Hizbullah Segera Balas Serangan Israel, Sekjen Nasrallah Pastikan Zionis Nangis

TRIBUNNEWS.COM – Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan Israel memasuki periode berbahaya menyusul pembunuhan komandan Hizbullah Fuad Shukr di luar Beirut, Lebanon, pada Selasa malam (30/7/2024).

Nasrallah dalam pidatonya di hari pemakaman Fuad Shukr, Kamis (8/1/2024) mengatakan, “Respon terhadap pembunuhan Panglima Fuad Shukr akan terjadi, dan akan kuat, jelas, dan bijaksana.”

“Musuh dan mereka yang berada di belakang musuh menunggu jawaban datang. Tidak ada diskusi atau perdebatan, dan di antara kita siang, malam dan lapangan,” lanjutnya.

Nasrallah memastikan Israel tidak tahu ke mana Hizbullah akan merespons.

Dia menambahkan: “Musuh tidak tahu dari mana tanggapan kami akan datang, apakah dari Palestina utara atau selatan, dan apakah itu akan dilakukan secara terpisah atau bersamaan.”

“Kami benar-benar menginginkan sebuah jawaban, bukan jawaban yang sederhana seperti yang dilakukan orang lain, namun jawaban yang cerdas,” Hizbullah membuat Israel menangis.

Sekretaris Jenderal Hizbullah menekankan bahwa mereka berada dalam bahaya serangan besar-besaran terhadap Israel di wilayah tersebut.

“Wilayah ini sedang menghadapi perang besar yang akan berdampak pada sebagian orang yang tidak memahami masa depan musuh,” katanya.

Ia menegaskan, respons Hizbullah terhadap Israel juga merupakan respons atas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh saat ia sedang beristirahat dalam kunjungannya ke Teheran, Iran, pada Rabu malam (31/7/2024).

“Kita sedang menghadapi perang besar yang masalahnya bukan hanya pada pernyataan-pernyataan pasca pembunuhan Fuad Shukr di Beirut dan tewasnya Kepala Direktorat Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) Ismail Haniyeh di Teheran,” ujarnya. , dikutip dari Al Ahed News.

Nasrallah mengatakan Iran akan merespons serangan yang menewaskan Ismail Haniyeh karena terjadi di ibu kotanya, Teheran.

Dijelaskannya, respon Iran akan lebih besar dibandingkan dengan yang dilakukan pada 14 April 2024 ketika Iran membalas serangan Israel terhadap kompleks konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024.

Serangan terhadap konsulat Iran menewaskan Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi, kepala Pasukan Quds Iran, bersama 15 orang lainnya.

“Tertawalah sedikit karena kamu akan banyak menangis dan kamu tidak akan mengetahui level yang telah kamu masuki,” dia memperingatkan Israel.

Dia menambahkan: “Kami, para pemimpin perlawanan, telah memasuki era baru yang akan bergantung pada reaksi musuh dan akan menunggu balas dendam dari semua orang yang menghormati negara.” Hamas dan Hizbullah tidak mundur

Sekretaris Jenderal Hizbullah Nasrallah menekankan bahwa Hizbullah dan Hamas tidak dapat dilepaskan menyusul terbunuhnya Fuad Shukr dan Ismail Haniyeh.

Ia mengumumkan kembalinya Hizbullah berperang di perbatasan, mulai Jumat pagi (8/2/2024), setelah perdamaian selama dua hari terakhir.

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan bergabung dengan perlawanan untuk melindungi warga Palestina dari serangan Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Hizbullah telah berjanji untuk mengakhiri serangan perbatasan jika Israel menghentikan serangan militer di Gaza.

Militer Israel berdalih serangan Israel yang menewaskan Fuad Shukr merupakan respons atas kegagalan bom di stadion sepak bola Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan (Suriah) yang diduduki Israel pada Sabtu (27/7/2024) lalu. membunuh 12 orang dari kelompok Druze Suriah.

Israel menuduh Hizbullah menembaki alun-alun tersebut, sementara Hizbullah membantah tuduhan Israel. Jumlah korban di Jalur Gaza

Sementara itu, Israel terus menyerang Jalur Gaza, jumlah warga Palestina tewas lebih dari 39.400 orang dan 90.996 lainnya luka-luka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (30/7/2024) dan 1.147 orang tewas di wilayah Israel, dari Anadolu Agen.

Israel awalnya mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza ketika gerakan perlawanan Palestina, Hamas, melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel memperkirakan ada sekitar 120 tahanan hidup atau mati dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, menyusul pertukaran 105 tahanan dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Saat ini, lebih dari 21.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel, menurut laporan Yedioth Ahronoth pada awal Juli 2024.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lainnya terkait konflik Palestina vs Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *