TRIBUNNEWS.COM – Belakangan ini beredar rumor bahwa Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris adalah seorang Muslim Arab.
Saat ini Harris tengah menjadi sorotan karena menjadi sosok yang paling berpotensi menggantikan Presiden AS Joe Biden sebagai calon presiden dari Partai Demokrat.
Tapi, benarkah Harris berdarah Arab Muslim?
Menurut The New Arab, rumor tersebut tidak benar. Harris bukan orang Arab. Dia juga bukan seorang Muslim.
Rumor yang diyakini merupakan teori konspirasi Islamofobia itu kemungkinan disebarkan untuk merusak sosoknya.
Harris adalah seorang penganut Kristen dan anggota Gereja Baptis Ketiga di San Francisco. Agama keluarganya bisa dikatakan sangat beragam.
Ibu Harris, Shymala Gopalan, adalah seorang penganut Hindu. Nama “Kamala” yang melekat padanya berarti “bunga teratai” dalam bahasa Sansekerta.
Sedangkan ayah Harris, Donald Harris, adalah seorang Kristen. Suami Harris adalah seorang Yahudi. Wakil Presiden AS Kamala Harris berbicara dalam upacara penghormatan kepada tim juara National Collegiate Athletic Association (NCAA) 2023-2024, di Halaman Selatan Gedung Putih di Washington, DC pada 22 Juli 2024. (AFP/ BRENDAN SMIALOWSKI )
Dalam beberapa tahun terakhir, Harris juga dirundung rumor tentang asal usulnya.
Banyak yang mengaku dia berdarah Arab Muslim. Klaim tersebut telah beredar di media sayap kanan, namun tidak memiliki dasar faktual.
Harris lahir pada tanggal 20 Oktober 1964 di Oakland, California. Ibunya berasal dari India, sedangkan ayahnya berasal dari Jamaika.
Ia tumbuh di lingkungan multikultural yang membentuk pandangan politiknya.
Setelah mendapatkan gelar Juris Doctor dari University of California, ia mengejar karir sebagai wakil jaksa wilayah di Alameda.
Pada tahun 2003 ia terpilih sebagai jaksa wilayah San Francisco dan setelah tujuh tahun ia menjadi jaksa agung California.
Dia terpilih menjadi anggota Senat AS pada tahun 2016. Saat itu, dia adalah wanita Afrika-Amerika kedua dan wanita Amerika Asia Selatan yang menjabat sebagai anggota Senat.
Pada Pilpres AS 2020, Biden memilih Harris sebagai cawapresnya. Keduanya berhasil mengalahkan pasangan Donald Trump dan Mike Pence.
Harris kemudian menjadi wanita AS pertama yang menjadi wakil presiden dan wanita yang memegang jabatan tertinggi dalam sejarah Amerika.
Beberapa hari lalu, Biden memutuskan mundur dari pemilu presiden 2024. Ia mendukung Harris untuk menggantikannya sebagai calon presiden.
Kini Harris menjadi sosok yang paling berpotensi menjadi calon presiden dari Partai Demokrat. Ia juga didukung oleh Barack Obama, Nancy Pelosi dan keluarga Clinton.
Jajak pendapat yang dilakukan oleh Associated Press pada hari Senin menunjukkan bahwa Harris mendapat dukungan lebih dari 1.976 delegasi Partai Demokrat.
Partai Republik dan pasangan yang mereka dukung, Trump dan J.D. Vance tidak menginginkan pencalonan Harris sebagai calon presiden.
Poros ini lebih memilih bertarung dengan Biden, karena presiden petahana dinilai mudah dikalahkan.
Harris yang merupakan seorang perempuan dan memiliki latar belakang beragam diperkirakan akan menjadi sasaran para xenofobia dan misoginis.
(Tribunnews/Februari)