HIPPI: Keterbatasan Infrastruktur Jadi Tantangan Pengembangan Transaksi Digital

Reporter TribuneNews.com Dennis Destriavan melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, Jakarta – Himpunan Pengusaha Lokal Indonesia (HIPPI) melihat keterbatasan infrastruktur di daerah terpencil menjadi tantangan bagi perkembangan transaksi digital di Indonesia.

Eric Hidayat, CEO HIPPI, mencatat sekitar 60 persen anggotanya sudah mulai menggunakan transaksi digital. Saat ini 40% diantaranya menggunakan QRIS sebagai metode pembayaran utama.

Menurut Eric, ada 40 persen yang belum sepenuhnya berpindah agama karena berbagai kendala. Antara lain karena keterbatasan infrastruktur dan literasi digital.

“Didominasi oleh UMKM, khususnya di sektor,” kata Eric saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (24/7/2024).

Eric menilai langkah digitalisasi transaksi itu baik dan akan mempermudah segalanya. Karena efisien dan dapat memudahkan pebisnis dan pelanggan. Namun permasalahannya terkait infrastruktur teknis, ketersediaan dan kualitas jaringan Internet yang belum merata di seluruh Indonesia.

“Literasi digital, pemahaman dan kemampuan masyarakat dalam menggunakan teknologi digital masih rendah. Lalu, ada kekhawatiran seputar keamanan data pribadi dan transaksi digital,” kata Eric.

Di sisi lain, menurut Eric, transaksi digital memberikan dampak positif, termasuk membuat transaksi menjadi lebih mudah dan cepat. Namun, pencatatan transaksi lebih transparan dan terstruktur, sehingga mengurangi biaya operasional seperti biaya kertas dan transportasi.

“Hal ini juga memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan keuangan yang sebelumnya tidak dapat mereka akses,” kata Eric.

Namun transaksi digital juga memiliki sisi negatifnya, yaitu dapat menimbulkan ketergantungan yang menimbulkan masalah ketika muncul masalah teknis. Dampak negatif lainnya adalah risiko kebocoran data dan penipuan digital.

“Selain itu, masyarakat yang tidak melek digital atau tidak memiliki akses terhadap teknologi bisa tertinggal,” jelas Eric.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah diharapkan memperluas dan meningkatkan kualitas infrastruktur Internet di seluruh Indonesia dan meningkatkan literasi digital melalui pendidikan dan pelatihan komprehensif bagi masyarakat dan dunia usaha.

HIPPI juga memberikan catatan untuk meningkatkan penggunaan QRIS, yakni memperluas ke lebih banyak sektor dan wilayah. Melakukan kampanye edukasi berkelanjutan untuk menyederhanakan proses penggunaan dan pendaftaran sistem QRIS bagi kreator komersial serta meningkatkan pemahaman dan kepercayaan masyarakat terhadap QRIS.

Indra, pengusaha sekaligus CEO merchant aggregator PT Trans Digital Semmerlang (TDC), mengakui pangsa pasar transaksi digital, khususnya penggunaan QRIS di kalangan UMKM dan merchant kecil, sangat besar.

Menurut Bank Indonesia (BI), transaksi Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) atau pembayaran kode QR mencapai 226,54 persen (y/y) pada Juni 2024, dan jumlah pengguna mencapai 50,50 juta.

Pada Juni lalu, jumlah merchant yang menjual produk/jasa secara offline dan online mencapai 32,71 juta. Jumlah ini bertambah 32,25 juta pedagang dibandingkan Mei lalu.

Berdasarkan informasi tersebut telah diluncurkan kampanye transaksi digital. Artinya toko sudah mulai merasakan manfaat QRIS dalam transaksi pembayaran, yang sangat positif bagi perekonomian Indonesia, ujarnya.

Indra mengatakan, seluruh pemangku kepentingan dan perusahaan yang terlibat dalam transaksi digital perlu mencapai jangkauan yang luas dan hal ini juga memerlukan kreativitas dan inovasi.

“Bank Indonesia tidak bisa dibiarkan sendirian dalam transaksi digital di tanah air. “Penting agar seluruh pihak yang terlibat dalam pengadaan sistem transaksi digital juga ikut serta dalam kampanye tersebut,” ujarnya.

Contoh inovasi perusahaan pada produk Poscu Lite untuk pembayaran melalui QRIS pada komunitas UMKM antara lain dukungan literasi keuangan, workshop dan seminar pemasaran digital, serta insentif lainnya untuk menjadi mitra.

Beberapa di antaranya menggandeng Tamado Group Society di Sumatera untuk menjangkau UMKM di Pematang Siantar, Kabupaten Samosir, Aceh, Bali dan masih banyak tempat lainnya.

PT TDC juga menggandeng Forum Kewirausahaan Pemuda (FKP) Banten Bersama dan ABC Esport untuk mendorong pertumbuhan transaksi digital di Provinsi Banten melalui kegiatan ABC Esports Tour.

“Hal ini merupakan bagian dari kampanye kami untuk mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang dicanangkan Bank Indonesia pada tahun 2014,” tambah Indra.

Indra juga menyampaikan pentingnya edukasi dan pemberian nasihat keuangan kepada UKM, khususnya penyusunan laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan merupakan alat utama untuk menyusun indikator keuangan, arus kas dan laporan pajak UKM.

Indra menawarkan bantuan keuangan digital dan konsultasi kepada perusahaan ISO 9001:2015 untuk manajemen mutu, ISO 37001:2016 untuk sistem manajemen anti-penyuapan, dan ISO 27001:2022 untuk sistem keamanan informasi

Bentuk sederhana penerapan ISO adalah dengan merespon secara cepat data pengguna (pedagang) dari berbagai saluran data, serta melindungi terhadap kemungkinan kebocoran data ISO, ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *