Kawal Putusan MK, Anggy Pasaribu: Demokrasi Milik Rakyat, Bukan Cuma Penguasa

TRIBUNNEWS.COM – Demonstrasi di depan Gedung Senayan DPR Jakarta tak hanya dihadiri mahasiswa. Namun tingkat sosialnya berbeda. Tak terkecuali tokoh masyarakat.

Salah satunya, Anggy Pasaribu, khawatir DPR berencana mengubah atau membatalkan keputusan Mahkamah Konstitusi tentang UU Pilkada.

Khusus mengenai usia calon kepala daerah, harus berusia 30 tahun pada saat diangkat menjadi calon.

“Keputusan ini bersifat final dan mengikat, tidak ada rancangan undang-undang atau perubahan undang-undang yang dapat mengingkari keputusan ini. Ingatkah Anda bahwa keputusan Mahkamah Konstitusi sebelum Pilpres langsung diterapkan, mengapa sekarang hanya menggunakan satu standar dan selebihnya? . Diabaikan?” jelas Anggy di tengah aksi demonstrasi.

Ia memahami bahwa setiap agenda politik harus mencakup kepentingan masing-masing pihak.

Namun, menurutnya, manfaat tersebut tidak hanya berlaku pada golongan dan kelompok tertentu saja. Ia menyebut apa yang diperlihatkan dalam tiga hari terakhir ini merupakan pelanggaran hukum berat.

Ditegaskannya, “Ini sangat melanggar konstitusi Indonesia. Demokrasi bukan hanya milik rakyat, tapi hanya gubernur, jangan sampai pemikiran gubernur menjauhi partisipasi pemilu daerah.

Seluruh lapisan masyarakat perlu terus memantau keputusan Mahkamah Konstitusi hingga ada keputusan yang menjadi ketentuan pemilihan dan pencalonan KPU. Serta penghentian sementara bentrokan Pilkada di Jakarta.

“Ini bukan soal Anies atau Ahok atau apa pun yang terjadi di Pilkada Jakarta. Ini soal demokrasi, yang penting itu hak kita dan harus kita jaga bersama,” ujarnya.

Diketahui, tindakan mengukuhkan putusan Mahkamah Konstitusi yang dilakukan pada Kamis, 22 Agustus 2024 merupakan buntut dari DPR RI yang melakukan perubahan undang-undang pilkada pasca keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi tentang syarat-syarat bagi yang mengajukan permohonan. untuk pemilu dan kandidat. Pilkada Serentak 2024.

Diantara keistimewaan undang-undang pilkada tersebut, dalam putusan Mahkamah Konstitusi hanya ada satu butir, yaitu: partai yang tidak mempunyai kekuasaan dapat mengajukan calon mitra pemilukada.

Sementara DPR mengabaikan ruang lingkup pengangkatan dan syarat calon harus berusia 30 tahun pada saat pengesahan.

Oleh karena itu, aksi demonstrasi yang digelar di DPR merupakan respons masyarakat terhadap rapat paripurna yang mengesahkan perubahan Undang-Undang (RUU) Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

DPR diduga berencana mengubah keputusan Mahkamah Konstitusi yang menetapkan calon kepala daerah harus berusia 30 tahun saat mencalonkan diri.

Beredar kabar adanya upaya pembatalan keputusan tersebut agar Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi, bisa mundur dari kontestasi Pilkada serentak pada 2024.

Kini Keo Seng diketahui lahir pada 25 Desember 1994. Artinya, tahun ini usianya belum genap 30 tahun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *