TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Kayan Hydro Energy (PT KHE) segera memulai pembangunan Bendungan PLTA Kayan Cascade di Kabupaten Balungan, Kalimantan Utara.
Proyek ini dinilai sangat penting untuk mendukung transisi energi Indonesia dari energi fosil ke energi hijau.
“Proyek ini sangat penting bagi Indonesia, apalagi dengan adanya transisi energi dari fosil ke energi hijau secepatnya,” kata Ako Pramanhadi, perwakilan PT KHE Holdings, yang mengendalikan PT KHE, usai jamuan makan siang bisnis mengenai peluang investasi. : Kamis (22/8/2024) di Kian Hydro Power Energy Jakarta. .
Pertemuan bisnis tersebut dihadiri oleh banyak tokoh penting, antara lain Nofumi Yasuda (Chief Representative Atocho Corporation), Mamoru Suzuka (President PT Sojitz Indonesia), Hisahiro Takeuchi (President PT Matlamat Kasira Konggeh, Marubeni Corporation Division, President, Marubeni Corporation Division ) Global Head of Electric Power Development Company Kantor Jakarta), Hiroshi Hashiuchi (Tokyo Electric Company Executive General Manager, Renewable Energy), Takeichi Muramatsu (Head of Energy Solutions, Sumitomo Corporation Indonesia), Masahiko Omisaki (Head of Project International Business) ). Tim pengembang Kansai Electric Power Co., Ltd., serta perwakilan Kedutaan Besar Jepang di Indonesia dan Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI).
Ako menegaskan, tujuan forum ini adalah untuk menciptakan kemitraan yang setara dengan Jepang.
Dia menjelaskan. “Kami berada di posisi yang sama dengan mereka, kami tidak hanya mencari investor, tetapi kami berinvestasi dan berkomitmen pada proyek ini.”
Sementara itu, Koordinator Kementerian Perekonomian RI, Wakil Menteri Kerja Sama Ekonomi Internasional Idi Preo Pambudi yang turut hadir menegaskan, perolehan izin bukanlah permasalahan utama dalam proyek ini. namun sungai tersebut dikelola sebagai sumber energi pembangkit listrik tenaga air.
“Pengelolaan Sungai Kayan ini sangat penting, karena menyangkut hajat hidup orang banyak, kita tidak ingin sungai ini dikuasai pihak luar,” tegasnya.
Sementara itu, Komite Eksekutif PT KHE Stephen Kho menjelaskan, perizinan proyek PLTA Kayan Cascade sangat rumit dan dangkal karena belum ada contoh proyek sebesar ini di Indonesia atau Asia Tenggara.
“Proses perizinannya sangat lama, membutuhkan lebih dari 60 izin dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikannya,” ujarnya.
Stephen menambahkan, kendala terbesarnya adalah proyek tersebut berada di bawah kendali Indonesia.
Meski sulit, pemerintah dan PT KHE berkomitmen memastikan Indonesia tetap menjadi pengendali utama proyek ini, lanjutnya.
Lebih lanjut Dr Eddy Preo Pambudi menekankan pentingnya melestarikan kekayaan Sungai Kayan.
“Kami tidak ingin mengulangi tragedi masa lalu ketika kendali atas sumber daya penting berada di tangan pihak asing. Pemerintah akan terus mendukung KHE dalam proyek ini untuk memastikan posisi Indonesia tetap kuat dan berdaulat.”
Dengan dukungan penuh pemerintah, Proyek PLTA Kayan Cascade diharapkan dapat menjadi langkah signifikan menuju kemandirian energi Indonesia yang berbasis pada sumber daya alam berkelanjutan.