TRIBUNNEWS.COM – Mossad atau badan intelijen Israel disebut-sebut memanggil pihak keamanan Iran untuk memasang bom di kamar tempat Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh menginap.
Menurut laporan terkenal media Inggris bernama The Telegraph, bom ditanam di tiga ruangan berbeda.
Dua pria Iran yang diwawancarai media mengatakan bahwa Israel mencoba membunuh Haniyeh pada Mei lalu ketika dia menghadiri pemakaman Presiden Ebrahim Raisi yang meninggal dalam kecelakaan.
Namun rencana tersebut dibatalkan karena ada banyak orang di dalam rumah dan kemungkinan kegagalannya besar.
Kedua petugas tersebut kemudian memasang bom di tiga kamar sebuah hotel yang dioperasikan oleh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) di Teheran tempat Haniyeh menginap.
Menurut petugas yang memiliki rekaman CCTV, dua agen terlihat mendekat dan memasuki ruangan dalam beberapa menit.
Kedua anggota tersebut kemudian meninggalkan Iran, namun masih memiliki teman di negara tersebut.
Rabu pekan ini, pukul 02.00 waktu setempat, bom meledak di kejauhan. Pengumuman lokasi Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh diserang pada Rabu (31/7/2024), dekat Kompleks Saadabad, Utara Teheran, Iran. (Agensi Anadolu/IRNA)
Ledakan yang menewaskan Haniyeh terjadi di Iran saat menghadiri pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian.
“Mereka sekarang percaya bahwa Mossad telah merekrut anggota dari kelompok keamanan Ansar Al Mahdi,” kata seorang pejabat IRGC kepada The Telegraph.
Ansar Al Mahdi adalah gugus tugas IRGC yang bertanggung jawab atas keamanan pejabat tinggi.
“Setelah mendapat informasi, mereka menemukan bom lain di dua ruangan berbeda,” ujarnya.
Seorang petugas di tim IRCG sangat kesal dengan kehadiran dua petugas polisi.
“Ini merupakan penghinaan terhadap Iran dan pelanggaran keamanan besar,” katanya.
Dikatakannya, dibentuk kelompok khusus untuk mengeluarkan pendapat yang menunjukkan bahwa terbunuhnya Haniyeh bukan karena alasan keamanan.
“Bagi semua orang yang masih bertanya-tanya bagaimana pembunuhan itu terjadi, saya tidak mengerti. Pasti ada sesuatu yang lebih dari itu yang tidak diketahui semua orang.”
Sementara itu, dilaporkan ada konflik di dalam IRGC. Petugas saling menyalahkan atas kegagalan mengamankan Haniyeh.
Komandan Pasukan Quds IRGC Esmail Qaani menyerukan agar banyak orang dipecat, ditangkap, dan mungkin dibunuh.
“Pelanggaran ini berdampak pada semua orang,” kata pejabat IRGC.
“Pemimpin Tertinggi [Ayatollah Khamenei] menelepon semua komandan militer beberapa kali dalam dua hari terakhir, dan dia menginginkan jawaban.”
Menurut pejabat itu, Khamenei lebih memprioritaskan pembahasan masalah keamanan daripada membalas dendam terhadap Israel. Media IRGC membantah bom itu ditanam dua bulan lalu
Sementara itu, media kenamaan Amerika Serikat (AS), The New York Times, dalam pemberitaannya menyebut bom tersebut ditanam dua bulan lalu.
Namun media Iran bernama Fars News yang berafiliasi dengan IRGC menyebut laporan itu bohong.
Kebohongan ini tersebar ketika hasil penyelidikan khusus menunjukkan bahwa Haniyeh diserang dengan senjata, yang tidak dapat menghilangkan keterlibatan rezim Zionis, kata Fars dalam pernyataan yang dikutip Iran International.
The New York Times membuat laporan tersebut setelah mengutip informasi dari lima lembaga Timur Tengah.
Media mengatakan bahwa bom itu disembunyikan di sebuah hotel di Neshat, utara Teheran, yang dioperasikan oleh IRGC.
Menurut The New York Times, bom tersebut meledak pada pukul 02.00 waktu setempat.
Bom tersebut dikatakan menyebabkan kerusakan parah, mengguncang bangunan, memecahkan jendela, dan merobek dinding.
(Berita Tribune/Februari)