TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghubungi orang yang cukup mengejutkan menjelang pertemuan pembicaraan gencatan senjata Israel-Palestina di Doha, Qatar.
Benjamin Netanyahu tidak menghubungi Presiden AS Joe Biden, melainkan membahas perundingan gencatan senjata dengan mantan Presiden AS Donald Trump.
Netanyahu diketahui sempat melakukan panggilan telepon dengan Donald Trump pada Rabu (14/8/2024), Tribunnews mengutip laporan dari Axios.
Isi sebenarnya dari percakapan tersebut masih belum jelas, namun sebuah sumber mengatakan kepada Axios bahwa Trump berencana mendorong Netanyahu untuk menerima kesepakatan tersebut dalam pembicaraan di Qatar pada Kamis (15 Agustus 2024).
Kesepakatan tersebut mencakup pembebasan setidaknya beberapa sandera yang ditahan oleh Hamas dengan imbalan gencatan senjata dan pembebasan tahanan Palestina dari penjara Israel.
Saat dimintai konfirmasi keaslian panggilan tersebut, Netanyahu tidak menyangkal bahwa dirinya telah melakukan kontak dengan Donald Trump.
Sementara itu, tim kampanye Donald Trump menolak berkomentar lebih jauh mengenai percakapan telepon dengan Netanyahu.
Pada Rabu malam, Netanyahu mengkonfirmasi setelah menghubungi Donald Trump bahwa dia telah setuju untuk mengirim delegasi tingkat tinggi ke Qatar untuk melakukan pembicaraan.
Struktur perjanjian gencatan senjata yang diusulkan Israel pada 27 Mei mencakup tiga tahap
Fase pertama mencakup jeda enam minggu dalam operasi darat Israel dan penarikan pasukan sebagai imbalan atas pembebasan 33 sandera Hamas, termasuk wanita, anak-anak, orang tua, dan orang yang terluka.
Di sisi lain, Israel membebaskan 990 warga Palestina yang ditawannya.
Juli lalu, Donald Trump sendiri menyerukan diakhirinya perang Gaza dalam sebuah wawancara dengan Fox.
Sehari setelah wawancaranya dengan Fox, ketika dia bertemu dengan Netanyahu di Mar-a-Lago, dia juga mengulangi seruannya agar segera membebaskan sandera dari kedua belah pihak.
Perang Gaza sendiri sudah berlangsung 10 bulan sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.
Israel menanggapinya dengan melancarkan invasi darat ke Gaza dengan tujuan membubarkan Hamas dan membebaskan para sandera.
Namun, jauh dari pendekatannya di lapangan, Israel terus melakukan serangan berulang-ulang di Gaza dan sejauh ini gagal memprioritaskan keselamatan warga sipil dan sandera di pihaknya.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan lebih dari 39.000 orang telah tewas dalam pertempuran di Gaza sejauh ini.
Meski jumlah pasti korban belum bisa dipastikan. Israel juga mengatakan tentaranya telah membunuh sedikitnya sekitar 15.000 orang dalam pertempuran pada Mei 2024.
Pada saat yang sama, 111 sandera diyakini masih berada di Gaza, termasuk 39 jenazah yang telah dipastikan tewas oleh Pasukan Pertahanan Israel.
Hamas membebaskan 105 warga sipil selama gencatan senjata selama seminggu pada akhir November, dan empat sandera sebelumnya telah dibebaskan.
(Tribunnews.com/Bobby)