Federasi Pekerja Rokok Nilai Perumusan PP Kesehatan Tidak Transparan 

Dilansir Fahdi Fahlevi, reporter Tribunnews.com.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Federasi Pekerja Makanan dan Minuman, Rokok dan Tembakau Indonesia. (FSP-RTMM-SPSI) Sudarto menegaskan positifnya pengesahan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 13 28 Tahun 2024 tentang Kesehatan.

Menurut dia, aturan tersebut berpotensi membuka peluang tumbuhnya produksi rokok ilegal.

Seperti yang dikatakan Sudarto Pihaknya kerap menyampaikan ucapan selamat kepada kementerian dan lembaga bahkan presiden agar lebih berhati-hati dalam menyusun peraturan.

Melainkan informasi dari serikat pekerja ujar Sudarto. Belum pernah mendengarnya sebelumnya.

“Namun Sangat disayangkan sangat sedikit transparansi dalam penyusunan peraturan tersebut. Informasi mengenai PP ini kami terima dari media, bahkan kami belum pernah melakukan audiensi langsung dengan Menteri Kesehatan (Menkes), kata Sudarto dalam keterangan tertulis, Jumat (16/08/2024).

Sudarto mengatakan federasi dipimpin oleh Sudarto Pihaknya tidak pernah terlibat dalam proses penyusunan rencana PP kesehatan.

Mulai dari penyusunan hingga penandatanganan peraturan final Keinginan dan dukungan dari serikat pekerja tembakau tidak pernah terkabul.

Sudarto mengaku mendengar proses koordinasi antar kementerian kurang lancar.

Faktanya, masih banyak kementerian yang belum menandatangani draf tersebut, yang menunjukkan kurangnya transparansi Kementerian Kesehatan (Kemenges).

“Ini bukti kurang transparannya persiapan dan penerimaan keputusan ini. Oleh karena itu, menimbulkan keraguan terhadap kepentingan yang mendasari pengesahan PP ini, kata Sudarto.

Sudarto menilai pengesahan PP Kesehatan 28/2024 akan memberikan ancaman serius bagi industri tembakau.

Pasalnya, kebijakan ini memiliki banyak keterbatasan yang akan berdampak buruk bagi industri tembakau dan seluruh lapisan masyarakat yang terkena dampaknya.

Seperti yang sudah banyak dibicarakan Tindakan tegas tersebut berupa larangan penjualan produk tembakau dalam jarak 200 meter dari lembaga pendidikan dan taman bermain.

Menyikapi risiko tersebut, Sudarto mengakui kliennya sedang melakukan kajian mendalam terhadap regulasi kesehatan dan integrasi internal.

Ia kini sedang mengevaluasi PP ini dan merencanakan langkah-langkah untuk mendukung urusan yudisial dan non-yudisial.

“Dalam waktu dekat Kami akan menentukan langkah selanjutnya untuk menjamin perlindungan hak-hak pekerja dan keberlanjutan industri tembakau,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *