TRIBUNNEWS.COM – Seorang ahli bedah asing yang bekerja di rumah sakit Eropa dan al-Aqsa mengatakan banyak anak di Gaza yang mengalami luka serius.
Para dokter mengatakan banyak kematian, amputasi panas, dan cedera pada anak-anak disebabkan oleh tembakan roket dan peluru Israel.
Mereka juga banyak melakukan operasi terhadap anak-anak yang terkena peluru kecil tentara Israel.
“Sekitar setengah dari cedera yang saya tangani adalah anak-anak,” kata seorang dokter, dikutip The Guardian.
Para dokter ini menunjukkan bahwa pecahan peluru kecil ini meninggalkan luka tembus yang hampir tidak terlihat.
Namun peluru tersebut merusak tubuh anak-anak yang menjadi korban di Israel.
“Kami melihat banyak luka akibat puing-puing yang sangat kecil sehingga mudah terlewatkan saat Anda memeriksa pasien. Jauh lebih kecil dari apa pun yang pernah saya lihat sebelumnya, namun luka ini menyebabkan kerusakan internal yang sangat besar,” jelasnya.
Ahli bedah, Amnesty International dan pakar militer mengatakan Israel sengaja merancang senjatanya untuk menimbulkan banyak korban jiwa.
Senjata tersebut berbeda dengan senjata konvensional lainnya yang digunakan untuk membidik bangunan.
Pakar bahan peledak, yang meninjau gambar pecahan peluru dan laporan cedera dokter, mengatakan pecahan tersebut konsisten dengan bom dan peluru yang dilengkapi dengan “selongsong pecahan” di sekitar hulu ledak untuk memaksimalkan korban.
Menurut mantan teknisi pembuangan bahan peledak militer AS, Trevoll Bar, Israel menyemprot anak-anak dengan kubus tungsten dan bantalan bola yang jauh lebih mematikan.
Hal ini mengejutkan para ahli senjata.
Mengapa peluru-peluru ini diberikan kepada orang-orang, terutama anak-anak yang tidak bersalah?
“Masalahnya adalah bagaimana amunisi kecil ini digunakan,” kata Ball.
“Amunisi yang relatif kecil yang digunakan di tempat-tempat ramai, terutama tempat-tempat dengan sedikit atau tanpa perlindungan terhadap fragmentasi, seperti tempat perlindungan kamp, dapat menyebabkan kematian dan cedera serius,” katanya.
Enam dokter asing yang bekerja di rumah sakit Gaza baru-baru ini mengkonfirmasi banyaknya korban luka yang disebabkan oleh senjata pecahan tersebut.
Mereka menjelaskan, hal ini menyebabkan anak-anak tak berdosa di Gaza harus diamputasi akibat luka tembak yang dalam.
Salah satu dokter bernama Sidhwa mengatakan peluru Israel sangat rentan mengenai anak-anak.
“Anak-anak lebih rentan mengalami luka tembus karena tubuhnya lebih kecil,” jelas Sidhwa dikutip Anadolu Anjansi.
Bagian tubuh anak-anak tergolong halus karena memiliki kulit tipis yang berbeda dengan kulit orang dewasa.
“Bagian vital mereka lebih kecil dan lebih mudah rusak. Ketika anak-anak terkoyak, pembuluh darah mereka sudah sangat kecil sehingga sangat sulit untuk menyatukannya kembali. Bukan arteri yang memberi makan pada kaki, melainkan arteri femoralis. tapi kental seperti mie pada anak kecil
Mark Pelmutter, seorang ahli bedah ortopedi dari North Carolina yang juga bekerja di Rumah Sakit Eropa, mendukung komentar Sidhwa.
Ia menjelaskan betapa parahnya luka yang dialami anak-anak pasca terkena peluru Israel.
“Sejauh ini luka yang paling umum adalah luka masuk dan keluar yang berukuran satu atau dua milimeter,” ujarnya.
“Dari hasil rontgen terlihat tulang patah dengan luka tusuk di satu sisi, lubang tusuk di sisi lain, dan tulang tampak seperti ditabrak truk gandeng. Dari anak-anak yang kami tangani, sebagian besar memiliki pintu masuk dan keluar yang kecil, katanya.
Para dokter ini mengungkap kisah buruk yang menimpa anak-anak di Gaza.
Luka serius yang mereka derita akibat pecahan peluru Israel membuat hidup mereka buruk. Konflik antara Palestina dan Israel
Israel melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Lebih dari 38.000 warga Palestina tewas akibat serangan Israel selama sembilan bulan.
Israel juga mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera dan terus melancarkan serangan terhadap warga sipil di Gaza.
Lebih dari 88.000 warga Palestina terluka akibat serangan Israel.
Sementara itu, terjadi kelaparan di seluruh Gaza akibat blokade parah terhadap pengiriman makanan, air, dan bantuan.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel