TRIBUNNEWS.COM – Pada Sabtu (10/8/2024), lebih dari 100 orang tewas setelah Israel menyerang sebuah sekolah di Kota Gaza.
Sekolah ini dikelola oleh pengungsi Palestina
Menurut Al Jazeera, serangan itu dilakukan saat orang-orang sedang salat subuh yang membuat marah seluruh dunia.
Israel mengatakan Hamas dan Jihad Islam Palestina beroperasi di sekolah tersebut.
Namun Hamas membantah informasi tersebut.
Israel telah berulang kali menyerang sekolah, rumah sakit, dan universitas di Gaza.
Tanpa memberikan bukti, Israel mengatakan bangunan itu digunakan untuk tujuan militer. Peta sekolah yang rusak (Al Jazeera)
Sekolah-sekolah tersebut digunakan sebagai tempat perlindungan bagi hampir dua juta warga Palestina, dengan lebih banyak perintah evakuasi sejak perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober.
Menurut Konvensi Jenewa Keempat, sekolah dianggap sebagai objek sipil dan tidak dapat diserang
Namun, selama 10 hari di bulan Agustus, pasukan Israel menyerang lima sekolah di Kota Gaza, menewaskan lebih dari 179 orang dan melukai lebih banyak lagi. Serangan pada bulan Agustus
Menurut Al Jazeera, setidaknya 15 orang tewas dan lebih dari 29 orang terluka dalam serangan Israel di sekolah Dalal al-Mughrabi.
Dua hari kemudian, serangan terhadap sekolah Hamama dan Al-Huda menyebabkan 17 orang tewas dan lebih dari 60 orang terluka.
Pada tanggal 4 Agustus, setidaknya 30 orang tewas dan 19 luka-luka setelah Israel menargetkan sekolah Nasser dan Hassan Salameh di lingkungan Nasser di Kota Gaza.
Pada tanggal 8 Agustus, Israel mengebom sekolah Abdul Fattah Hamuda dan Az-Zahra, menewaskan 17 orang dan melukai banyak lainnya.
Serangan terburuk minggu lalu terjadi di Sekolah Al-Tabin.
Setidaknya tiga rudal menghantam sekolah tersebut, menurut koresponden Al Jazeera Hind Khodari.
Pelapor Khusus PBB untuk Wilayah Pendudukan Palestina, Francesca Albane, mengutuk serangan tersebut. Serangan sebelumnya
Pada bulan Juli, serangan terhadap sekolah-sekolah pengungsi di Jalur Gaza menewaskan sekitar 50 orang setiap minggunya.
Sekitar 85 persen gedung sekolah di Gaza hancur, dan hampir seluruh sekolah di Gaza utara rusak.
Berdasarkan data yang dihimpun United Nations Children’s Fund (UNICEF), hingga 6 Juli, terdapat 564 sekolah di Jalur Gaza yang rusak atau hancur akibat serangan Israel, dengan rincian:
– 95 gedung sekolah rusak atau hancur di Gaza utara.
– 208 gedung sekolah hancur atau terkena dampak langsung di Kota Gaza
– Deir el-Bala, 70 gedung sekolah yang ditetapkan sebagai tempat berlindung diserang dalam beberapa minggu terakhir.
– Khan Yunis, 125 gedung sekolah dihantam dan hancur.
– 66 gedung sekolah rusak atau hancur di Rafah Serangan terhadap sekolah meningkat
Ada laporan serangan Israel terhadap sekolah-sekolah yang menyebabkan ribuan orang mengungsi dalam pertempuran tersebut.
Menurut data yang dikumpulkan UNICEF, jumlah sekolah yang terkena dampak langsung akan meningkat lima kali lipat pada November 2023.
Jumlah sekolah sasaran meningkat dari 60 menjadi 340.
Jumlah anak-anak yang terbunuh selama perang juga melebihi 16.500 orang, sedangkan jumlah korban tewas di Gaza mencapai 40.000 orang. Panggilan untuk berkelahi
Sekolah-sekolah pengungsi diserang ketika dunia menyerukan untuk mengakhiri perang
Namun, serangan Israel yang terus berlanjut di Gaza dapat menggagalkan perundingan tersebut, kata para ahli.
Beberapa pihak menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berusaha melanggar gencatan senjata.
Selain itu, para analis mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tentara Israel menggunakan taktik khusus.
Tariq Keni-Shawa, analis politik di al-Shabab, jaringan politik Palestina, mengatakan militer Israel gagal membebaskan para sandera dan merugikan Hamas.
Mediator berupaya semaksimal mungkin untuk menghidupkan kembali perundingan yang terhenti, CNN melaporkan.
Perwakilan Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat akan bertemu pada Kamis (15/8/2024) untuk menguraikan rencana penerapan kesepakatan guna mengakhiri pertempuran dan membebaskan para sandera.
Presiden AS Joe Biden menyampaikan perjanjian tersebut pada bulan Mei.
Namun perbedaan pendapat yang belum terselesaikan menghambat upaya ini
Israel telah mengirimkan delegasi ke perundingan tersebut, dan Hamas telah menunjukkan minatnya terhadap kesepakatan tersebut.
Namun pada hari Selasa, Hamas memperingatkan bahwa mereka tidak akan berpartisipasi dalam negosiasi lebih lanjut.
Dr. Besem Naim, anggota kantor politik Hamas, mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada CNN.
(TribuneNews.com, Tiara Shelavy)