‘Buku Pedoman’ Unthulektomi Disorot, Diduga Ciptakan Kultur Bullying di Kalangan Dokter Spesialis

TRIBUNNEWS.COM – Meninggalnya dr Aulia Risma Lestari (30) yang diduga bunuh diri karena menjadi korban bullying masih menjadi perbincangan hangat.

Saat ini sedang beredar buku berjudul Unthulektomi berisi pedoman bagi dokter residen di media sosial.

Dalam buku tersebut, tugas ditulis dari bawah ke atas dengan sistem hierarki.

Buku ini pun menjadi sorotan setelah Aulia, mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip), diduga mengakhiri hidupnya karena tak tahan dengan pelecehan tersebut.

Sementara itu, isi “manual” Unthulektomi bersampul merah berisi aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh calon dokter spesialis saat menjalani PPDS.

Dimana tertulis mahasiswa semester 1 hanya boleh bertanya kepada mahasiswa senior.

“Hierarki pertanyaan, tanggung jawab, tugas: smtr 1 -> smtr 2 -> smtr 3, dst,” tulis aturan tersebut dalam buku Unthulektomi, dikutip TribunJateng.com.

Pasal lain memuat aturan bahwa junior harus mendahului senior.

Para remaja juga hendaknya siap menerima pekerjaan lain dari para sesepuh.

Dari informasi yang dihimpun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan melakukan kajian terhadap dugaan panduan tersebut.

Sementara itu, dalam keterangan tertulisnya, Rektor Undip Semarang Suharmono membantah kematian Aulia akibat intimidasi.

Suharmono mengatakan Aulia memiliki gangguan kesehatan sehingga mempengaruhi proses belajarnya.

“Almarhum memiliki gangguan kesehatan yang dapat mempengaruhi proses belajarnya,” ujarnya melalui surat yang diterima, Kamis (15/8/2024).

Senada, dia menjelaskan, korban merupakan pemegang beasiswa sehingga secara administratif terikat dengan ketentuan penerima beasiswa.

“Almarhum berencana mengundurkan diri namun terpaksa karena beasiswa,” jelasnya. Aulia meninggalkan koran

Motif dan penyebab kematian Aulia masih menjadi misteri hingga polisi mengusut buku harian dokter muda tersebut.

Sementara itu, Surat kabar Aulia melakukan investigasi untuk mendalami motif dan penyebab meninggalnya mahasiswa PPDS Anestesi Undip tersebut.

Kasatreskrim Polrestabes Semarang Kompol Andika Dharma Sena membeberkan isi surat kabar tersebut.

Andika mengatakan, surat kabar Aulia menceritakan kesulitan hidup korban menghadapi konferensi dalam pembicaraan tersebut.

Isi bukunya juga tak jauh berbeda dengan cerita korban kepada ibunya tentang beratnya permasalahan di universitas.

Bahkan, korban juga menyatakan ingin keluar dari program tersebut, namun ia merupakan mahasiswa program beasiswa.

“Korbannya adalah seorang mahasiswa penerima beasiswa yang beberapa kali menyatakan ingin keluar dari program tersebut.”

Namun karena ada biaya yang harus dibayar, tidak keluar, jelasnya, Kamis. Polisi masih belum berani memastikan penyebab meninggalnya Aulia

Terkait kasus perundungan yang dialami korban, Andika mengaku pihaknya tak berani berasumsi jika motif meninggalnya Aulia karena kasus perundungan di sekolah.

Andika mengaku akan memastikannya terlebih dahulu dengan melakukan klarifikasi kepada rekan kerja korban di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

“Undip juga sedang menyelidikinya sekarang sambil kita selidiki,” ujarnya.

Sebelumnya, pihak keluarga menyebut penyebab meninggalnya Aulia karena sakit.

Namun meski begitu, polisi masih menyelidiki kasus tersebut dan masih melakukan penyelidikan.

Selain mempelajari buku harian Aulia, polisi juga memeriksa bukti-bukti lain seperti narkoba, rekaman CCTV, serta harmonisasi keterangan saksi.

Andika mengatakan, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh Aulia.

Obat keras jenis Roculax ditemukan di kamar tidur korban.

“Pada tubuh korban tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan, hanya luka suntikan. Di sebelahnya ditemukan ampul (botol obat) dan masih ada ampul,” jelasnya.

Menurut dia, dosis obat keras yang masuk ke tubuh korban diperkirakan sekitar 3 sentimeter kubik (CC) atau mililiter (mL).

“Ini masih dugaan, nanti dokter pemeriksa akan memeriksa secara pasti jumlah obat yang masuk ke tubuh korban. Diduga korban meninggal karena narkoba,” ujarnya.

PENOLAKAN TANGGUNG JAWAB

Berita di atas tidak dimaksudkan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa.

Bunuh diri bisa terjadi ketika seseorang mengalami depresi dan tidak ada orang yang dapat membantu.

Jika Anda mempunyai masalah yang sama, jangan menyerah dan putuskan untuk mengakhiri hidup.

Anda tidak sendirian, layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meredakan kecemasan Anda.

Ada beberapa saluran yang tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan ini.

Pembaca dapat menghubungi hotline Kementerian Kesehatan (021-500-454) atau LSM Jangan Bunuh Diri (021 9696 9293) atau melalui email jangan bunuh diri@yahoo.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribuJateng.com dengan judul Beredar Isi Panduan Unthulektomi Diduga Ciptakan Budaya Bullying Dr. Aulia Mahasiswa PPDS Undip

(Tribunnews.com/Rifqah) (TribunJateng,com/Muslimah/Andra Prabasari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *