TRIBUNNEWS.COM – Masoud Pezeshkian tiba di Irak pada Rabu (11/9/2024) untuk kunjungan luar negeri pertamanya sebagai Presiden Iran.
Kunjungan Pezeskian ke Irak dilakukan dalam upaya meningkatkan hubungan antar negara yang saat ini mendapat sanksi yang semakin berat dari Barat.
Pesheshkian, yang terpilih sebagai presiden Iran Juli lalu, memulai kunjungan tiga harinya dengan pertemuan dengan Perdana Menteri Irak Shia al-Sudani.
Dalam kunjungan kerja kali ini, Pezeshkian dan delegasinya akan menandatangani serangkaian perjanjian serta membahas perang Gaza dan situasi di Timur.
Pezeshkian juga menghabiskan waktu mengunjungi peringatan mendiang Qassem Soleimani di Bagdad.
Soleimani adalah mantan kepala Pasukan elit Quds Iran, bagian dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
Dia meninggal pada tahun 2020 dalam serangan pimpinan AS di Bagdad.
Selain meningkatkan kerja sama dengan Irak, Pezeshkian juga membuat agenda negosiasi terkait perang melawan Israel di Gaza yang juga memperumit hubungan Irak dengan Amerika Serikat.
Pezeskian juga akan melakukan perjalanan ke Erbil, ibu kota wilayah Kurdi, untuk mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Kurdi, menurut kantor berita resmi Iran, IRNA.
Pada bulan Maret tahun lalu, Teheran menandatangani perjanjian keamanan dengan pemerintah federal di Bagdad setelah serangan udara terhadap pangkalan kelompok pemberontak Kurdi Iran di wilayah otonom.
Sejak saat itu, mereka sepakat untuk melucuti senjata pemberontak dan menarik diri dari wilayah perbatasan. Membangun hubungan untuk melawan Amerika Serikat
Selama kunjungan Pezeskian ke Bagdad, Iran dan Irak juga diperkirakan akan menandatangani berbagai perjanjian perdagangan, pertanian dan komunikasi, kata Kantor Perdana Menteri Irak.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengumumkan pada hari Rabu bahwa akan ada sekitar 15 nota kesepahaman pertahanan dan politik baru.
Kesepakatan yang direncanakan tersebut merupakan bagian dari upaya Iran untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara tetangga guna meringankan dampak sanksi AS terhadap perekonomiannya.
Iran adalah mitra dagang utama Irak, dan perdagangan non-minyak antara kedua negara telah melampaui $5 miliar dalam lima bulan terakhir, menurut media Iran.
Berdasarkan pengecualian reguler terbarukan dari sanksi AS, Iran mengekspor jutaan meter kubik gas alam per hari ke Irak untuk menggerakkan pembangkit listriknya.
Selain hubungan ekonominya, Iran memiliki pengaruh politik yang signifikan di Bagdad, dimana sekutu Iraknya mendominasi parlemen dan pemerintahan saat ini.
Namun, Irak juga menjaga hubungan dekat dengan Amerika Serikat, yang masih memiliki sekitar 2.500 tentara di negara tersebut sebagai bagian dari koalisi internasional melawan ISIS (ISIS).
Beberapa jam sebelum Pezeskian tiba, sebuah ledakan mengguncang sebuah pangkalan di bandara yang digunakan oleh koalisi pimpinan AS, kata pejabat keamanan Irak.
Kedutaan Besar AS di Irak mengatakan pada hari Rabu bahwa fasilitas diplomatik di bandara tersebut telah menjadi sasaran.
“Kompleks diplomatik Bagdad, fasilitas diplomatik AS, diserang,” kata kedutaan dalam sebuah pernyataan. Syukurlah, tidak ada laporan korban jiwa dan kami sedang menilai kerusakan serta penyebabnya.
(Tribunnews.com/Bobby)