TRIBUNNEWS.COM – Penikmat film Indonesia disuguhi tontonan yang menonjolkan budaya lokal.
Setelah Ngeri-Ngeri Sedap, sudah ada film berjudul Puang Bos yang dirilis oleh rumah produksi Megti Media (MMFilm).
Film Puang Bos mengajak penontonnya untuk mengetahui sejarah proses penciptaan perahu Pinisi yang sudah menjadi warisan budaya tak benda oleh UNESCO.
Film ini menggandeng aktor dan komisi terbaik nasional seperti Michelle Ziudith, Ibrahim Risyad, Pritt Timothy, Gilbert Patirihu, Zoe Levana, Mongol Stress dan Arif Brata.
Film pertama MMFilm ini dibalut dengan kisah drama dan komedi sehingga membawa kisah hangat kekeluargaan yang dekat dengan masyarakat Indonesia khususnya di Sulawesi.
Formula yang sama sebelumnya berhasil membuat film Ngeri-Ngeri Sedap meraih kesuksesan di tahun 2022.
Hal ini membuktikan kuatnya budaya lokal yang dibalut drama dan komedi yang dekat dengan keseharian masyarakat mampu menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik minat penonton.
Untuk mendapatkan sentuhan lokal yang kental dalam film Puang Bos, pihak rumah produksi banyak mengikutsertakan pekerja film yang berasal atau berlatar belakang Sulawesi Selatan. Sutradara Adink Livtang pun menerimanya.
“Sebenarnya saya hanya membawa satu asisten sutradara dari Jakarta. Sisa kru dop dan kreatif, saya punya saudara sutradara lokal di sini sebagai co-director untuk membantu saya, dan semua orang membantu saya dalam hal pemeran, pemerannya. Dan soundtrack musiknya saya pakai teman-teman musisi lokal,” jelas Andy dalam keterangannya, Minggu (28/7/2024).
Kuatnya budaya lokal khususnya Makassar dalam film tersebut juga menjadi tantangan bagi dua pemeran utamanya, Michelle Ziudith dan Ibrahim Risyad.
Apalagi keduanya bukan berasal dari Makassar. Di sini pengembangan karakter menjadi ujian, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan dialek lokal.
“Yang pasti afiks dalam dialek Makassar itu sulit sekali karena jumlahnya sangat banyak. Mungkin dulu saya sering mendengarnya,” tambah Mi. Tapi ternyata setelah saya membaca di sini dan memulai proses syuting, saya semakin banyak mendengar imbauan, kata Ibrahim Rishad.
“Saya sendiri dari Montenegro. Jadi di Medan kami tidak menggunakan bahasa Batak, hanya bahasa Melayu, jadi ada penekanannya tidak jauh berbeda dengan bahasa Makassar,” tambah Michelle Ziudith.
Yang pasti potensi film Puang Bos untuk menyamai atau bahkan melampaui pencapaian film Ngeri-Ngeri Sedap terbuka lebar.
Selain itu, film tersebut juga memeriahkan Festival dan Forum Internasional Kedelapan Makassar 2024 (F8 Makassar) yang dihadiri ribuan pengunjung.
Sutradara eksekutif Privy sekaligus produser film Puang Boss Marshall Pribadi berharap film tersebut bisa memberikan dampak besar dalam memajukan pariwisata di Sulawesi Selatan.
Tentu kita berharap film ini dapat menjadi sarana untuk membantu mempromosikan potensi wisata lokal khususnya budaya dan keindahan alam yang ada di Bulukumba. warisan,” kata Marshall.
Untuk “melihat” naskah film Puang Bos, masyarakat juga bisa menyaksikan trailernya di YouTube. Film tersebut akan segera tayang pada tahun 2024, di seluruh bioskop tanah air.