TV Al-Qaira milik pemerintah Mesir melaporkan pada Senin malam bahwa delegasi Hamas telah meninggalkan Kairo untuk menghadiri perundingan gencatan senjata terbatas untuk membebaskan tahanan yang ditahan oleh kelompok militan di Gaza.
TV Al Cairo memberitakan bahwa Hamas Israel akan menanggapi secara tertulis proposal akhir yang disampaikan kepada Hamas oleh mediator Qatar dan Mesir pada Senin (29/04) lalu waktu setempat.
Negosiasi untuk pembebasan para sandera telah gagal dalam beberapa bulan terakhir. Sandera terakhir diselamatkan pada bulan November tahun lalu selama gencatan senjata selama seminggu. Selama kurun waktu tersebut, Hamas menukar 240 tahanan Palestina dari Israel dan membebaskan lebih dari 100 sandera.
Meski tidak merinci proposal baru tersebut, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengatakan dalam pidatonya di ibu kota Saudi, Riyadh pada hari Senin (29/04) bahwa proposal tersebut terlalu murah hati dan Hamas harus segera bertindak. “Keputusan” mengenai tawaran itu.
Blinken yang saat ini sedang melakukan kunjungan ketujuh ke Timur Tengah sejak pecahnya perang antara Israel dan Hamas pada Oktober lalu, akan melanjutkan kunjungannya ke Yordania dan Israel dari Arab Saudi pada Selasa (30/04) dan Rabu (01/05). . .
Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, lebih dari 34.000 warga Palestina telah tewas dalam pertempuran tersebut. Dan kesepakatan terbaru yang sedang dinegosiasikan dapat mengakhiri serangan yang sedang berlangsung di Gaza.
Israel mengatakan Hamas masih membunuh sekitar 100 orang di wilayah tersebut dan masih menahan 30 jenazah.
Perang antara Israel dan Hamas dipicu oleh serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober. Selama waktu itu, Hamas membunuh sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang.
Hamas ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh banyak negara, termasuk Amerika Serikat (AS), Jerman, dan Israel. Percakapan terpisah Biden dengan para pemimpin Qatar dan Mesir
Pada kesempatan lain, Presiden AS Joe Biden membahas situasi terkini di kawasan dengan para pemimpin Mesir dan Qatar pada Senin (29/04). Biden membuat seruan terpisah untuk keduanya.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi mengatakan percakapan dengan Biden menyentuh perundingan yang sedang berlangsung mengenai proposal gencatan senjata terbaru dan ancaman eskalasi militer di Gaza.
Juru bicara presiden Mesir menambahkan, kedua pemimpin membahas pembebasan tahanan Palestina dari penjara Israel dan pembebasan sandera Hamas. Menurutnya, hal tersebut menjadi poin utama perjanjian gencatan senjata antara Hamas dan Israel saat ini.
Sementara itu, dalam percakapan telepon dengan Syekh Tamim bin Hamas al-Thani asal Qatar, Biden meminta Qatar melanjutkan upayanya untuk membebaskan sandera yang disandera Hamas.
“Ini adalah satu-satunya hambatan bagi gencatan senjata dan bantuan kepada rakyat Gaza,” kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
“Ada kemajuan baru dalam perundingan,” kata juru bicara Gedung Putih Karin Jean-Pierre sesaat sebelum pembicaraan telepon tersebut. Namun, dia tidak menyebutkan kemajuan apa yang dicapainya.
Sementara itu, pada pertemuan Forum Ekonomi Dunia yang diadakan di Riyadh, Arab Saudi pada Senin (29/04), Menteri Luar Negeri Prancis Stéphane Sejour menyebut situasi kemanusiaan di Gaza sebagai “bencana” dan berulang kali menyerukan gencatan senjata.
“Semuanya berjalan maju tetapi Anda harus selalu berhati-hati dengan diskusi dan negosiasi ini,” kata Sejourne kepada Reuters.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Berbock juga mengomentari kejadian yang sama. Dia menyerukan agar lebih banyak bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Gaza dan menegaskan kembali dukungan Jerman terhadap solusi dua negara.
Kemarin, kepala urusan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengatakan kepada wartawan bahwa negara-negara anggota UE ingin mengundang para pemimpin Arab ke Brussels untuk membahas solusi dua negara.
“Satu-satunya harapan saya, keinginan saya, adalah percaya bahwa jika negara-negara Arab mengusulkan, maka negara-negara Eropa harus memikirkan cara untuk menyelesaikan perbedaan mereka, karena bukan rahasia lagi bahwa negara-negara Eropa sangat terpecah belah,” katanya.
“Saya mengusulkan untuk mengundang negara-negara anggota datang ke Brussels untuk berbagi rencana mereka karena kita juga harus mencoba mengatur pendekatan kita,” kata Borrell.
Gtp/rs (Reuters, AP, AFP)