TRIBUNNEWS.COM – Tentara Israel melaporkan bahwa pesawat Israel mengebom 30 lokasi di Gaza pada hari terakhir.
Menurut pernyataan militer, serangan Israel menargetkan bangunan militer, tim tempur, dan sasaran lainnya.
Dikatakan pasukan yang beroperasi di kota selatan Khan Yunis melepaskan tembakan artileri dan melancarkan serangan udara di beberapa daerah.
Tentara juga menyerbu sebuah gedung, di mana mereka menemukan sejumlah senjata, termasuk granat berpeluncur roket dan alat peledak.
Sementara itu, pasukan Israel menemukan beberapa terowongan dan membunuh beberapa senjata dengan drone di tengah Gaza, demikian pernyataan Israel yang dikutip Al Jazeera. Dokter menemukan anggota keluarganya terbunuh saat bereaksi terhadap serangan tersebut
Serangan-serangan tadi malam terus menyebabkan lebih banyak tragedi, lebih banyak kematian dan lebih banyak kehancuran.
Sebuah kejadian memilukan terjadi tadi malam di kamp Jabalia.
Ambulans, paramedis dan kru pertahanan sipil dikirim ke sebuah rumah yang dibom di kamp tersebut.
Ketika mereka tiba, salah satu paramedis menyadari bahwa itu adalah rumahnya dan keluarganya ada di dalam.
Tujuh anggota keluarganya tewas, termasuk ibu dan ayahnya.
Selama perang, para dokter melihat anak-anak mereka sendiri datang ke ruang gawat darurat.
Sementara itu, paramedis dan pengemudi ambulans mengumpulkan anggota keluarga dari lokasi pengeboman. Di manakah serangan militer terbaru Israel?
Serangan bom dan artileri terbaru Israel menghantam wilayah Gaza utara, tengah dan selatan semalam.
Menurut kantor berita Wafa, serangan tersebut meliputi:
– Pengeboman sebuah keluarga di lingkungan Daraj di Kota Gaza, menewaskan lima orang dan melukai delapan orang.
-Serangan udara di pintu masuk kota az-Zawayda di Gaza tengah, menewaskan satu orang.
– Menembak sebuah rumah di wilayah Nuseirat, menewaskan satu orang, seperti yang kami laporkan sebelumnya.
– Serangan quadcopter di timur Nuseirat, satu orang tewas.
– Penembakan rumah di distrik Zeitoun, Kota Gaza.
– Penembakan di sebelah barat Rafah.
– Pengeboman sebuah rumah di kamp Bureij.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)