawab atas kegagalan mereka mencegah serangan Hamas.

Namun Netanyahu menolak bertanggung jawab. Tentara Israel menyerukan kudeta

Beberapa waktu lalu, beredar video di media sosial yang memperlihatkan seorang anggota Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang marah menyerukan kudeta militer.

Video tersebut dibagikan di platform pesan Telegram dan mulai menarik perhatian setelah diunggah oleh Yair Netanyahu, putra Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang saat ini tinggal di Amerika Serikat.

Video tersebut menunjukkan seorang tentara mendorong pemberontakan rakyat melawan Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Kepala Staf Angkatan Darat Herzi Halev.

Tentara itu menyampaikan pesan tersebut kepada Netanyahu.

“Stockist kami tidak ingin menyerahkan sesuatu yang begitu penting (Gaza) kepada Otoritas Palestina,” katanya seperti dikutip Sputnik News.

“Pikirkan baik-baik kepada siapa Anda ingin memberikan hal penting itu,” ujarnya.

“Kami ingin menang. Siapa pun yang merugikan warga Israel dan saudara-saudara kami, kami ingin menghancurkan mereka, dan Anda, Tuan Gallant, tidak bisa melakukan itu.”

Militer Israel pada Sabtu (25 Mei 2024) mengaku telah memulai penyelidikan atas video viral tersebut.

Dalam pernyataannya, militer Israel menilai pernyataan dalam video tersebut merupakan penghinaan serius.

“Suatu tindakan yang sangat melanggar peraturan dan nilai-nilai IDF dan merupakan dugaan tindak pidana,” kata NBC News mengutip pernyataan IDF.

Terkait kasus ini, Kabag Umum Operasi Militer meminta Badan Reserse Kriminal Polisi Militer membuka penyelidikan.

Kepala Staf Angkatan Darat juga menyerukan dialog di semua tingkatan.

Tentara pengancam kudeta itu terlihat membawa senapan otomatis.

Dia tampak kelelahan dan berdiri di antara reruntuhan bangunan yang hancur.

Wajahnya ditutupi topeng hitam saat dia membaca.

Dia juga menyampaikan pesan kepada Gallant.

“Anda tidak bisa memenangkan perang. Mundur. Anda tidak bisa memenangkan perang ini, Anda tidak bisa memimpin kami,” katanya.

“Kami adalah pasukan cadangan yang tidak bisa lagi pulang.”

“Bagi Anda, kami akan menunjukkan kepada Anda apa itu keputusan, kami akan menunjukkan kepada Anda apa itu kemenangan, dan kami akan menunjukkan kepada Anda bagaimana seorang Yahudi sejati menang.” Hubungan Netanyahu dengan militer telah rusak

Sementara itu, ketegangan antara Netanyahu dan otoritas militer sedang tinggi

Kedua belah pihak tidak sepakat mengenai penghapusan Hamas dan rencana untuk Gaza setelah perang.

Netanyahu terus menekankan bahwa tujuan utama perang di Gaza adalah untuk melenyapkan Hamas.

Namun, dia tidak menawarkan solusi pengelolaan Gaza setelah perang berakhir. Faktanya, ini adalah kekhawatiran militer.

Sementara itu, juru bicara militer Israel Daniel Hagari menyatakan pesimisme Hamas bisa dilenyapkan.

“Hamas tidak bisa dihancurkan. Hamas adalah sebuah ide. Mereka yang mengira Hamas bisa dilenyapkan adalah salah,” kata Hagari, Rabu (19 Juni 2024).

“Sekarang kita bisa melakukan sesuatu yang baru untuk menggantikan Hamas. Apa yang akan dilakukan? Para pemimpin politik yang akan memutuskan.” Jumlah kematian

Serangan Israel di Gaza terus berlanjut. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 37.658 warga Palestina tewas akibat serangan Israel.

Sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023, jumlah korban luka dilaporkan meningkat menjadi 86.237 orang.

Setidaknya ada 7.000 warga Gaza yang belum diketahui nasibnya dan diyakini tewas tertimpa reruntuhan bangunan.

Menurut organisasi Palestina dan internasional, sebagian besar korban tewas dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.

Gaza juga saat ini menderita kelaparan, terutama di wilayah utara. Banyak warga Palestina mati kelaparan, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak.

(Tribunnews/Februari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *