TRIBUNNEWS.COM – Otoritas Israel menangkap lebih dari 400 warga Israel atas tuduhan mendukung Hamas setelah perang Gaza pecah.
Kebanyakan dari mereka adalah warga negara Israel asal Arab.
Menurut organisasi hak asasi manusia Itu, 190 orang yang ditangkap masih berada di penjara. Drop Site melaporkan bahwa banyak tawanan berada dalam kondisi yang memprihatinkan.
Anadolu Agency melaporkan bahwa penangkapan tersebut terjadi setelah adanya perubahan dalam hukum Israel.
Dengan perubahan tersebut, polisi bisa memulai penyidikan terhadap 524 postingan di media sosial tanpa menunggu persetujuan jaksa.
Salah satu yang ditangkap dan ditahan adalah Yarmuk Zuabi, pemilik restoran asal Nazareth.
Zuabi ditangkap pada bulan Oktober setelah gambar profil WhatsApp-nya diubah menjadi bendera Palestina.
Ia juga menerbitkan kartun yang mengkritik respons dunia terhadap konflik Ukraina-Rusia dan Spanyol-Palestina-Israel.
“Ini bukan demokrasi. Ini bukan apa-apa. Kami saling berperang,” kata Zuabi dalam wawancara dengan Shomrim.
Pengadilan membebaskan Zuab dari tuduhan tersebut. Namun, dia mengatakan penangkapan itu membuatnya berhati-hati. Dia khawatir akan terjadi reaksi balik.
“Hanya ada satu alasan saya berhati-hati sekarang: karena di rumah istri dan dua anak saya bertanya mengapa saya sakit kepala seperti ini,” katanya.
“Mereka tidak ingin saya mengalami hal itu lagi. Jadi ya, saya berhati-hati.”
Mei lalu, Shomrim mengatakan jaksa memberi wewenang kepada polisi untuk menyelidiki 524 unggahan di media sosial.
Namun, jumlah penelitiannya diduga jauh lebih tinggi. Investigasi yang dilakukan polisi belum tercatat dalam dokumen resmi.
Kelompok hak asasi manusia Israel B’Teselem baru-baru ini merilis laporan tentang pelanggaran dalam sistem penahanan Israel.
Laporan tersebut berjudul “Selamat Datang di Neraka” dan memuat kesaksian dari warga Israel dan Palestina yang ditinggalkan akibat tindakan tersebut di media sosial.
Salah satu pelajar, IA (20), mengungkapkan pengalamannya ditangkap dan dipermalukan setelah memposting di media sosial Instagram.
“Semuanya menjengkelkan, menyedihkan dan merendahkan martabat. Mereka melakukan semuanya dengan cara yang tercela,” kata IA dalam laporannya. Jumlah korban tewas di Gaza mencapai 40.000 orang.
Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan pada hari Kamis bahwa lebih dari 40.000 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel. Jumlah korban luka sebanyak 92.401 orang.
Menurut laporan berita, pejabat kesehatan masyarakat di Gaza mengalami kesulitan mengidentifikasi jenazah para korban, yang diperparah dengan kenyataan bahwa rumah sakit penuh dengan jenazah.
Jumlah korban tewas diperkirakan bertambah karena masih banyak orang yang tertimbun reruntuhan.
Serangan udara dan darat Israel ke Gaza merupakan serangan militer terbesar yang pernah ada.
Warga Palestina terkadang harus menguburkan sementara anggota keluarganya yang meninggal karena tidak bisa pergi ke pemakaman.
Saat itu, Israel mengaku berupaya menyerang Hamas. Israel menyalahkan Hamas atas kematian warga sipil Palestina.
Namun, militer Israel secara rutin menyerang masjid, sekolah, dan rumah sakit, mengklaim bahwa tempat-tempat tersebut menampung pejuang Hamas.
Serangan Israel telah menyebabkan krisis kemanusiaan besar di Gaza. Saat ini, lebih dari 85 persen warga Gaza adalah pengungsi.
Gaza berisiko mengalami kelaparan, dan lebih dari setengah juta orang diperkirakan akan mengalami kelaparan parah dalam beberapa bulan mendatang.
(Berita Tribun / Februari)