TRIBUNNEWS.COM – Komunitas Free Palestine Network (FPN) mengapresiasi tindakan Sekretaris Jenderal Nahdlatul Ulama (PBNU) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul yang bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog dan meminta kelima Nahdliyin keluar atau keluar dari PBNU.
Diketahui, lima orang nahdliyin yang bertemu dengan presiden Israel tersebut adalah Zainul Maarif, guru besar tetap Universitas Nahdlatul Ulama (Unusia) Indonesia.
Lalu Munawar Aziz, Sekretaris Utama (Sekum) PP Pagar Nusa; Izza Annafisah dan Nurul Bahrul Ulum Fatayat adalah anggota NU; dan Syukron Makmun, Wakil Ketua PWNU Banten.
Sekjen FPN Furqan AMC mengapresiasi langkah Sekjen PBNU menyampaikan lima poin ultimatum Nahdliyin.
“Saya kira ini sebuah langkah maju, posisi PBNU yang kuat dan patut kita syukuri,” kata Furqan dalam konferensi pers virtual, Kamis (18 Juli 2024).
Pernyataan Sekjen PBNU jauh lebih tegas dan menuntut agar beliau mengundurkan diri atau mengundurkan diri dari pimpinan organisasi tersebut, tambahnya. Sekretaris Jenderal Free Palestine Network (FPN) Furqan AMC pada konferensi pers virtual, Kamis (18/07/2024) (Zoom screenshot)
Menurut Furqan, apa yang dilakukan kelima oknum tersebut merugikan PBNU, juga seluruh Nahdliyin di Indonesia.
Alibi apa pun tidak cukup, apalagi bertindak sebagai diplomat, berbicara diplomatis, apalagi negara kita tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, ujarnya.
“Mereka mengabaikan pedoman organisasi, mengabaikan moral dan sentimen masyarakat Indonesia,” pungkas Furqan. Ultimatum Sekjen PBNU
Diberitakan sebelumnya, Sekjen PBNU Gus Ipul mengultimatum lima oknum Nahdliyin yang bertemu dengan Presiden Israel.
Pilihannya keluar dari organisasi atau keluar. Makanya saya minta mereka segera memilih, kata Gus Ipul dalam keterangan tertulisnya, Kamis (18/7/2024).
Partainya sedang mempertimbangkan untuk mencopot lima orang dari pimpinan NU.
Gus Ipul mengatakan, satu dari lima orang itu dipanggil untuk menghadap Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf.
Empat lainnya dipanggil oleh pimpinan lembaga. Tanggapan MUI
Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyayangkan lima anggota NU yang bertemu dengan Isaac Herzog.
Sudarnoto Abdul Hakim, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar dan Kerja Sama Internasional, menilai tidak pantas mengadakan pertemuan tersebut di tengah genosida yang sedang berlangsung di Palestina.
“Sangat meresahkan ketika Israel membunuh puluhan ribu warga Palestina secara brutal dan keji, kelima aktivis ini bertemu dengan Presiden Israel. Setiap warga negara Indonesia berhak dan wajib membela Palestina,” kata Sudarnot, Senin. 15/07/2024). Lima anggota NU bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog, yang kemudian menjadi kontroversial. Alhasil, Instagram PBNU dibanjiri kritik. (EKSKLUSIF // Tangkap layar Instagram @nahdlatululama) ((EKSKLUSIF // Tangkap layar Instagram @nahdlatululama))
Menurutnya, aktivis muda NU itu melanggar konstitusi karena bertemu dengan Presiden Israel.
Bahkan, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi juga sudah menyatakan dukungannya terhadap Palestina.
Retno Marsudi disebut belum pernah bertemu dengan Presiden Israel di tengah genosida yang sedang berlangsung.
“Jangan sampai konstitusi diabaikan. Mereka melanggar konstitusi. Belum pernah ada Menlu RI yang melakukan hal seperti itu,” kata Sudarnot.
“Apakah mereka tidak mengerti bahwa Indonesia tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel? Apakah mereka tidak mengerti bahwa pemerintah Indonesia tidak akan pernah membuka hubungan diplomatik dengan Israel selama mereka masih melakukan penjajahan?”
“Mereka bahkan tidak memahami konstitusi Indonesia,” tambah Sudarnot.
Ia kemudian mempertanyakan tujuan kedatangan aktivis muda NU ke Israel.
Sudarnot meminta kelima aktivis NU tersebut meminta maaf secara terbuka.
“Kalau mereka paham dan pergi ke Israel, berarti mereka sengaja melanggar konstitusi dan menyerang. Mereka tidak punya kepekaan dan harusnya meminta maaf secara terbuka,” tutupnya.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Reza Deni)