TRIBUNNEWS.COM – Israel meminta warga Palestina di Gaza untuk meninggalkan kota itu dan pergi ke “zona aman”.
Faktanya, Israel telah mengeluarkan perintah evakuasi udara dan selebaran tentang ke mana warga Palestina boleh pergi.
Namun sejumlah warga Palestina menolak keras perintah Israel tersebut.
Penolakan tersebut terlihat dalam video yang diunggah akun Instagram Al Jazeera Plus @ajplus.
Dalam video tersebut, dua pria bertopi terlihat mengungkapkan rasa tidak senangnya.
Mereka berdua tertawa, yang satu merobek kertas putih itu dan pergi. Lalu dia membuang kertas itu. Surat kabar tersebut diyakini merupakan pamflet Israel.
Mereka juga menjelaskan alasan penolakan mereka untuk berangkat.
“Kemana kami akan pergi? Setelah 300 hari penyiksaan, Anda (Israel) ingin kami pergi ke selatan?” tanya salah seorang pria.
“Kami lebih baik mati daripada menyerahkan rumah kami,” katanya. Selebaran yang dibagikan tentara pendudukan Israel (IDF) pada Selasa (7/10/2024) di Kota Gaza memerintahkan warga mengungsi ke selatan. (rntv/tangkapan layar)
Ada pula pria berkacamata yang menegaskan tak akan meninggalkan Kota Gaza.
“Kami tidak akan pergi sampai kematian menjemput kami. Kami akan bertahan,” pria itu tersenyum.
Lalu ada laki-laki lain yang mengaku tidak mau menaati perintah Israel.
“Meskipun kelaparan dan pengepungan, kami tidak akan pergi.
Faktanya, gadis itulah yang mengatakan bahwa dia tidak akan meninggalkan tempatnya saat ini.
– Sayang, apakah kamu ingin pergi ke selatan? seseorang bertanya dalam video.
“Tidak,” kata anak laki-laki itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan perintah evakuasi Israel hanya akan menambah penderitaan rakyat Palestina.
Sejak dimulainya perang di Gaza, Israel telah menyerang “zona aman”. Padahal, Israel sebelumnya telah meminta warga Gaza untuk mengungsi ke zona tersebut.
PBB dan organisasi hak asasi manusia mengatakan tidak ada tempat yang aman di seluruh Gaza.
Seorang jurnalis Palestina bernama Mohammad Sahin mengatakan, apa pun yang terjadi, mayoritas warga Palestina tidak akan mengungsi dari utara Gaza.
Shahih berkata, “Insya Allah kami akan mempertahankan posisi kami sampai nafas terakhir.”
Jurnalis lainnya, seorang perempuan, mengaku kecewa dengan evakuasi yang dilakukannya. Dia meminta orang lain tidak melakukan hal yang sama.
“Jangan ulangi kesalahan kami,” ujarnya.
“Aku tidak ingin kamu menderita lagi ketika kamu meninggalkan kota.”
Seorang anak Palestina juga mengatakan bahwa dia tinggal di Gaza.
“Kami di posisi kami. Kami solid,” ujarnya sambil tersenyum percaya diri. Selebaran dari Israel
Israel telah membagikan selebaran berisi perintah evakuasi bagi warga Palestina di Kota Gaza.
“Sebuah pengumuman penting bagi semua orang yang saat ini berada di Kota Gaza: Pindah ke selatan,” demikian isi selebaran tersebut.
Brosur tersebut menampilkan dua jalan menuju kamp pengungsi di Deir al-Balah dan al-Zawaida.
Ini merupakan kali kedua Israel menuntut evakuasi warga Kota Gaza.
Selama dua minggu terakhir, tentara Israel telah memasuki kembali beberapa distrik di mana mereka mengatakan pejuang Hamas telah muncul kembali.
Sementara itu, Hamas mengatakan bahwa tindakan Israel baru-baru ini di Kota Gaza mengancam atau menghambat perundingan gencatan senjata dan pertukaran sandera.
Pembicaraan dilanjutkan pada Rabu (7/10/2024) di Qatar dan dihadiri oleh kepala intelijen Mesir, AS, Israel, dan perdana menteri Qatar.
Seorang pejabat Hamas bernama Hossam Badran menuduh Israel sengaja berkolusi.
“Israel berusaha menerapkan perjanjian itu dengan mengintensifkan pemboman, deportasi, dan pembantaian,” kata Badran kepada AFP, dikutip BBC.
(Berita Tribune/Februari)