Juni lalu, media Tiongkok melaporkan bahwa bandara internasional yang dibangun oleh perusahaan Tiongkok akan diresmikan di Gwadar, sebuah kota pelabuhan di provinsi Baluchistan yang bergolak di Pakistan.
Menurut laporan, bandara tersebut akan diserahkan kepada pemerintah setempat pada tahun ini.
Bandara Internasional Gwadar Baru adalah bagian dari Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan, CPEC, Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok, kumpulan proyek infrastruktur dan jalur perdagangan yang dikenal sebagai BRI.
Meski diyakini dapat meningkatkan konektivitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi, banyak warga Gwadar yang menentang pembangunan bandara baru tersebut.
Dalam beberapa hari terakhir, mayoritas suku Baloch melancarkan protes massal terhadap apa yang mereka anggap sebagai eksploitasi sumber daya alam yang tidak adil. Protes massal di Balochistan
Komite Baloch Yakjehti, BYC, sebuah kelompok advokasi etnis Baloch, memobilisasi masyarakat dan mengadakan demonstrasi massal di seluruh Balochistan.
Ketua BYC Mahrang Baloch mengatakan kepada DW bahwa mereka mengorganisir “gerakan melawan genosida terhadap kelompok etnis Baloch,” dan menuduh pihak berwenang Pakistan melakukan ribuan penghilangan paksa dan pembunuhan di luar proses hukum.
“Tiongkok atau negara lain mana pun yang berinvestasi di Balochistan terlibat langsung dalam genosida kelompok etnis Baloch. Penghilangan paksa dan pemindahan di wilayah pesisir Makran sangatlah besar. Mereka menjarah sumber daya kami tanpa memberikan manfaat bagi komunitas Baloch setempat,” katanya.
Namun, militer Pakistan menyebut BYC sebagai “kelompok tepercaya” yang terdiri dari organisasi teroris dan mafia kriminal.
“Strategi mereka mengumpulkan masyarakat dengan dana asing, membuat kekacauan di kalangan masyarakat, melempar batu, melakukan vandalisme dan menentang pemerintah dengan tuntutan yang tidak masuk akal,” ujarnya kepada wartawan pekan lalu.
“Tetapi ketika suatu negara bertindak, mereka menggambarkan diri mereka sebagai korban yang tidak bersalah,” tambahnya. Peran penting Gwadar di CPEC
Tiongkok meluncurkan proyek CPEC pada tahun 2015 untuk memperluas hubungan dagang dan memperdalam pengaruhnya di Pakistan, serta di Asia Tengah dan Selatan.
Ide proyek ini adalah untuk menghubungkan provinsi Xinjiang di Tiongkok barat dengan Pakistan melalui laut.
Rute ini akan memperpendek jalur perdagangan ke Tiongkok dan membantu menghindari sengketa Selat Malaka, jalur air sempit antara Malaysia dan Sumatra yang menghubungkan Samudera Hindia dan Pasifik.
Selain itu, Pakistan akan mendapatkan keuntungan dari peningkatan perdagangan, infrastruktur dan industri di sepanjang koridor sepanjang 2.000 km, yang semuanya didanai oleh Beijing. Ayo daftar untuk buletin mingguan Wednesday Bite gratis kami. Perbarui ilmumu di tengah minggu, biar topik pembicaraan jadi lebih menarik!
Gwadar, sebuah kota nelayan kecil di Balochistan, memainkan peran penting dalam proyek ini. Kota ini dipilih untuk menghubungkan koridor tersebut dengan jaringan pelayaran global. Gwadar terletak di dekat Selat Hormuz dan perbatasan Iran.
Pelabuhan laut dalam di Gwadar selesai dibangun pada tahun 2007 dan diserahkan kepada operator Tiongkok pada tahun 2013.
Pelabuhan tersebut akan diintegrasikan ke dalam zona ekonomi khusus baru, yang akan mengubah Gwadar menjadi pusat komersial baru di pantai Laut Arab yang “belum tenang”.
Meskipun Balochistan adalah tujuan investasi Tiongkok, namun tetap menjadi provinsi termiskin dan paling sedikit penduduknya di Pakistan.
Kelompok pemberontak telah melancarkan perlawanan separatis selama beberapa dekade terakhir. Mereka mengklaim bahwa Islamabad dan pemerintah provinsi Punjab yang kaya telah mengeksploitasi sumber daya alam Balochistan secara tidak adil.
Islamabad mencoba menghentikan pemberontak secara militer.
Kelompok hak asasi manusia mengecam keras tindakan pemerintah Pakistan di wilayah tersebut. Ada banyak laporan mengenai pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh militer dan badan intelijen negara.
Kelompok etnis Baloch khawatir investasi Tiongkok di Gwadar juga akan mengeksploitasi sumber daya alamnya. Sebab, kelompok separatis Baloch juga menyasar proyek dan pekerja Tiongkok yang terlibat dalam pembangunan CPEC.
Menurut Portal Terorisme Asia Selatan, tercatat 248 insiden terkait terorisme dalam tujuh bulan pertama tahun ini, dan situasi keamanan di Balochistan masih mengkhawatirkan.
Pakar pertahanan Qamar Cheema menggambarkan situasi keamanan di kawasan itu “tidak stabil”, mengacu pada serangan massal yang dilakukan militan terhadap sasaran militer.
“Untuk menghadapi situasi ini, di mana Beijing telah banyak berinvestasi, harus ada perdamaian dan stabilitas, dan negara harus bertindak untuk mengendalikan situasi tersebut,” katanya kepada DW. Antipati etnis terhadap Baloch
Beberapa analis percaya bahwa protes massal baru-baru ini di Balochistan mencerminkan meningkatnya ketidakpuasan di kalangan penduduk setempat.
“Keterlibatan Tiongkok tidak memperhitungkan ketegangan antara masyarakat Baloch di Gwadar dan pemerintah Pakistan. Akibatnya, Beijing terjebak dalam konflik antara masyarakat Baloch dan Islamabad,” kata analis politik Malik Siraj Akbar. DW.
Kiya Baluch, seorang jurnalis dan komentator yang banyak meliput Balochistan, mengatakan kepada DW bahwa gerakan Baloch terbaru yang dipimpin oleh BYC bertentangan dengan kebijakan Beijing dan Islamabad terhadap Gwadar.
“Sepuluh tahun setelah peluncuran CPEC, janji menjadikan Gwadar sebagai kota seperti Shenzhen, Hong Kong, atau Dubai belum terpenuhi,” ujarnya.
Baloch mengatakan protes tersebut “tidak biasa”, mengacu pada jumlah perempuan yang ambil bagian dalam protes tersebut yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Belum pernah ada begitu banyak perempuan turun ke jalan untuk menuntut hak-hak mereka, tidak hanya di Balochistan, tapi di seluruh wilayah.”
(rzn/sel)