Cegah Joki Skripsi, Kemendikbudristek Minta Kampus Cari Bentuk Tugas Akhir Lain

Laporan jurnalis Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengangkat fenomena siswa SMA yang menulis skripsi dan tugas yang ramai diperbincangkan di media sosial.

Sri Suning Kusumavardani, Direktur Pendidikan dan Pelayanan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menegaskan tindakan tersebut merupakan perebutan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Universitas.

“Pasal 3 menyebutkan pendidikan tinggi didasarkan pada: kebenaran ilmiah; rasionalitas; keadilan; keadilan; kemaslahatan; keutamaan; tanggung jawab; keberagaman dan akses,” kata Sri, Jumat (26/07/2024).

“Dari peraturan di atas, tentunya ajang joki sangat bertentangan dengan peraturan di atas,” tambah Sri.

Kemudian, Shri merujuk pada Pasal 5 UU Dikti.

Pasal tersebut menyebutkan bahwa tujuan pendidikan tinggi adalah mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, sehat, berakhlak mulia, cerdas, kuat, kreatif, merdeka, berakal budi, berakal budi, dan berbudaya. untuk kepentingan negara dan mempersiapkan peserta didik ilmu pengetahuan dan/atau teknologi untuk mengejar kepentingan nasional dan meningkatkan daya saing nasional.

Selain itu, Sri meminta perguruan tinggi mencari jenis tugas lain di luar skripsi.

Sri mengatakan langkah itu untuk mencegah tindakan.

Dalam Permendikbudristek edisi ke-53 tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu, Sri menegaskan, skripsi bukanlah satu-satunya jenis tugas bagi seorang mahasiswa.

“Oleh karena itu, kami berharap prodi menemukan bentuk tugas akhir yang sesuai dengan bidang ilmunya dan baru agar tidak terjadi permainan seperti itu,” jelas Sri.

Selain itu, Sri mengungkapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga akan memberikan pedoman dan panduan penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam tugas dan buku pelajaran.

“Panduan tersebut juga memberikan inspirasi metode penilaian potensi yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi AI saat ini. Tidak hanya untuk buku teks, tetapi juga untuk pendidikan,” tutupnya. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *