TRIBUNNEWS.COM – Kontingen Indonesia mengalami nasib berbeda dibandingkan negara tetangga di Olimpiade Paris 2024.
Bagi Indonesia, Olimpiade Paris 2024 seperti mimpi buruk bagi para atlet Indonesia yang berjuang meraih medali.
Seharusnya, satu per satu atlet Indonesia tersingkir dan tersingkir tanpa membawa pulang medali Olimpiade di Paris.
Dari total 29 atlet yang berlaga di Olimpiade Paris 2024, sebanyak 25 atlet sudah menyelesaikan perjuangannya.
Sayangnya, dari 25 atlet yang pulang, hanya satu atlet yang mampu menyumbangkan medali untuk Indonesia.
Satu-satunya medali yang dibawa pulang Indonesia bukanlah emas atau perak, melainkan perunggu.
Medali perunggu disumbangkan Gregoria Mariska Tunjung dari cabang olahraga bulutangkis. Reaksi pemain Indonesia Gregoria Mariska Tunjung usai laga semifinal tunggal bulu tangkis melawan Ahn Se-young dari Korea Selatan pada Olimpiade Paris 2024 di Porte de la Chapelle Arena di Paris pada 4 Agustus 2024. (Arun SANKAR / AFP)
Hingga hari ini, Kamis (8 Agustus 2024), hanya tersisa empat atlet yang akan berjuang menyelamatkan nasib Indonesia di Paris.
Empat atlet tersebut, dimulai dari Veddriq Leonard (panjat tebing), Benjamin Van Aert (bersepeda), Rizky Juniansyah (angkat besi), dan Nurul Akmal (angkat besi).
Jika empat atlet tersisa tak lolos ke final, maka tradisi emas kontingen Indonesia di Olimpiade akan kembali terganggu.
Kontingen Indonesia akan mengulangi momen buruk Olimpiade London 2012 yang tidak membawa medali emas.
Berbeda dengan kontingen Indonesia, nasib beberapa atlet negara tetangga justru lebih baik dan impresif.
Misalnya, kontingen Filipina, Thailand, dan Malaysia sejauh ini mengungguli kontingen Indonesia. Pesenam Carlos Yulo dari Filipina merayakan kemenangannya usai meraih medali emas Olimpiade Paris 2024 di nomor lompat jauh putra, Minggu (4/8/2024). (Instagram Olimpiade)
Dikatakan lebih baik karena kontingen tiga negara berhasil membawa medali dengan prestasi lebih baik dan jumlah lebih banyak.
Hal ini tentu berdampak pada posisi kontingen dalam negeri yang lebih baik dalam perolehan medali.
Misalnya, Filipina adalah negara Asia Tenggara dengan peringkat terbaik sejauh ini di Olimpiade Paris 2020.
Hingga saat ini, Filipina telah meraih dua medali emas dan dua perunggu serta berada di peringkat ke-24.
Menariknya, dua medali emas Filipina berhasil diraih oleh satu atlet hanya dalam waktu dua hari.
Dan atlet yang menyumbangkan dua medali emas adalah Carlos Yulo.
Carlos Yulo sukses meraih dua medali emas setelah berkompetisi di cabang olahraga senam, khususnya lompat jauh.
Sementara Aira Villegas dan Nesthy Petecio menyumbangkan dua medali perunggu lewat tinju.
Thailand juga meraih medali emas, saat ini berada di peringkat ke-31 dalam tabel medali. Lee Zii Jia dari Malaysia kembali ke Kenta Nishimoto dari Jepang pada pertandingan perempat final putra turnamen bulu tangkis BWF World Tour China Masters 2023 di Shenzhen, provinsi Guangdong, Tiongkok selatan, 24 November 2023 (STR/AFP)
Tercatat, salah satu medali emas yang diraih Thailand diraih Panipak Wongpattanakit dari cabang olahraga taekwondo.
Di cabang olahraga lainnya, Thailand berhasil mengamankan setidaknya dua medali perak dan dua perunggu.
Jadi, total Thailand meraih lima medali, terbanyak sebagai wakil Asean.
Thailand meraih dua medali perak di cabang bulu tangkis dan angkat besi, disusul dua medali perunggu di cabang tinju dan angkat besi.
Malaysia menduduki peringkat lebih tinggi meski tidak memiliki medali emas Olimpiade.
Timnas Negeri Jiran berhasil meraih setidaknya dua medali perunggu cabang olahraga bulutangkis di Olimpiade Paris 2024.
Dengan meraih dua medali perunggu tersebut, Malaysia berada di peringkat 69, unggul beberapa langkah di atas Indonesia.
Dilihat dari perolehan medali, sebenarnya posisi Indonesia tidak lebih baik dibandingkan tiga negara tetangganya di Paris.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)