Tentara Israel menetapkan status siaga di kota Eilat, IDF mengirimkan pasukan besar dan helikopter, karena takut akan infiltrasi milisi
TRIBUNNEWS.COM – Tentara pendudukan Israel (IDF) pada Selasa (16 Juli 2024) dikabarkan mengumumkan keadaan darurat di kota Eilat, selatan wilayah pendudukan Israel.
Laporan Khaberni menyatakan bahwa peningkatan kewaspadaan di salah satu kota ekonomi Israel disebabkan oleh kecurigaan adanya penyusupan milisi perlawanan ke Eilat.
Dalam keadaan siaga ini, IDF mengirimkan sejumlah besar pasukan dan banyak helikopter karena kecurigaan tersebut.
“Sumber berbahasa Ibrani mengatakan ada insiden yang tidak dapat dijelaskan di Eilat dan pasukan keamanan Israel dipanggil,” kata laporan Khaberni.
“Pasukan pendudukan telah menutup akses jalan ke Rute 12 dekat perbatasan dengan Mesir,” tambah laporan itu. Operasi bongkar muat kargo di Pelabuhan Eilat, Israel. Pelabuhan tersebut dilaporkan terkena serangan Houthi Yaman. Akibatnya, pelabuhan mengalami kerusakan parah dan aktivitas nyaris lumpuh. (khaberni) Menjadi sasaran poros milisi perlawanan
Eilat menjadi salah satu harta karun Israel berkat lokasinya sebagai salah satu pelabuhan utama negara yang diduduki tersebut.
Pentingnya peran Eilat dalam pendudukan jelas sangat diapresiasi oleh poros milisi perlawanan dalam aksinya mendukung gerakan Hamas dalam menghadapi agresi militer IDF.
Saking seringnya serangan tersebut, pelabuhan Eilat di Israel dinyatakan bangkrut setelah diserang oleh kelompok Houthi dan pemberontak Irak.
Menurut Eilat, kebangkrutan tersebut disebabkan oleh kurangnya aktivitas komersial di pelabuhan Israel.
CEO Eilat, Gideon Golber, kemudian menyinggung kegagalan koalisi negara-negara Barat dalam mengamankan jalur pelayaran di Laut Merah.
“Pelabuhan telah ditutup dan tidak ada aktivitas di pelabuhan selama 8 bulan karena kegagalan koalisi negara-negara di Laut Merah,” kata Golber seperti dikutip Counter Currents.
“Kami tidak mendapat pemasukan dalam beberapa bulan terakhir, sekarang saatnya negara memberikan bantuan dan memahami bahwa pelabuhan yang ditutup membutuhkan bantuan.”
Pada bulan Maret, Golber mengatakan Eilat bertanggung jawab atas 50 hingga 55 persen kendaraan yang diimpor dari Asia Timur.
Tak hanya itu, ekspor kalium dan fosfat dari Laut Merah melalui Eilat mencapai kurang lebih 1,8 hingga 2 juta ton.
Golber mengatakan Eilat juga mengimpor sapi dan domba dari Australia. Pelabuhan Eilat di Israel selatan. (Badan tengah)
Kelompok Houthi Yaman disalahkan atas penutupan Eilat. Houthi menyerang dan menghentikan kapal-kapal yang menuju Eilat.
Kapal-kapal berlayar ke Israel melalui Selat Bab Al-Mandeb, yang mengangkut sekitar 10 persen pelayaran dunia.
Akibat serangan Houthi, kapal dagang tersebut memutuskan untuk mengubah haluan, melewati Tanjung Harapan. Antreannya lebih panjang.
Kota Eilat juga terkena dampak parah akibat perang di Gaza sejak 7 Oktober 2023, karena pariwisata dan perdagangan di sana terhenti. Selain itu, masih banyak warga yang kehilangan pekerjaan.
Seorang pengacara dan jurnalis Kanada bernama Dimitri Lascaris mengunjungi Eilat pada 17 Maret.
Dia mengatakan operasi militer yang dilakukan Houthi membuat pelabuhan itu kosong tanpa ada kapal kargo yang mengunjunginya.
Kebangkrutan Eilat menjadi perbincangan hangat di media sosial X.
Pada Desember 2023, pelabuhan tersebut dilaporkan kehilangan 85 persen perdagangannya karena serangan Houthi.
Pimpinan Eilat meminta bantuan keuangan dari pemerintah Israel. Namun, belum bisa dipastikan apakah pemerintah akan membantunya karena situasi ekonomi yang tidak stabil saat ini. Eilat “mencekik”
Eilat sebenarnya dilindungi oleh sistem pertahanan rudal. Namun, hal tersebut tidak mampu mencegah perekonomian Eilat terpuruk akibat serangan tersebut.
Golber mengatakan Houthi berusaha “mencekik Eilat dan perekonomiannya”. Ia mengatakan, banyak kapal yang memilih berkeliling Afrika.
Rute ini akan membuat transportasi lebih lama dan mahal.
Pada bulan Januari, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi 2722, yang mendesak Houthi untuk mengakhiri serangan mereka di Laut Merah.
Golber meminta Amerika Serikat (AS) lebih terlibat dalam perang melawan Houthi. Ia yakin jika AS dipandang “lemah”, maka masalah Eilat kemungkinan akan bertambah buruk.
Sementara itu, Eli Bar Yossef, CEO Pelabuhan Isdud, meremehkan pentingnya Eilat.
Yossef mengaku Isdud sudah bisa menerima barang yang semula dikirim ke Eilat.
“Ini masalah bagi Eilat, bukan masalah besar bagi kami,” kata Yossef seperti dikutip Al Mayadeen.
Sarit Fishbane, direktur hubungan internasional dan pengembangan bisnis di Kamar Dagang Federasi Israel, mengatakan biaya pengiriman meningkat karena “masalah logistik.”
“Di Israel, sektor konstruksi terkena dampaknya, dan kami juga melihat peningkatan permintaan peralatan darurat dan makanan jangka panjang,” kata Fishbane.
Konsultan keamanan Richard Hussey mengatakan pelabuhan Israel seperti Haifa dan Isdud juga berada dalam jangkauan rudal Hizbullah.
Oleh karena itu, eskalasi yang besar dapat menyebabkan serangan yang menghentikan bisnis.
(oln/khbrn/*)