Wabah Flu Burung Turut Menyerang Hewan Mamalia di 31 Negara Bagian AS, 21 Kucing Terinfeksi

TRIBUNNEWS.COM – Wabah flu burung H5N1 melanda Amerika Serikat dengan cepat.

Menurut USA Today, empat orang terkena flu burung.

Selain itu, virus ini juga telah menyebar ke puluhan spesies dan menginfeksi mamalia di setidaknya 31 negara bagian.

Hewan yang terinfeksi termasuk sapi, rubah, tikus, sigung belang, singa gunung dan anjing laut, serta alpaka.

Setidaknya 21 kucing peliharaan di sembilan negara bagian juga telah tertular virus ini sejak 1 Maret, menurut Departemen Pertanian AS.

Kucing yang dinyatakan positif bukan hanya kucing liar, tapi juga kucing pendamping.

Ada kemungkinan seseorang tertular dari hewan peliharaannya, namun kecil kemungkinannya, kata A.S. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, atau CDC. Ilustrasi Flu Burung (Mumbai Live)

Virus H5N1 dapat menyebar melalui air liur kucing, feses atau cairan tubuh lainnya.

Semua orang yang tertular virus ini bekerja di bidang yang berhubungan dengan peternakan.

Namun, kini mereka telah pulih sepenuhnya.

Pihak berwenang yang berwenang berupaya mengurangi penyebarannya.

Berikut yang perlu Anda ketahui tentang virus flu burung H5N1, mengutip USA Today. Bagaimana kucing dan sapi bisa tertular flu burung?

Kucing bisa tertular flu burung jika berinteraksi dengan burung yang tertular.

Wabah flu burung yang terjadi baru-baru ini pada sapi perah diyakini merupakan kasus pertama dari spesies tersebut.

Peneliti dari Cornell University yakin sapi perah yang terkena dampak di Texas terinfeksi oleh air dan sumber makanan yang terkontaminasi oleh burung liar yang bermigrasi melalui daerah tersebut.

Penyakit ini sangat mungkin menular antar sapi dalam jarak dekat.

Elisha Frye, asisten profesor praktik di Departemen Kedokteran Kependudukan dan Ilmu Diagnostik Cornell, mengunjungi peternakan sapi perah yang terkena dampak pada bulan Maret lalu.

Dia menyelidiki kematian sapi, burung, dan kucing di fasilitas tersebut.

Dari sampel susu, feses, dan usap hidung, Frye menemukan penyakit tersebut pada sapi.

Pengujian juga dilakukan terhadap bangkai burung yang ditemukan di peternakan, serta satu dari tiga kucing yang ditemukan mati di peternakan pada waktu yang bersamaan.

Semua hasil tes positif flu burung.

“Burung, kucing, dan susu dari sapi yang memiliki patogen yang sama masuk akal karena itulah penyebab utama penyakit tersebut,” kata Frye. Apakah kucing pernah tertular flu burung sebelumnya?

CDC telah mencatat wabah sporadis flu burung pada mamalia baru-baru ini, yang menyerang hewan liar seperti rubah dan beruang, serta hewan peliharaan seperti anjing dan kucing.

Para pejabat yakin kasus-kasus ini disebabkan oleh hewan yang memakan unggas atau unggas yang terinfeksi.

Pada tahun 2004, wabah penyakit ini dilaporkan terjadi pada hewan peliharaan, termasuk kucing dan anjing di Thailand.

Wabah lain yang menyerang hewan peliharaan terjadi di Jerman dan Amerika Utara pada tahun 2006.

CDC mengatakan bahwa orang yang tertular virus dari hewan peliharaannya sangat jarang dan kecil kemungkinannya.

Namun, penularan dapat terjadi akibat paparan yang berkepanjangan dan tidak terlindungi.

Misalnya, pada tahun 2016, seorang dokter hewan di New York City tertular flu burung karena berulang kali terpapar kucing yang sakit.

Dokter hewan menderita gejala flu ringan. Gejala terkena flu burung

Kemungkinan kucing terkena flu burung sangat kecil.

Namun hal ini bisa terjadi jika kucing peliharaan sering berada di luar dan akhirnya makan atau terlalu nyaman dengan burung yang terinfeksi, atau bergaul di lingkungan yang tercemar.

Jika Anda curiga ada orang atau hewan di rumah Anda yang berada di sekitar burung yang sakit atau mati, perhatikan tanda-tanda berikut ini:

– Demam atau rasa menggigil/menggigil.

– Menuai.

– Sakit tenggorokan.

– Kesulitan bernapas/sesak napas.

– Konjungtivitis (berair, kemerahan, iritasi atau keluarnya cairan dari mata).

– Sakit kepala.

– Keluarnya cairan dari hidung atau hidung.

– Nyeri otot atau badan.

– Diare Cara mencegah penularan flu burung

Menghindari paparan adalah cara paling efektif untuk menghentikan penyebarannya, kata CDC.

Hal ini dapat dilakukan dengan:

– Hindari kontak langsung dengan burung liar dan amati burung liar hanya dari jarak jauh, jika memungkinkan.

– Hindari kontak antara hewan peliharaan (misalnya burung, anjing dan kucing) dan burung liar.

– Jangan menyentuh unggas yang sakit atau mati, kotoran atau kotorannya, atau permukaan atau sumber air apa pun (misalnya kolam, kaleng penyiram, ember, panci, bak mandi) yang mungkin terkontaminasi dengan air liur, kotoran, atau cairan tubuh lainnya tanpa alat pelindung diri. ( APD).

– Hindari menyentuh mulut, hidung, atau mata setelah kontak dengan burung atau permukaan yang mungkin terkontaminasi air liur, lendir, atau kotoran burung atau hewan peliharaan liar.

– Cuci tangan dengan sabun dan air setelah menyentuh burung atau hewan lain yang sakit.

– Ganti pakaian setelah kontak dengan burung liar, unggas, dan hewan sakit.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *