Makan Anggaran Rp 71 Triliun, Sri Mulyani Ungkap Dampak Penerapan Program Makan Bergizi

Laporan jurnalis Ismoyo dari Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati Prabowo mengungkapkan salah satu program gizi yang dilaksanakan pada era pemerintahan Subianto memiliki anggaran sebesar Rp 71 triliun.

Hal itu disampaikan Sri Mulyani pada konferensi pers Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 di Jakarta (16/16/2024).

Bendahara negara mengatakan, program tersebut dinilai berdampak luas.

Kuncinya adalah memberikan nutrisi yang cukup bagi anak Indonesia. Tentu saja pola makan ini akan berdampak pada lahirnya tenaga-tenaga unggul.

“Sebagai program andalan presiden terpilih, yaitu 71 triliun makanan bergizi gratis. Tujuannya untuk melahirkan anak cerdas,” kata Sri Mulyani.

Program gizi ini akan memberikan dampak ekonomi yang membantu meningkatkan kinerja usaha mikro, kecil, dan menengah dalam perekonomian daerah.

Pemerintah kabarnya akan bekerja sama dengan pemangku kepentingan UKM dalam melaksanakan program “Makanan Bergizi”.

“Tapi (Program Pangan Bergizi) akan menekankan pada pengganda perekonomian lokal, seperti pemberdayaan UKM, sehingga perekonomian daerah bisa bergerak,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, pendekatan RAPBN tahun 2025 diperkirakan mengalami defisit sebesar 2,53 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), dengan pendapatan nasional mencapai $2.996,9 triliun. Kontribusi pajak ditargetkan sebesar Rp2.490,9 triliun, meningkat dari tahun 2024 menjadi Rp2.309,9 triliun.

Penerimaan bea dan cukai tahun depan mencapai Rp2.490,9 triliun dan tahun ini Rp2.309,9 triliun. PNBP mencapai Rp505,4 triliun dan tahun ini Rp492,1 triliun, jelasnya.

Sedangkan pada tahun 2025, belanja pemerintah sebesar Rp3.613,1 triliun, belanja pemerintah pusat sebesar Rp2.693,2 triliun, dan transfer ke daerah sebesar Rp919,9 triliun.

Dengan demikian, biaya defisit APBN tahun 2025 sebesar 616,2 triliun dolar AS atau 2,53 persen terhadap PDB. Dalam hal ini, pendanaan sebesar 616,2 triliun dolar AS, jelasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *