AS Berencana Turunkan Klasifikasi Ganja dari Obat Paling Berbahaya

Badan Pengawasan Narkoba (DEA) Amerika Serikat (AS) akan melanjutkan rencana reklasifikasi ganja dari Kelas I ke Kelas III, demikian beberapa pemberitaan media pada Selasa (30/04) waktu setempat.

Dilihat dari situs resmi DEA, Amerika Serikat mengklasifikasikan obat menjadi lima golongan, yaitu Golongan I-V.

Ini didefinisikan sebagai obat Kategori I yang mempunyai potensi penyalahgunaan obat yang tinggi dan berpotensi menimbulkan ketergantungan emosional dan/atau fisik yang parah.

Selain itu, Kelas V mempunyai peluang paling kecil untuk terjadinya pelecehan.

Ganja telah menjadi obat golongan I di Amerika Serikat selama lebih dari 50 tahun, yang dianggap sebagai obat yang sangat membuat ketagihan seperti heroin dan ekstasi.

Namun, Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat (HHS) tahun lalu merekomendasikan kepada DEA agar ganja dimasukkan dalam daftar obat Jadwal III, bersama dengan zat yang tidak terlalu menimbulkan kecanduan seperti Tylenol dengan kodein, ketamin, dan testosteron.

Jika amandemen ini disahkan, bukan berarti ganja akan dilegalkan di tingkat federal.

Namun, hal ini akan meningkatkan ketersediaan ganja untuk keperluan medis, dan industri ganja akan tumbuh di negara-negara yang melegalkannya. Kapan DEA akan mengeluarkan keputusannya?

Usulan reformasi ganja ini harus ditinjau oleh Kantor Manajemen dan Anggaran (OMB) Gedung Putih.

Namun, setelah OMB memberikan persetujuan, DEA akan memasuki masa yang disebut periode “komentar publik”.

Setelah jangka waktu tersebut, dan melalui peninjauan hakim administratif, DEA akan mengeluarkan keputusan akhir.

Permintaan untuk mengklasifikasi ulang ganja ini muncul setelah Presiden Joe Biden pada Oktober 2022 menyerukan perombakan undang-undang federal ganja di Amerika Serikat.

Saat itu, Biden juga memberikan amnesti kepada ribuan warga AS yang terpidana kepemilikan ganja.

Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa sekitar 70 persen orang dewasa di Amerika mendukung legalisasi ganja. Jumlah ini meningkat dua kali lipat sejak pemilu tahun 2000.

Oleh karena itu, pengumuman pemekaran wilayah ganja diyakini bisa membantu Biden secara politik pada pemilu tahun ini. Rencana rehabilitasi ganja belum dikritik

Salah satu kritik terhadap rencana reformasi ganja datang dari Kevin Sabet, yang menjabat sebagai presiden kelompok hukum nasional anti-ganja, Smart Approaches.

Seorang mantan pejabat penegak hukum narkoba di pemerintahan Obama menyebut rekomendasi HSS kepada DEA sebagai tindakan yang “anti-ilmiah dan anti-politik”.

Sementara itu, sejumlah pendukung legalisasi mariyuana mengkritik pembatalan tersebut dan mengatakan bahwa hal tersebut berjalan terlalu lambat. Mereka malah ingin ganja dihapuskan sepenuhnya dari daftar zat yang dikontrol, sama seperti alkohol atau tembakau.

Kritik juga datang dari Paul Armento, yang menjabat sebagai wakil direktur Organisasi Nasional Reformasi Hukum Ganja.

Dia mengatakan melegalkan ganja “hanya akan terus membedakan undang-undang ganja negara bagian dan federal.”

Dalam pernyataan terpisah, presiden Asosiasi Bisnis Minoritas Ganja, Calico Castile, mengatakan pemasukan kembali ganja hanyalah “larangan ulang”.

Dia mengatakan pemerintah harus memberikan akses penuh kepada mereka yang memiliki izin dan mengakhiri penahanan selama puluhan tahun yang secara tidak proporsional berdampak pada orang kulit berwarna.

Gtp/rs (Reuters, AFP, AP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *