TRIBUNNEWS.COM – Contoh teks khotbah Jumat bertema Mengingat Perjuangan Pahlawan.
Teks khotbah Jumat Agustus 2024 pada artikel ini tentang Hari Kemerdekaan Indonesia atau peringatan 79 tahun berdirinya Negara Republik Indonesia.
Dalam Khutbah Jumat Agustus 2024 ini akan dijelaskan bagaimana umat Islam dapat mengenang perjuangan Ulama dalam meraih kemerdekaan.
Khatib boleh mengajak umat Islam untuk meneruskan semangat kesatria ulama dan membela negaranya.
Contoh teks khotbah Jumat ini dapat dibaca pada khotbah Jumat Jumat 15 Agustus 2024.
Simak contoh khutbah Jumat berikut ini yang dikutip dari laman Pondok Pesantren Lerabeau. Khutbah Jumat : Mengenang Perjuangan Ulama Alhamdulillah yang memberikan anugerah ini, dan kamu pasti bisa. Kamu bisa, kamu bisa, Salmon. Semoga Allah memberkahi jamaah di hari Jumat.
Jangan pernah berhenti, yuk tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan menaati segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya
Bulan ini adalah bulan kebebasan. Oleh karena itu, kita patut mengingat perjuangan para ulama beberapa tahun yang lalu.
Bulan ini sudah bertahun-tahun, KH. Hasim Asiri dan mantan ulama berkumpul di sebuah meja. Ulama belum pernah merasa begitu tidak aman sebelumnya. Mereka mempunyai tanggung jawab yang besar, yaitu menjaga dan melindungi kehidupan keagamaan masyarakatnya.
Namun hari itu dia harus meninggalkan masyarakatnya untuk sementara. Mereka melakukan perjalanan dari rumah ke suatu tujuan untuk bertemu dengan ulama lainnya. Apa yang bisa memaksa mereka melepaskan tanggung jawab besar ini?
Tak lain dan tak bukan, mereka mendapat tanggung jawab yang besar: menjaga keutuhan NKRI. Saat itu, negara sedang menghadapi ancaman serius dari tentara kolonial. Situasi menjadi sangat berbahaya.
Oleh karena itu, demi negara, para ulama rela melepaskan sementara tanggung jawabnya kepada masyarakat sekitar.
Karena bela negara sesungguhnya merupakan tugas terbesar para ulama. Demikian disampaikan KH. Wahab Hasbullah: Cinta tanah air karena iman
Mencintai negara Anda dan memperjuangkan perdamaian di negara Anda adalah bagian dari iman Anda. Mustahil membayangkan seseorang yang sempurna imannya tanpa semangat dan keinginan untuk membela negara.
Niscaya, ulama yang beriman tinggi akan mengorbankan jiwa dan raganya demi memperjuangkan perdamaian tanah airnya. Kelas 6, Mengagungkan Allah.
Keputusan penting diambil dari pertemuan ini: Resolusi Jihad Fatwa.
Fatwa ini mewajibkan setiap umat Islam untuk melindungi negaranya dari serangan penjajah. Hanya di negara yang aman dan damai ajaran agama bisa terpelihara secara utuh. Dalam surat Baqarah ayat 190 : Keterangan lebih lanjut
“Dan berperanglah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi janganlah kamu melanggarnya, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
Ayat di atas menekankan bahwa menjaga agama Allah adalah tanggung jawab kita. Kita harus berjuang dengan jiwa dan raga untuk melindungi agama kita.
Kita bisa melihat bagaimana perjuangan para ulama pada zaman dahulu. Mereka siap turun ke lapangan dan menghadapi musuh secara langsung. Kelas 6, Mengagungkan Allah.
Saat itu perjuangan ulama dan bangsa Indonesia melawan penjajahan untuk mempertahankan kemerdekaan sangatlah sulit.
Pejuang Indonesia menghadapi musuh yang bersenjata lengkap. Faktanya, mereka mengepung kota dari mana saja melalui darat, laut, dan udara.
Meski demikian, petinju Indonesia tidak menunjukkan rasa takut saat menghadapi lawannya. Mengapa? Sebab rasa cinta tanah air sudah tertanam begitu dalam di jiwa mereka hingga menjadi sebuah kekuatan yang dahsyat.
Oleh karena itu, kita tidak boleh melupakan perjuangan para ulama. Yang mereka perjuangkan bukan sekedar diam di masjid, duduk berzikir, shalat.
Padahal, mereka adalah pejuang yang paling gigih, mereka tidak memandang apa pun saat berperang demi negara, kecuali kenyataan bahwa negara harus dilindungi darah dan daging. Negara adalah aset mereka yang paling berharga.
Berkat jasa mereka kita hidup di negara yang damai, menjalani kehidupan yang layak dan damai. Aaaaa
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)