Apa Hubungan antara Kompetensi Sosial dan Emosional, Modul 2.2

TRIBUNNEWS.COM – Berdasarkan dua pengamatan di atas, apa yang dapat Anda simpulkan tentang hubungan antara kecerdasan emosional, pengelolaan masalah, dan prestasi akademik siswa?

Motivasi Guru dapat menemukan pertanyaan serupa seperti di atas pada modul 2.2.

Berikut ini contoh jawabannya:

Keterampilan sosial dan emosional sangat penting untuk pemecahan masalah bagi guru dan siswa.

Hal ini karena dengan mempelajari keterampilan manajemen yang efektif, siswa menjadi lebih mampu mengelola diri mereka sendiri, mengatasi stres, dan belajar serta merespons dengan lebih baik.

Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas interaksi dan komunikasi di dalam kelas, namun juga mendukung terciptanya lingkungan belajar yang sempurna di mana setiap siswa merasa dihargai dan termotivasi untuk belajar. Beberapa pertanyaan tentang Modul 2.2

1. Selama berkarir sebagai guru, Anda pernah menghadapi tantangan, kekecewaan, kegagalan, dan apa yang Anda anggap sebagai nasib buruk yang pada akhirnya membantu Anda menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Apa yang terjadi, kapan, di mana, siapa yang terlibat, apa yang membuat Anda berpikir tentang peristiwa tersebut, dan bagaimana kejadiannya?

Beberapa tahun yang lalu, saya mempunyai masalah pribadi yang mempengaruhi kemampuan saya untuk mengajar secara efektif di kelas. Saat itulah emosi saya menjadi tidak terkendali dan saya menjadi sangat sensitif dan marah terhadap hal-hal terkecil. Saya masih ingat dengan jelas pernah marah di depan murid-murid saya karena ada murid lain yang tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Tanpa mencari tahu lebih lanjut, saya langsung bereaksi dengan emosi yang tidak seharusnya. Belakangan, saya mengetahui bahwa siswa tersebut mempunyai alasan yang sangat menyiksa, namun karena keadaan emosi saya, saya tidak memberikan kesempatan kepada siswa tersebut untuk menjelaskan.

Kejadian ini bergema di benak saya dan para siswa di kelas dan merupakan salah satu momen yang membuat saya berpikir dan merenungkan peran seorang guru. Saat itu, aku menyadari bahwa tidak bisa mengendalikan emosi dengan baik akan berdampak buruk bukan hanya padaku, tapi juga pada orang-orangku.

Pengalaman ini memberi saya pelajaran penting untuk menjadi lebih cerdas dalam mengelola emosi dan selalu siap memahami situasi siswa saya sebelum bereaksi terhadap situasi tertentu.

2. Bagaimana Anda mengatasi krisis ini? Bagaimana cara keluar dari krisis ini dan berkembang?

Menghadapi situasi ini, saya mencoba menenangkan diri dan memikirkan tindakan saya. Sebagai seorang guru, saya menyadari bahwa saya cenderung bereaksi berlebihan dalam situasi di mana saya dapat merespons dengan tenang dan rasional.

Kesadaran ini mengilhami saya untuk belajar bagaimana mengendalikan emosi saya di kelas dan menghadapi masalah pribadi yang mempengaruhi pekerjaan saya sebagai guru. Saya kemudian memutuskan untuk menjadi sangat kreatif dalam peran saya sebagai guru, berusaha melakukan hal yang benar dalam semua situasi pembelajaran dan menciptakan lingkungan kelas yang mendukung pertumbuhan dan pembelajaran siswa saya.

3. Identifikasi diri Anda setelah menghadapi tantangan.

• Hal terpenting apa yang Anda pelajari dari masalah ini?

• Bagaimana penanganan krisis ini mempengaruhi peran Anda sebagai guru?

Setelah menghadapi krisis ini, saya menyadari bahwa sebagai seorang guru, penting untuk mampu mengendalikan berbagai faktor yang muncul dalam proses pembelajaran. Saya adalah direktur desain lingkungan pembelajaran, dan peran saya adalah memastikan segala sesuatu di lingkungan berjalan dengan baik dan menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa kami.

Pelajaran terpenting yang saya pelajari adalah pentingnya mengendalikan emosi dan diri saya. Ketika saya dapat mengendalikan emosi, saya lebih siap menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan, dan saya dapat mengambil keputusan yang bijaksana dan tepat. Dengan cara ini, saya dapat menciptakan lingkungan belajar yang sempurna di mana setiap siswa diperlakukan dengan penuh rasa hormat dan dukungan untuk mencapai potensi terbaik mereka.

(Tribunnews.com/Widya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *