TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan fase pertempuran sengit di Gaza akan segera berakhir.
Namun bukan berarti perang berakhir.
Selain itu, Netanyahu mengatakan gencatan senjata dengan Hamas pun tidak akan mengakhiri perang.
Namun, Netanyahu tidak mengatakan kapan “pertempuran sengit” yang dimaksudnya akan berakhir.
Dia hanya mengatakan pasukannya akan dikerahkan ke utara dekat perbatasan Lebanon, tempat ketegangan dengan Hizbullah meningkat.
“Saya tidak ingin mengakhiri perang dan membiarkan Hamas apa adanya,” kata Netanyahu dalam wawancara dengan Channel 14, Minggu (23/06/2024). Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (Amir Cohen/AFP/Aljazeera)
Netanyahu juga mengatakan pendudukan militer Israel di Gaza akan mencegah Otoritas Palestina mengambil kendali atas wilayah tersebut.
Sementara itu, tank-tank Israel maju ke tepi kamp Al-Mawasi dekat kota Rafah di selatan, The New Arab melaporkan.
Langkah ini dilakukan hanya beberapa hari setelah serangan Israel menewaskan sedikitnya 25 orang di wilayah yang sebelumnya ditetapkan sebagai “zona aman”. Peristiwa lainnya Perang di Gaza
Warga Palestina terbunuh akibat penembakan Israel terhadap Tel al-Sultan
Menurut kantor berita Palestina WAFA, seorang pemuda tewas dan seorang lainnya terluka akibat penembakan Israel di Tel al-Sultan, sebelah barat kota Rafah.
Pengumuman itu muncul setelah lima orang, termasuk tiga anak-anak, tewas dalam serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di kamp pengungsi Al-Maghazi di Gaza tengah.
Sebuah rudal anti-tank menghantam kibbutz di Israel utara
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan sebuah rudal anti-tank ditembakkan dari Lebanon ke Kibbutz Manara di Israel utara.
Pejabat itu menambahkan, bangunan yang terkena roket itu rusak parah.
Blinken meminta Gallant menghindari eskalasi di Lebanon
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken pada hari Senin menyerukan upaya untuk menghindari eskalasi lebih lanjut di Lebanon selama pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
Peristiwa ini menggarisbawahi pentingnya menghindari eskalasi konflik lebih lanjut dan mencapai solusi diplomatik yang memungkinkan keluarga Israel dan Lebanon untuk kembali ke rumah mereka, kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller.
Prancis dan Yordania menyerukan Israel untuk mencabut pembatasan bantuan ke Gaza. Raja Yordania Abdullah II (kanan) menyambut Presiden Prancis Emmanuel Macron (kiri) setibanya di Bandara Aqaba pada 21 Desember 2023 dalam kunjungan dua hari ke Yordania. (AFP)
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Raja Yordania Abdullah II telah meminta Israel untuk mencabut semua pembatasan darat dalam pengiriman bantuan ke Gaza yang dilanda perang, kata kepresidenan.
Badan-badan PBB telah berulang kali memperingatkan kekurangan pasokan penting di Gaza, yang diperburuk oleh pembatasan akses darat dan penutupan penyeberangan utama Rafah dengan Mesir setelah pasukan Israel merebut wilayah Palestina pada awal Mei.
Saat makan siang di Istana Elysee, Senin (24/6/2024), Macron dan Abdullah II menegaskan kembali perlunya gencatan senjata segera dan permanen di Gaza.
Mereka juga menyerukan pembebasan semua sandera, termasuk dua warga negara Perancis.
Para pemimpin menyatakan keprihatinan mendalam atas situasi di Tepi Barat dan mengutuk keras kekerasan yang dilakukan oleh para pemukim, kata Istana Elysee dalam sebuah pernyataan.
Mereka sepakat untuk terus bekerja sama untuk menemukan solusi jangka panjang dan dapat diandalkan terhadap perang berdasarkan solusi dua negara, dan menyambut baik reformasi yang dilakukan oleh Pemerintah Palestina dan mendorong mereka untuk melanjutkannya.
Berbicara tentang meningkatnya ketegangan di perbatasan Israel-Lebanon, Macron dan Abdullah II memperingatkan terhadap kebakaran besar yang akan menjadi bencana besar bagi wilayah tersebut.
Keduanya kembali meminta semua pihak untuk mengambil tanggung jawab dan menahan diri.
(Tribunnews.com, Tiara Shelawy)