Laporan koresponden Tribunnews.com Aisha Nursiyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kanker hati merupakan penyakit serius yang merusak hati dan harus ditangani dengan serius.
Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, berbagai fungsi hati dalam tubuh bisa terganggu.
Oleh karena itu, kanker hati harus segera diobati. Semakin dini kanker terdeteksi, semakin baik pula tingkat kesembuhannya.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam spesialis penyakit lambung dan liver RS Pondok Indah, Profesor. dokter. dokter. Renault Alvani Jani, Sp. BD, Subsp. G.E.H. (k) Pengobatan kanker hati tergantung pada stadium kanker, keadaan fungsi hati, dan kondisi pasien.
Dr Reno dalam keterangannya, Kamis (8/8/2024), “Kanker hati bisa diobati jika terdeteksi pada stadium dini. Namun semakin besar kankernya, semakin sulit pengobatannya.”
Jika kankernya masih kecil dan fungsi hati baik, pembedahan reseksi atau pengangkatan sebagian kanker bisa menjadi pilihan.
Transplantasi hati merupakan pilihan pengobatan jika kanker hati sudah berada pada stadium lanjut.
Hati donor biasanya hanya sebagian, dan bagian yang diambil bisa tumbuh 100 persen dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam waktu satu hingga dua bulan.
Selain metode bedah, kanker hati dapat diobati dengan metode non-bedah seperti radiofrekuensi ablasi (RFA) dan transarterial chemoembolization (TACE).
Kedua metode tersebut memberikan pengobatan yang efektif bagi pasien yang tidak dapat menjalani operasi.
Ablasi frekuensi radio (RFA) adalah metode invasif minimal untuk mengobati kanker hati.
Metode ini bekerja dengan menggunakan energi panas yang dihasilkan gelombang radio untuk menghancurkan sel kanker di hati.
“Dengan menggunakan panduan pencitraan seperti USG, CT scan, atau MRI, dokter akan memasukkan jarum elektroda yang dapat menghantarkan energi gelombang radio ke jaringan tumor,” jelas dr Reno.
Setelah berada pada posisi yang benar, energi frekuensi radio akan dilepaskan yang menghasilkan panas pada area yang bersentuhan langsung dengan jaringan tumor.
Jika suhu mencapai 60-100 derajat Celcius, jaringan tumor mengalami nekrosis atau kematian.
Setelah prosedur dilakukan, pasien diawasi selama beberapa jam untuk memastikan tidak ada komplikasi, dan kemudian ia dapat kembali beraktivitas normal.
Kemoterapi dikenal sebagai metode pengobatan kanker non-bedah.
Namun cara ini tidak bisa digunakan untuk mengobati kanker hati seperti jenis kanker lainnya, karena hati merupakan organ yang menyaring racun dari dalam tubuh.
Obat kemoterapi dianggap sebagai zat beracun di dalam tubuh yang setelah masuk disaring oleh hati.
Namun kemoterapi tetap dapat digunakan pada pasien kanker hati melalui transarterial chemoembolization (TACE).
TACE adalah prosedur non-bedah yang secara langsung menargetkan dan menghancurkan tumor dengan menggabungkan teknik kemoterapi dan radioterapi.
Prosedur ini dilakukan di ruang angiografi dan pasien akan diberikan anestesi lokal di selangkangan atau lengan tempat kateter dimasukkan dan diarahkan ke arteri hati.
Prosedur TACE menggunakan kombinasi kemoterapi dan zat perangsang yang disuntikkan langsung ke pembuluh darah yang memberi makan tumor.
Obat kemoterapi bekerja dengan cara membunuh sel kanker.
Sementara itu, agen emboli (biasanya partikel kecil atau mikrosfer) menyumbat arteri.
Hal ini membatasi aliran darah ke area sekitar tumor.
Keduanya menyebabkan tumor kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga diharapkan sel kanker akan mati.
Setelah prosedur TACE, pasien akan diawasi selama beberapa jam sebelum melakukan aktivitas normal dan pulang.
Pasien mungkin mengalami efek samping pasca operasi seperti demam, mual, dan nyeri di area hati, namun gejala tersebut dapat dikontrol dengan obat-obatan.
Secara keseluruhan, RFA dan TACE dapat menjadi pilihan pengobatan HCC yang cepat, aman dan efektif untuk pasien HCC.
Karena merupakan prosedur invasif minimal, prosedur RFA dan TACE juga memiliki risiko komplikasi yang lebih rendah.
Hal ini memungkinkan penghancuran sel kanker secara lokal (terapi bertarget) dengan risiko minimal kerusakan pada jaringan sehat di sekitarnya.
Keunggulan lainnya adalah membutuhkan waktu pemulihan yang lebih cepat dibandingkan operasi tradisional.
Dia menyimpulkan, “Hal ini dapat dilakukan lebih dari satu kali jika tumor baru muncul di kemudian hari atau jika tumor tidak hancur total.”