FBI Selidiki Klaim Peretasan Iran oleh Tim Kampanye Trump

Biro Investigasi Federal AS (FBI) mengumumkan penyelidikan atas klaim tim kampanye Donald Trump bahwa Iran meretas komunikasi internalnya.

FBI mengeluarkan pernyataan singkat yang mengatakan: “Kami ingin mengonfirmasi bahwa FBI sedang menyelidiki masalah ini.”

Namun, Teheran membantah meretas kampanye mantan presiden Amerika Serikat (AS). Awal mula insiden peretasan

Trump mengatakan pada hari Sabtu bahwa Microsoft memperingatkan tim kampanyenya bahwa Iran telah meretas salah satu situs webnya, dan menambahkan bahwa para peretas “hanya dapat mengakses informasi yang tersedia untuk umum.”

Namun, tim kampanye Trump belum memberikan bukti nyata keterlibatan Teheran.

Pada hari Jumat (09/08), sebuah laporan Microsoft merinci upaya campur tangan pihak asing dalam kampanye pemilihan presiden AS 2024.

Laporan tersebut secara khusus mengutip unit intelijen militer Iran yang diidentifikasi pada bulan Juni mengirim “email phishing,” atau upaya penipuan email, kepada pejabat senior kampanye presiden melalui akun email mantan penasihat senior yang disita.

Microsoft tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai identitas target. Tuduhan terhadap Iran yang menargetkan Trump semakin meningkat

Trump memiliki hubungan yang lemah dengan Iran selama empat tahun menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45. Masa jabatan Trump yang kedua terlihat lebih sulit.

Tuduhan terbaru muncul ketika seorang warga Pakistan yang memiliki hubungan dengan Iran dituduh merencanakan pembunuhan politik di Amerika Serikat, yang menargetkan Trump.

Mantan presiden AS tersebut menarik diri dari perjanjian tahun 2015 yang membuat Teheran setuju untuk mengekang ambisi nuklirnya dengan imbalan pelonggaran sanksi Barat. Sebaliknya, Trump menerapkan kembali sanksi, melarang perdagangan antara Amerika Serikat dan Iran.

Di bawah pemerintahan Trump, Amerika Serikat juga membunuh komandan militer Iran Qassem Soleimani dalam serangan pesawat tak berawak di Irak pada Januari 2020.

Soleimani dianggap orang kedua setelah Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, yang merupakan orang paling berkuasa di Iran.

Pembunuhan Soleimani diyakini menjadi salah satu pemicu rencana pembunuhan politik yang membuat pria Pakistan tersebut menghadapi tuntutan.

Kp/ha (AP, Reuters)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *