Dilansir jurnalis Tribunnews.com Lita Fabriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Industri manufaktur Indonesia masih bisa diandalkan untuk menopang pertumbuhan perekonomian nasional, karena sektor tersebut masih tetap tumbuh subur di tengah kondisi ketidakpastian global.
Sementara itu, sektor industri pengolahan nonmigas masih menjadi penyumbang PDB nasional terbesar pada triwulan I tahun 2024, dengan pertumbuhan sebesar 4,64 persen menjadi 17,47 persen dan memberikan penerimaan pajak terbesar hingga 26,9 persen.
Pada tahun 2023, berdasarkan data Bank Dunia, Indonesia akan menempati peringkat ke-12 negara manufaktur teratas dunia berdasarkan nilai tambah, dengan nilai tambah manufaktur mencapai 255 miliar dolar AS.
Pada posisi tersebut, peringkat Indonesia berada di bawah negara sekutu seperti China, Amerika Serikat, Jerman, Jepang, India, Korea Selatan, Meksiko, Italia, Prancis, Brasil, dan Inggris.
Namun peringkat Indonesia berada di atas Thailand (peringkat ke-22 dengan nilai US$128 miliar) dan Vietnam (peringkat ke-24 dengan nilai US$102 miliar).
Artinya, struktur manufaktur Indonesia lebih dalam dan merata sehingga memiliki nilai tambah lebih dibandingkan Thailand dan Vietnam yang nilai MVA-nya hanya separuh dari nilai MVA Indonesia, ”ujarnya, Selasa. 23/7/2024).
Yang juga menggembirakan adalah nilai tambah manufaktur manufaktur Indonesia pada tahun 2023 meningkat sebesar 36,4 persen atau 68 miliar dolar AS dari tahun 2022 mencapai 187 miliar dolar AS.
Hal ini menggeser posisi Indonesia dari peringkat 14 dunia pada tahun 2022 menjadi peringkat 12 dunia pada tahun 2023, kata Menperin.