TRIBUNNEWS.COM, PARIS – Israel mengkhawatirkan keselamatan atlet dan ketua tim peserta Olimpiade Paris 2024.
Jumat (26/7/2024) merupakan hari pertama Olimpiade 2024 di Paris, Prancis.
Berlangsung hingga 11 Agustus 2024, Olimpiade Paris akan mempertandingkan 32 cabang olahraga dan 329 cabang olahraga.
206 negara dan 10.714 pemain dari seluruh dunia berpartisipasi dalam turnamen empat tahunan ini.
Israel dan Palestina, dua negara yang bertikai, juga mengirimkan pemainnya ke Olimpiade tersebut. Israel telah memperingatkan Prancis
Oleh karena itu, Israel memperingatkan Prancis, tuan rumah pertandingan terbesar dunia, agar tidak melakukan serangan Iran terhadap atletnya.
Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengirimkan surat khusus kepada Menteri Luar Negeri Prancis Stéphane Séjourn.
Dia memperingatkan Sejourn bahwa kelompok yang didukung Iran akan berencana menyerang tim Israel di Olimpiade 2024.
“Ada orang-orang yang mencoba meremehkan perayaan peristiwa yang menggembirakan ini,” tulis Katz dalam buku tersebut, yang dikutip oleh The Times of Israel.
“Kami saat ini sedang menyelidiki ancaman teroris Iran dan kelompok pembangkang lainnya untuk menyerang anggota militer Israel dan turis Israel selama Olimpiade,” tambahnya.
Katz berterima kasih kepada pihak berwenang Prancis atas tindakan keamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya demi keselamatan warga Israel di Olimpiade. Jumlah pemain Israel
Ke-88 atlet Israel di Olimpiade harus dilindungi sepanjang waktu oleh dinas keamanan Prancis.
Meskipun ada beberapa ancaman terhadap delegasi Israel, mereka dijaga oleh agen khusus Shin Bet.
“Kami menggandakan anggaran tim tahun ini,” kata Menteri Kebudayaan dan Olahraga Israel Miki Zohar kepada Telegraph.
Mantan pejabat Shin Bet Lior Ackermann juga mengatakan kepada Telegraph bahwa para agen tersebut akan dipersenjatai dengan senjata dan teknologi serta akan didukung oleh keamanan dan polisi setempat.
Menurut Ackerman, Shin Bet akan mengatur keamanan para pemain di semua level dan lokasi mulai dari kedatangan mereka hingga mereka naik pesawat kembali ke Israel.
Para pemain Israel telah menerima pesan-pesan ancaman di Internet dalam bahasa Ibrani yang buruk, outlet media Israel Walla melaporkan akhir pekan ini.
Sekitar 15 pemain dan timnya telah menerima ancaman pembunuhan serupa melalui email, memperingatkan konsekuensi yang mengerikan jika mereka kembali ke Prancis.
Langkah-langkah keamanan bagi atlet Israel dilakukan di tengah protes atas serangan Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 37.000 orang sejak serangan 7 Oktober yang dikatakan sebagai pembalasan atas serangan Hamas. Sekilas tentang krisis Munich
Situasi saat ini jelas mengingatkan kita pada tragedi Olimpiade Munich 1972 yang dialami atlet Israel.
Tragedi itu terjadi setelah 10 atlet Olimpiade Israel dibunuh oleh delapan anggota milisi Palestina Black September, yang menyerang perkampungan atlet Olimpiade di Munich.
Saat itu, kelompok Black September terlebih dahulu membunuh dua pemain Israel dan menangkap delapan orang lainnya.
Saat itu, pemimpin dan mediator Black September Lutfif Afif meminta pembebasan 234 tahanan Palestina di Israel, serta pemimpin dan pendiri Tentara Merah, Andreas Bader dan Ulrich Meinhoff.
Saat itu polisi Jerman Barat langsung menyerang anggota Black September dan membunuh lima orang di antaranya.
Namun, operasi penyelamatan gagal dan semua sandera tewas.