Reporter Tribune News.com Lita Fabriani melaporkan
TRIBUNNEWS.COM – Thread terkait pengenaan tarif barang impor ramai diperbincangkan para pengiklan di media sosial X selama beberapa hari ini.
Akun @PartaiSocmed mengunggah kisah tersebut beserta video dari akun media sosial @radhikaalthaf yang menyaksikannya.
“Selamat pagi Pak @presto. Kenapa ini terus terjadi di bea cukai? Benarkah kalau beli sepatu harga 10 juta bea masuknya 30 juta?
Dan jika ada surat penjelasan pembayaran pajak luar negeri, pajak, pajak (sppbmcp), mengapa informasi tersebut tidak diungkapkan kepada orang tersebut? Sedikit,” tulis @PartaiSocmed pada Senin (22/4/2024) seperti dilansir Tribunnews.com.
Acara bermula saat @radhikaalthaf membeli sepatu seharga Rp 10,3 juta dengan ongkos kirim via DHL sebesar Rp 1,2 juta, dengan total pembayaran Rp 11,5 juta.
Namun sesampainya paket di Indonesia, pemilik paket harus membayar biaya sebesar Rp 31,8 juta ke bea cukai.
Terakhir @radhikaalthaf memposting video menanyakan layanan luar negeri apa yang harus dia bayar, sambil membaca melalui aplikasi mobile hanya Rp 5,8 juta.
Utas tersebut langsung mendapat reaksi beragam dari netizen. Ada yang mempertanyakan etika, namun ada juga yang menyalahkan layanan pengiriman DHL.
Akun X @rzlhakim membagikan analisisnya terhadap cerita tersebut.
“Consignee/importirnya ada 3, DHL, BC. Singkatnya penjual ini membeli barang dari Jerman dan mengirimkannya melalui DHL. juta jadi sanksinya (24 juta) CMIY.
Lalu @yudhawijaya_k. tweeted, “Mau kaget tapi itu tradisi, kalau gak luar biasa itu bukan tradisi. Jadi inget Tara Arts dikasih KASET PS dari Ubisoft tanpa pajak lebih dari harga kaset C kalau beli sendiri, ” jelasnya.
Akun,” katanya.
@wisnusiplenu menulis, “Saya dan teman saya pernah mengimpor IP 14 Pro Max dari Taiwan, ponsel yang sama, harga beli yang sama, tanggal pembelian yang sama. Ke Soekarno Hatta, teman saya mendapat bea dan pajak 5 juta sedangkan saya hanya mendapat 1 juta, a sarang tikus dia diikat.