TRIBUNNEWS.COM – Final Liga Europa malam ini antara Atalanta dan Bayer Leverkusen akan menarik. Kedua tim memainkan formasi serupa tetapi gaya permainan berbeda.
Ketangguhan bertahan La Dea -julukan Atalanta- akan diuji oleh keganasan lini depan Werkself -julukan Leverkusen. Laga tersebut akan dilangsungkan pada Kamis (23/5/2024) di Stadion Aviva, Irlandia pukul 02.00 WIB.
Atalanta dan Leverkusen sama-sama bermain dengan formasi 3-4-3. Tim yang dibesut Gian Piero Gasparini ini sangat mengandalkan kekuatan dan fisik untuk mengatasi tekanan para pemainnya.
Sedangkan tim asuhan Xabi Alonso berspesialisasi dalam kombinasi atau transisi cepat dan kecepatan pemainnya.
“Ini akan menjadi final yang menarik,” kata reporter Leverkusen Matthias Rotters di situs resmi UEFA. Para pemain Bayer Leverkusen berterima kasih kepada penggemarnya usai pertandingan sepak bola Grup H Liga Eropa UEFA antara Bayer 04 Leverkusen dan Molde FK pada 15 Desember 2023 di Leverkusen. (Ulrich Hufnagel/AFP)
Kisah Leverkusen
Pekan lalu, Leverkusen mengalahkan Augsburg 2-1 untuk merebut gelar Bundesliga. Kemenangan tersebut memberi tim asuhan Xabi Alonso gelar tak terkalahkan karena mereka belum pernah kalah dalam satu musim Bundesliga.
Leverkusen bergabung dengan Arsenal (2003/2004) dan Juventus (2011/2012) yang pernah mengalami periode serupa di Liga Inggris dan Liga Italia.
Kemenangan atas Augsburg menjadi laga ke-51 Leverkusen tanpa kekalahan di semua kompetisi.
Selain mereka, tidak ada tim lain di lima liga top Eropa yang mencapai hal tersebut.
Kehadiran Xabi Alonso seolah menjadi kutukan Leverkusen pada musim 2001/2002, saat mereka kehilangan 3 gelar dalam 11 hari.
Julukan Neverkusen sejak itu melekat di Leverkusen karena mereka gagal meraih gelar Bundesliga, Liga Champions, dan DFB Pokal.
Musim ini, segalanya berubah dan ada peluang untuk membuat sejarah luar biasa. Tidak ada tim yang tidak pernah mencapai tahap ini.
Mereka meraih treble dengan gelar tak terkalahkan.
Jika mampu mengalahkan Atalanta dan menjuarai Liga Europa, Leverkusen tinggal punya satu gelar lagi yang diwaspadai akhir pekan ini, yakni menghadapi FCK Kaiserslautern (26/5) di DFB Pokal.
Xabi Alonso telah mengubah Leverkusen hanya dalam satu setengah musim setelah datang pada pertengahan musim lalu.
Musim ini, ia tampil memukau di Liga Europa dengan gaya bermainnya yang progresif dan berbasis penguasaan bola.
Leverkusen total mencatatkan 6.622 umpan sukses di babak final Liga Europa. Menurut beIN Sports, raihan tersebut menempatkan mereka di peringkat kedua setelah Sevilla dengan 6.971 umpan sukses pada musim 2019/2020 dan finis sebagai juara.
Akurasi umpan pemain Leverkusen mencapai 89,5 persen dan berada di urutan kedua dalam sejarah Liga Europa di bawah Nice (2017/2018) dengan angka 90 persen.
Sementara tingkat keberhasilan umpan pendek Leverkusen mencapai 94,3 persen, merupakan angka terbaik yang pernah dicatat sebuah klub di Liga Europa.
Empat Terakhir Atlanta
Leverkusen tidak terkalahkan dalam 51 pertandingan. Florian Wirtz dan kawan-kawan nyaris kalah melawan Roma, namun berhasil menyamakan kedudukan dan memaksakan pertandingan hingga peluit akhir. Gelandang Atalanta asal Inggris Ademola Lookman (tengah) merayakan bersama bek Atalanta asal Prancis Brandon Sopi (kanan) dan gelandang Atalanta asal Belanda Maarten de Roon setelah mencetak gol pada pertandingan sepak bola Serie A Italia antara Atalanta dan Sassuolo pada 15 Oktober 2022. Stadion Italia di D’Bergamo. (Miguel Medina/AFP)
Leverkusen menjadi tim berbahaya memasuki menit-menit akhir pertandingan, momen krusial di 10 menit terakhir waktu normal dan masa tambahan waktu babak kedua.
Di Liga Europa, Leverkusen setidaknya sudah mencetak 6 gol saat pertandingan memasuki menit ke-90.
Mentalitas anak asuh Xabi Alonso sudah membaik dan kini akan menghadapi tim yang kurang beruntung di laga final.
Dikelola Gian Piero Gasperini, Atalanta setidaknya sudah mencicipi 3 final dan kali ini menjadi yang terbesar sepanjang sejarah klub.
Sayangnya, Atalanta tidak pernah memenangkan 3 final tersebut, kalah dari Juventus di Piala Italia.
Atalanta yang berkarakter menyerang selalu mengandalkan kekuatan fisik para pemainnya di bawah asuhan Gasparini selama empat musim terakhir.
Musim ini, La Di tampil mengagumkan meski bermain tanpa bola atau menghadapi tekanan lawan.
La Di mencatatkan 2,8 tembakan tepat sasaran per pertandingan di Liga Eropa. Angka itu merupakan yang terendah dibandingkan tim mana pun di turnamen musim ini.
Sedangkan Leverkusen menghadapi 4,1 per pertandingan.
Kekuatan lini pertahanan Atalanta akan diuji dengan penampilan ganas Leverkusen.
Bayer Leverkusen menjadi tim dengan tembakan terbanyak di Liga Eropa dengan total 232 tembakan. Jumlah tersebut berada di bawah Chelsea yang mencatatkan 247 tembakan pada musim 2018/2019.
Namun, tidak ada yang mustahil bagi Atalanta yang menghadapi rekor sekelas Leverkusen.
“Tidak ada tim yang tidak bisa dikalahkan,” kata pemain Atlanta De Roon.
“Sejauh ini, Leverkusen terlihat luar biasa tapi mungkin kami bisa mengubahnya.”
“Kami harus percaya pada filosofi kami, memainkan sepak bola menyerang dan mencoba mengalahkan mereka.”
“Anda tidak bisa memenangkan trofi jika Anda mengalahkan yang terbaik,” tegasnya.
(Tribunnews.com/Sina)