Media AS: Iran Punya Senjata yang Tak Bisa Hentikan Iron Dome Israel
Tribunenews.com – Pemerintah Israel dilaporkan bersiap menghadapi serangan terkoordinasi oleh Iran dan proksinya seiring meningkatnya perang di Gaza di Timur Tengah.
Dalam serangan tersebut, Iran disebut memiliki senjata yang tidak dapat dihentikan oleh sistem pertahanan udara Iron Dome Israel yang terkenal, menurut media Amerika Serikat (AS).
“Serangan yang dilakukan oleh Iran dan proksinya dipandang sebagai ujian terbesar terhadap sistem pertahanan udara berlapis yang harus melampaui sistem fisik Iron Dome yang dimiliki rezim tersebut,” demikian yang dilaporkan Mehr di Wall Street Journal AS. Kantor Berita, Rabu (8/7/2024).
Meskipun sistem Iron Dome yang dikembangkan AS-Israel telah menjadi sistem peluncuran roket jarak pendek terkemuka di dunia, sistem ini berulang kali gagal memitigasi ancaman yang ditimbulkan oleh senjata yang diluncurkan oleh berbagai kelompok perlawanan transnasional, seperti Lebanon, menurut tinjauan tersebut. Perlawanan Hizbullah serta kelompok Houthi Yaman.
“Iran memiliki drone dan rudal balistik yang tidak dirancang untuk dihentikan oleh Iron Dome,” kata Mehr News.
Hizbullah memiliki ribuan mortir, roket, dan rudal berpemandu presisi yang dapat mengancam pertahanan pemerintah Israel, tambah sumber itu.
Sebelumnya, Panglima Angkatan Darat Iran, Brigadir Jenderal Qumars Hedari, mengatakan angkatan darat telah mencapai keberhasilan dan kemajuan besar, terutama dalam beberapa tahun terakhir.
Dia mengatakan bahwa pasukan di bawah komandonya telah dikerahkan melintasi perbatasan negara untuk menjamin keamanan permanen Iran Islam.
Merujuk pada pencapaian baru angkatan darat Iran, Brigadir Jenderal Heydari menekankan bahwa angkatan darat negara itu akan mendemonstrasikan rudal anti-tank tercanggih dalam waktu dekat.
Iran mengatakan rudal terbaru ini akan menunjukkan kekuatan pasukannya di dunia internasional. Sistem persenjataan Iran siap merespons serangan Israel yang menewaskan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada Rabu (31/8/2024). Memasang pencegat baru pada sasaran rudal Israel
Iran telah mengerahkan pencegat rudal baru untuk meningkatkan pertahanan udaranya di wilayah timurnya.
Selain itu, Iran telah memasang pencegat rudal dan radar rudal.
Brigadir Jenderal Alireza Sabahifard, Panglima Angkatan Pertahanan Udara Angkatan Darat Iran, menghadiri upacara tersebut hari ini, Rabu (8/7/2024).
Ia mengunjungi berbagai unit, posisi, dan posisi radar unit pertahanan udara di bagian timur negara itu.
Brigjen Alireza Sabahifard juga menilai tingkat kesiapan tempur dan kapasitas operasional satuan tersebut.
Brigadir Jenderal Alireza Sabahifard mengatakan kepada para komandan dan tentara: “Sebagai sistem pertahanan utama Iran, pertahanan udara memainkan peran efektif dalam meningkatkan kekuatan tempur angkatan bersenjata Iran.”
Ia juga mengatakan bahwa Iran lebih kuat dari sebelumnya di sektor pertahanan.
Iran telah meyakinkan bahwa mereka akan menanggapi setiap ancaman terhadap negaranya.
“Kami memastikan bahwa kami merespons dengan kuat semua ancaman,” lanjut IRNA.
Agenda tersebut muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel pasca meninggalnya kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, Iran, Rabu (31/7/2024) dini hari.
Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei berjanji akan membalas pembunuhan yang dilakukan Israel.
“Membalas darah Ismail Haniyeh adalah salah satu tugas kami karena pembunuhan terjadi di tanah kami,” kata Ayatollah Ali Khamenei pada Rabu lalu, menurut Anadolu Agency.
Beberapa jam sebelum tewasnya Ismail Haniyeh, Israel membunuh komandan Hizbullah, Fouad Shukr, dalam serangan udara di Beirut, Lebanon pada Selasa (30/7/2024) malam.
Hizbullah juga mengancam akan membalas dendam atas terbunuhnya Fuad Shukar.
Saat ini, Israel dan sekutu setianya, Amerika Serikat (AS), memperkirakan serangan balik dari Hizbullah dan Iran. Mati di Jalur Gaza
Saat ini, Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, yang telah mengakibatkan lebih dari 39.677 warga Palestina tewas dan 91.645 orang terluka antara Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (08/07/2024). Dan 1.147 orang tewas di wilayah Israel, kata Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, melancarkan operasi banjir Al-Aqsa pada Sabtu (10/7/2023) untuk melawan pendudukan dan kekerasan Israel di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023, Israel memperkirakan sekitar 120 sandera masih hidup atau mati dan masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.
(oln/mhr/*)