Pelanggaran Israel di Gaza Disorot saat Menlu Rusia Pimpin Pertemuan Dewan Keamanan PBB

TRIBUNNEWS.COM – Rusia bulan ini memegang jabatan presiden bergilir Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada Rabu (17/7/2024), Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov ditunjuk sebagai Ketua pertemuan Dewan Keamanan PBB yang digelar di markas besar PBB di New York.

Berbicara kepada wartawan, Lavrov mengklaim bahwa perang Israel melewati batas dan merupakan “hukuman kolektif” terhadap 2,3 juta warga Palestina di wilayah tersebut.

“Perlu ada dialog yang jujur ​​dan terbuka tentang bagaimana segera mengakhiri pertumpahan darah di Gaza dan bergerak menuju solusi jangka panjang terhadap konflik-konflik jangka panjang dan relatif baru di wilayah tersebut,” katanya.

“Sejak awal, kami sangat menghargai potensi konstruktif Inisiatif Arab untuk Perdamaian yang diluncurkan Arab Saudi pada tahun 2002,”

“Pada saat yang sama, kami menghormati keputusan beberapa negara Arab untuk menormalisasi hubungan dengan Israel sebelum menyelesaikan masalah Palestina.”

Lavrov menuduh Amerika Serikat terlibat langsung dalam konflik di Gaza dengan “memberikan perlindungan diplomatik atas tindakan Israel dan menyediakan senjata dan amunisi, seperti yang terjadi di Ukraina.”

Menurutnya, begitu dukungan AS berakhir maka pertumpahan darah akan berhenti.

Namun Amerika Serikat tidak bersedia atau mampu melakukan hal tersebut, katanya.

“Sepertinya sasarannya bukan nyawa manusia, tapi berbagai intrik untuk membantu meraih lebih banyak poin dalam kampanye pemilu.”

Lavrov juga menekankan peran penting yang dapat dimainkan oleh negara-negara Teluk dan mengacu pada pemilu baru-baru ini di Iran.

Menurut otoritas kesehatan setempat, jumlah korban tewas resmi telah melebihi 38.800 orang, dan 89.100 orang terluka.

Kekhawatiran juga muncul bahwa jumlah kematian sebenarnya bisa jauh lebih tinggi.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 38.794 warga Palestina tewas dan 89.364 lainnya luka-luka dalam genosida Israel yang berlangsung di Gaza sejak 7 Oktober.

Selain itu, setidaknya 11.000 orang yang tidak diketahui keberadaannya diketahui tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di sekitar Jalur Gaza.

Israel mengumumkan bahwa 1.200 tentara dan warga sipil tewas dalam Operasi Al-Aqsa pada 7 Oktober.

Media Israel menerbitkan laporan yang menunjukkan bahwa banyak orang Israel terbunuh pada hari itu karena ‘tembakan ramah’.

Organisasi-organisasi Palestina dan internasional mengatakan bahwa mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *