TRIBUNNEWS.COM – Pada 31 Mei, Kepala Biro Politik Hamas Yahya Sinwar meminta rencana gencatan senjata seperti yang diusulkan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Hamas meminta para mediator untuk mengusulkan rencana gencatan senjata berdasarkan pembicaraan sebelumnya.
Pengumuman tersebut disampaikan Hamas melalui saluran resmi Telegramnya pada Minggu (11/8/2024).
“Kami menginginkan rencana berdasarkan proposal (Presiden Joe) Biden untuk gencatan senjata pada 31 Mei. Pada 6 Mei, mediator dari Qatar dan Mesir menyetujui Resolusi Dewan Keamanan PBB 2375,” kata Hamas, menurut Al Jazeera. .
Meskipun proposal tanggal 6 Mei disetujui oleh Hamas, dapat dipahami bahwa Israel tidak menerimanya.
Hamas juga meminta para mediator untuk menjunjung tinggi usulan 6 Mei tersebut dibandingkan mengadakan perundingan baru.
Tidak hanya itu, Hamas juga mengumumkan akan memperpanjang kelanjutan genosida Israel di Gaza jika perundingan baru diadakan.
Perlu diingat, pekan lalu para pemimpin Amerika Serikat (AS), Mesir, dan Qatar meminta Hamas dan Israel mengadakan pembicaraan pada 15 Agustus.
Perundingan rencananya akan digelar di Kairo atau Doha untuk menyelesaikan perundingan perjanjian gencatan senjata dan pembebasan tahanan di Jalur Gaza.
Juru bicara Hamas Jihad Taha mengatakan pimpinan Hamas sedang mempelajari seruan pembicaraan pada Sabtu (10/8/2024).
Ia juga mengatakan, pihak yang menghalangi usulan terbaru tersebut adalah Israel.
Menurut dia, celah dalam perjanjian gencatan senjata bisa ditutup jika Israel benar-benar mendapat tekanan.
“Menutup celah yang tersisa dalam perjanjian gencatan senjata dapat dicapai dengan memberikan tekanan nyata pada pihak Israel,” kata Jihad Taha.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan tidak akan menyetujui kesepakatan apa pun untuk mengakhiri perang di Gaza.
Saat ini serangan Israel ke Gaza masih terus berlangsung.
Israel melancarkan serangan udara di kompleks sekolah Al-Tabin di Kota Gaza pada hari Sabtu. Sekitar 100 warga sipil Palestina tewas akibat serangan udara tersebut.
Hamas juga menyebut tindakan Israel dalam pembantaian sekolah Al-Tabin merupakan bukti bahwa Israel hanya ingin meningkatkan agresinya.
Namun, Hamas mengatakan pihaknya akan tetap berpegang pada proposal yang telah disepakati sebelumnya meskipun terjadi serangan.
(mg/Ananta Arabella Andhika Putri)
Penulis magang di Universitas Sebelas Maret (UNS).