Menakar Potensi AD/ART Golkar Bisa Diubah saat Munas, Jokowi Bisa Jadi Ketum?

TRIBUNNEWS.COM – Ketua Bappilu Partai Golkar Maman Abdurrahman angkat bicara soal kemungkinan perubahan konstitusi/pasal-pasal (AD/ART) partainya saat Musyawarah Nasional (Munas) 20 Agustus 2024.

Maman mengatakan hal itu bisa terjadi karena Munas merupakan forum resmi dan tertinggi partai.

“AD/ART bisa diubah, sangat mungkin. Forum ini forum yang sah,” ujarnya di kantor Pengurus Pusat Partai Golkar, Selasa (13/08/2024), seperti dikutip Kompas.com.

Jadi, mengutip pernyataan Maman, potensi Presiden Joko Widodo (Jokowi) masuk ke pasar kursi umum Golkar semakin besar.

Dorongan Jokowi untuk menjadi Ketua Umum Partai Beringin diketahui disampaikan Anggota Dewan Pakar Partai Golkar Ridwan Hisjam saat diwawancara Direktur Berita Tribun Network Febby Mahendra Putra dalam wawancara eksklusif. YouTube di Tribunnews pada Selasa (13/8/2024).

Senada dengan Maman, Ridwan juga menyebut AD/ART bisa mengubah jalannya pertandingan Golkar.

Ia mengibaratkan saat itu undang-undang seperti MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3) juga bisa diubah, tak terkecuali AD/ART partai.

“UU MD3 hanya bisa diubah. Iso-iso engko sesuk (mungkin besok) akan datang tanggal 15 Agustus (usulan perubahan), nanti MD3 diubah. Lagipula itu hanya AD/ART,” ujarnya. Ridwan: Tidak ada kader yang lebih baik untuk menjadi Presiden Golkar selain Jokowi

Ridwan menegaskan, Jokowi adalah sosok terbaik untuk menjadi Ketum Partai Golkar.

Saya katakan dari awal tidak ada kader yang lebih baik dari Jokowi, kata Ridwan.

Ia juga menegaskan, Jokowi merupakan kader Golkar karena ia merupakan seorang pengusaha dan pernah menjabat Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) cabang Solo.

“Sejak 97, ada kader Golkar Orde Baru Jokowi. Saat itu, saya ketua HIPMI tahun 1990 hingga 1995, lalu dia manajer properti.”

“Jokowi pernah menjadi Ketua HIPMI Solo, Persatuan Mebel Indonesia atau Asmindo Solo Raya pada tahun 1997 hingga 2002, dia tidak menjadi ketua organisasi ini kecuali dia anggota Golkar,” jelasnya.

Tak hanya itu, Ridwan juga menyebut Jokowi merupakan kader Golkar saat meminta rekomendasi untuk mencalonkan diri sebagai Wali Kota Solo pada 2005, meski ditolak karena partai tersebut ingin mengajukan calon lain.

Akhirnya kami mendapat (surat rekomendasi) dari PDIP dengan syarat FX Rudy yang mewakili. Saat itulah PDIP ditunjuk, ujarnya.

Implikasi dari cerita Ridwani tentang pencalonan Jokowi adalah ia merupakan kader PDIP, sehingga ia terlebih dahulu meminta rekomendasi dari partai lain yakni Golkar.

Lebih lanjut, Ridwan juga mengklaim bahwa Jokowi merupakan kader Golkar sebagaimana kabinet saat menjadi Presiden RI periode pertama adalah kabinet kerja.

Ia mengatakan, istilah Kabinet Buruh merupakan singkatan dari Golkar yakni Golongan Karya.

“Kerja, kerja, kerja itu sopo (siapa)? Iya Golkar,” ujarnya.

Melalui cerita tersebut, Ridwan kembali menegaskan bahwa Jokowi adalah kader Golkar meski tidak memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) Partai Beringin.

Ia mengungkapkan, syarat seseorang memiliki KTA di Partai Golkar hanya jika ingin mencalonkan diri sebagai calon legislatif (calon) atau pengurus.

“Butuh waktu lima menit untuk melewati KTA di Golkar,” jelasnya singkat.

Ridwan mengatakan, hanya ada satu syarat yang harus dipenuhi Jokowi untuk menjadi Ketum Golkar, yakni prestasi, dedikasi, dan loyalitas.

Pak Jokowi sudah menunjukkan tiga syarat itu, tutupnya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto) (Kompas.com/Tatang Guritno)

Artikel lain terkait Partai Golkar dan Dinamikanya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *