TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Inilah profil Presiden Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Hasyim Asy’ari.
Baru-baru ini, Dewan Kehormatan Perencanaan Pemilihan Umum (DKPP) mencopot Hasyim Asy’ari sebagai pimpinan KPU di Indonesia.
Ketua DKPP Heddy Lugito pada Rabu mengatakan: “Memberhentikan Hasyim Asy’ari untuk selamanya sebagai presiden dan anggota KPU terhitung sejak keputusan ini dibacakan.” (3/7/2024).
Sekadar informasi, Hasyim mengadukan seorang perempuan di PPLN karena diduga melakukan hubungan intim pada Pemilu 2024.
Hasyim menjabat Komisioner KPU Indonesia sejak 2016.
Pada saat yang sama, ia bergabung dalam Sistem Penyesuaian Sementara (PAW), menggantikan mendiang Komisioner KPU di Indonesia, Husni Kamil Malik.
Dirilis dari laman Humas Kementerian Politik, Hukum, dan Kehakiman RI, polkam.go.id, jabatan Hasyim sebagai Komisioner KPU di Indonesia akan berlanjut pada periode berikutnya yakni 2017-2022.
Pria kelahiran Pati, 3 Maret 1973 ini merupakan Doktor Ilmu Politik Universitas Malaya, Kuala Lumpur.
Hasyim tercatat di situs resmi KPU, guru besar Universitas Diponegoro (Undip).
Mengajar di Fakultas Hukum (FH) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip).
Sebelumnya, Hasyim Hasyim juga pernah menjadi anggota KPU Provinsi Jawa Tengah pada periode 2003-2008.
Sejak September 2011 hingga April 2012 menjabat sebagai Ketua Tim Ahli Pendaftaran Pemilih KPU. Profil pendidikan
Pada tahun 1995, Hasyim memperoleh gelar master (SH) dari Universitas Jendral Soedirman.
Pada tahun 1998, beliau memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) dari Universitas Gajah Mada (UGM).
Gelar Master of Science diperoleh melalui mata kuliah Demokrasi dari Masyarakat Sipil: Kajian Peran Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dalam Pemberdayaan Masyarakat Sipil di Indonesia 1971-1996.
Pada tahun 2012, Hasyim lulus dari Universitas Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia.
Ia memperoleh gelar PhD bidang Ilmu Politik dari sekolah ini dengan tesisnya yang berjudul “Konsolidasi Demokrasi: Kajian Perubahan Konstitusi dan Pemilu 2004 di Indonesia”.
Ia juga bekerja sebagai peneliti di berbagai institusi, seperti BAPPENAS di bidang hukum dan korporasi.
Beliau juga merupakan peneliti di Lembaga Kajian Konstitusi Departemen Hukum UNDIP dan saat ini menjadi konsultan kerjasama reformasi Indonesia. Bergabunglah dalam rapat
Pengalaman berorganisasi Hasyim juga tidak sedikit.
Beliau merupakan anggota Komisi Pengembangan Pendidikan dan Pengajaran Himpunan Guru Hukum Dasar (HTN) dan Hukum Administrasi Negara (HAN) pada tahun 2015-2020.
Beliau juga pernah menjabat Wakil Direktur Departemen Pembinaan Staf Lazis Ikatan Persaudaraan Indonesia (IPHI) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009-2014.
Pernah menjabat Sekretaris Komisi Pengembangan Sumber Daya Manusia, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Direktorat Wilayah Jawa, Semarang pada tahun 2001-2006.
Selain itu, Hasyim tergabung dalam Persatuan Nahdlatul Ulama (NU) dan sejak 1988 di Persatuan Nahdlatul Ulama Putera (IPNU) cabang Kudus.
Beliau juga menjabat Wakil Ketua Gerakan Ansor Jawa Tengah (GP) (2010-2014).
Selain menjabat Wakil Direktur Departemen Pelayanan Kemanusiaan, Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (Lazis), Persatuan Saudara Haji Indonesia (IPHI) Provinsi Jawa Tengah (2009-2014).
Sekretaris Komisi Pengembangan Sumber Daya Manusia Majelis Ulama Indonesia (MUI), Direktorat Wilayah Jawa, Semarang (2001-2006). Viral dikabarkan mendapat kue di hari Kader PSI
Video Hasyim Asy’ari menerima kue luar biasa di acara bersama Wakil Sekjen PSI dan Perwakilan DPR RI Marsha Siagian viral di media sosial.
Hal ini menimbulkan permasalahan di banyak pihak hingga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan hal tersebut bisa dipenuhi.
Lantas apa yang dimaksud Hasyim Asyari dengan video viral tersebut?
Saat ditemui wartawan di Kantor KPU RI Jakarta, Selasa (19/3/2024), Hasyim membantah elite PSI memberinya kue ulang tahun sebagai calon Pemilu 2024.
Dia bilang dialah yang menyiapkan kue ulang tahun dan bukan orang lain.
Hasyim mengatakan kepada wartawan: “Oh, itu roti yang saya siapkan sendiri. Dia ikut video itu dan memakannya.”
Hasyim mengamini, banyak orang yang datang ke pesta ulang tahun itu bisa menjadi saksi.
Agar Hasyim memastikan tidak ada roti lain yang ditawarkan, termasuk PSI.
“Semua saksi ada di sini. Tidak ada PSI yang kasih kuenya, tidak ada apa-apa,” ujarnya.
Hasyim mengatakan, alasan roti ada di meja adalah karena ia merencanakannya dan tujuannya dalam pertemuan umum tersebut.
Oleh karena itu, Hasyim, siapapun yang datang ke tempat umum boleh memecahkan kue tersebut.
“Saya sudah melakukannya dan sudah saya lakukan di lapangan umum. Kalau mau dibuatkan video, mintalah pada orang yang membuatkan video itu,” ucapnya.
Dalam laporan tersebut, video yang beredar menyebutkan Presiden KPU RI Hasyim Asy’ari diberi kue ulang tahun oleh calon PSI atas nama Marsha Siagian.
Rekamannya tersebar ke berbagai media, karena Hasyim sebenarnya penanggung jawab penyelenggara pemilu, sedangkan Marsha yang ikut pemilu. Ceramah Natal Jokowi
TRIBUNNEWS.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia (RI) Hasyim Asyari menjadi pengkhotbah hari ini.
Dalam ceramahnya, Hasyim mengingatkan kita agar mengambil hikmah saat Idul Adha, yakni menjauhi perilaku binatang.
TribunJateng menyebutkan, berikut uraikan detail khotbah Ketua KPU RI Hasyim Asyari yang ditulis pada Idul Adha 1445 H pada Khotbah 1 dan Khotbah 2 yang disebutnya Qorban sebagai Ujian Iman: Pemimpin ‘ Tangan pemilihan umum. Komisioner (KPU) Republik Indonesia (RI) Hasyim Asyari merupakan khatib yang mengunjungi Presiden Joko Widodo dalam salat Idul Adha 1445 H atau Senin (17/6/2024) di Simpanglima Semarang. (Kolase Tribunnews.com)
Pelajaran 1
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ atau
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ atau
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ atau
Apa yang Chileke lakukan dengan cara ini, apa yang Anda lakukan dengan cara ini
Panduan Pengguna yang Dapat Dipakai
Tidak ada Tuhan selain Tuhan dan Tuhan
صَدق وَعْدَهُ
وَنَصَرَ عَبْدَهُ
وَأَعَزَّ جُنْدَهُ
Panduan Pengguna
لَاِلٰهَ إِلَّ اللهُ وَلَا نَعْبُدُ ِلَّ يَّاهُ مُخْلِصِيْن َ لَهُ الدِّيْنَ
وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ
Tidak ada tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar
Tuhan memberkati
Alhamdulillah, Tuhan memberkati
اشْشَدُ أَنْ لَّ إِلَّهَ إِلَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَر atas هُ الَّذِي لَانَبِي ّ setelah kematiannya.
Tuhan dan para malaikatnya berdoa untuk nabi
Hai orang-orang yang beriman, doakanlah dia dan berilah dia ketenangan
Tuhan memberkati
Tuhan
فَينِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِ تَهِ قُرْآنِ
Wahai orang-orang yang bertakwa kepada Allah, janganlah kamu mati kecuali kamu seorang muslim.
Berkumpulnya Idul Adha yang diridhoi Allah,
Selamat pagi ini, marilah kita bersyukur dan bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita kehidupan, kekuatan dan kebahagiaan sehingga kita menemukan tempat ini untuk melakukan salah satu amalan salat yang diperintahkan untuk kita lantunkan. kalimat-kalimat agung, takbir, dan tahmid yang kita semua rujuk ke kebesaran dan keagungan Allah.
Do’a dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Rabb Nabi Muhammad SAW yang membawa risalah kenabian, dengan do’a agar kita tahu bahwa umat Nabi Muhammad SAW kelak di akhir zaman kita akan menerima permohonan Nabi Muhammad SAW. .
Berkumpulnya Idul Adha yang diridhoi Allah,
Setiap tahunnya, pada malam Idul Adha, tanggal 10 Dzulhijjah, kita mengucapkan tauhid, takbir, tahmid, dan tahlil. Mengumumkan tauhid jelas menunjukkan bahwa Allah maha kuasa dan tidak mempunyai sekutu. Kata takbir memberikan kesan yang kuat kepada kita bahwa Allah itu maha besar dan mulia, tidak ada yang bisa menandingi kebesaran dan kemuliaan-Nya. Ungkapan tahmid mempunyai makna bahwa yang patut dipuji hanyalah Allah SWT dan segala puji hanya milik-Nya. Kalimat tahlil mendukung kalimat tahmîd bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Kalimat besar ini kini terdengar dimana-mana, umat Islam pun mengulanginya di seluruh dunia, baik di wilayah barat, di wilayah timur, di dunia bagian utara, maupun di dunia bagian selatan. Saat itu, di tanah suci Makkah, kaum muslimin, para tamu Allah yang sedang menunaikan ibadah haji, mengucapkan kalimat talbiyah, yaitu:
لَبَّيْكَ اللُّّمَّ لَبَّيْكَ
Artinya: “Aku penuhi seruanmu ya Allah, aku penuhi seruanmu, kamu tidak mempunyai sekutu, kamu benar-benar disembah, limpahan rahmat dan kekuasaan hanya milikmu saja, kamu tidak mempunyai sekutu.”
Kalimat-kalimat takbir, tahmid dan talbiyah ditanamkan dalam hati, dan ditaruh dalam lubuk hati yang paling dalam, sehingga tumbuh khasiatnya secara efektif dan diwujudkan dalam bentuk perilaku dan ibadah. Mengetahui kebesaran Allah yang tidak ada sekutunya, mengetahui bahwa tidak ada seorang pun yang patut dipuji selain Allah, menaati dan mentaati perintah-perintah-Nya, dan mengetahui bahwa kita menunaikan seruan-Nya ketika kita menunaikan ibadah haji adalah untuk memenuhi tujuan kita. berbicara dan percaya.
Berkumpulnya Idul Adha yang diridhoi Allah,
Idul Adha atau disebut juga Qorban memperingati Nabiyullah Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail. Nabi Ismail adalah satu-satunya putra Nabi Ibrahim yang telah absen bertahun-tahun. Sebagai anak laki-laki satu-satunya, orang tua Ismail menyayanginya. Dalam semangat cinta tersebut, muncullah perintah Allah kepada ayahnya, Nabi Ibrahim, untuk mengorbankan putranya, Ismail. Nabi Ibrahim AS pun patuh dan patuh sepenuhnya, sepakat untuk menaati perintah tersebut, ketika Ibrahim menceritakan kepada Ismail tentang perintah Allah untuk membunuhnya, Nabi Ismail tidak takut sedikitpun. Ia rela menerima perintah itu dan meyakinkan ayahnya bahwa ia pun menerima perintah itu dengan penuh ketaatan dan kesabaran. Keduanya jelas menunjukkan kesediaan khusus untuk berkorban. Kesediaan Nabi Ibrahim untuk menaati perintah, dan kesediaan Ismail menerima perintah, merupakan jenis ketaatan yang tidak bisa disamakan dengan menaati perintah Allah.
Kita bisa membayangkan apa jadinya jika kita mempunyai seorang putra dan seorang putri yang siap membunuhnya untuk memenuhi perintah Tuhan. Nabi Ibrahim dan putranya Ismail memenuhi perintah ini dengan ketaatan sempurna, pikiran sempurna, ketenangan dan penyerahan diri sepenuhnya. Pengorbanan yang dilakukan kedua hamba Tuhan tersebut merupakan cobaan dan pengorbanan besar yang belum pernah terlihat dalam sejarah umat manusia hingga saat ini. Baik pengorbanan maupun cobaan kini tercatat dalam sejarah sebagai sebuah peristiwa yang akan berlangsung selamanya, yang kita sebut dengan Idul Qurban. Kami yakin, pengorbanan dan cobaan yang kami alami dapat kami jadikan pelajaran berharga. Sebaliknya betapa kecilnya cobaan dan pengorbanan yang kita berikan ketika kita memberikan sebagian dari apa yang kita miliki untuk menunaikan perintah Allah dalam sebuah upacara Qorban.
Berkumpulnya Idul Adha yang diridhoi Allah,
Kita harus meneladani dan mengikuti kurban Nabi Ibrahim dan Ismail, dengan cara kita sendiri, dengan kemampuan yang kita miliki, siap untuk taat dan taat pada perintah Allah SWT dengan mengorbankan sebagian harta kita dan mengorbankan apa yang kita lakukan itu. dianggap tidak sesuai hukum dan petunjuk Tuhan. Pada hari raya Idul Adha, masyarakat diharapkan menunjukkan kerelaan berkurban.
Hewan kurban mengeluarkan darahnya dan menghasilkan daging yang akan diberikan kepada orang-orang yang bertakwa. Perlu diingat bahwa yang diperiksa Allah dalam membunuh manusia bukanlah darah yang mengalir atau daging palsu, melainkan kesucian jiwa dan darah hati serta kerelaan berkurban. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Hajj (22) ayat 37:
لَنْ يَّنَالَ اللَّ لُحْمُهَا وَلَا مَاثُهَ وَلْكِنْ ِنَالُهُ التَّقْوى مِن ْكُمْ
Artinya: “Daging dan darah kurban tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya itulah kehormatanmu.”
Kesucian jiwa dan darah dalam kurban merupakan hal yang paling mendesak untuk diperhatikan. Ini adalah landasan di mana kita bekerja dalam semua ibadah kita. Firman Allah pada ayat di atas menunjukkan bahwa kurban tidak dilihat dari segi benda, jumlah dan penampakan luarnya, tetapi yang dilihat adalah sifat dan tujuan orang yang berkurban. Keputusan mengorbankan Nabi Ibrahim dengan membunuh putranya Ismail, merupakan ujian terbesar keimanan dan ketakwaan Nabi Ibrahim dan Ismail. Allah ingin melihat seberapa rela dan siap keduanya menaati perintah ini. Pada akhirnya keduanya lulus ujian Allah dan mampu menunjukkan akhlak keimanan dan kesalehan, dan dengan kekuasaan Allah Nabi Ismail yang hendak membunuhnya menggantikan hamba Allah tersebut.
Allahu akbar 3X
Berkumpulnya Idul Adha yang diridhoi Allah,
Agama kita mewajibkan adanya hewan kurban, baik berupa hewan: domba, kambing, anak sapi, sapi atau unta. Korbannya adalah binatang. Hal ini sekurang-kurangnya mencakup dua makna, yaitu (1) sifat hewani jiwa manusia harus berkorban dan berkorban, (2) jiwa dan perilaku manusia harus dilandasi oleh kesatuan, keimanan, dan ketuhanan. Banyak sekali ciri-ciri binatang yang terdapat pada diri manusia, seperti sifat egois, sombong, kecenderungan untuk selalu baik pada diri sendiri, dan kecenderungan memperlakukan orang lain atau orang yang bukan anggotanya sebagai musuh atau musuh. Sifat hewani yaitu curiga, menyebarkan desas-desus palsu, fitnah, serakah, tamak dan nafsu yang tidak terkendali, tidak mau melihat kebenaran hidup, tidak mampu memberi nasehat, tidak mampu mendengarkan hukuman, dan sebagainya. . dalam pengertian Islam. Sikap-sikap tersebut apabila dibiarkan dan mengakar dalam diri masyarakat, akan menimbulkan permasalahan dalam kehidupan, tidak baik pada lingkungan, baik pada diri manusia maupun dalam keluarga. Kualitas-kualitas ini akan membuat proses terciptanya keterpisahan dan kekacauan dalam hidup menjadi lebih mudah.
Ajaran Islam dan ajarannya tentang kurban menuntut seorang muslim untuk rela mengorbankan sifat-sifat tersebut demi mencapai keamanan dan kedamaian dalam masyarakat dan perdamaian antar sesama. Ajaran Islam mensyaratkan hewan kurban haruslah hewan yang berbudi pekerti sempurna, berjenis kelamin jantan, tidak buta, sehat, tidak berkulit, dan tidak cacat. Artinya dalam berkurban, beramal shaleh dan bekerja, setiap muslim dituntut untuk berusaha semaksimal mungkin, menggunakan tenaga yang baik, tidak bermalas-malasan, tidak melakukan sesuatu yang sembarangan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an ayat Al-Kautsar ayat 1-3:
Insya’Allah. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. Tuhan memberkati
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah melimpahkan keberkahan kepadamu. Maka tegakkanlah ibadah kepada Tuhanmu;
Ayat ini menunjukkan kepada kita, betapa banyaknya nikmat yang Tuhan berikan kepada kita yang tidak dapat kita hitung satu per satu. Kenikmatan tersebut akan kita pahami dengan cara kita beribadah, mendekatkan diri kepada Allah. Mendekatkan diri kepada Allah dapat dilakukan dengan berdoa dan menyembelih hewan kurban sebagaimana ditekankan pada ayat kedua surat ini.
Selain sebagai bentuk ibadah yang mempunyai aspek vertikal yaitu mendekatkan diri kepada Allah, kurban juga mempunyai aspek vertikal atau sosial yaitu pembagian harta. Jika pada hari raya Idul Fitri kita menyenangkan orang lain dalam zakatnya, maka sudah saatnya Idul Adha menyenangkan orang lain dalam berkurban.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat-Taubah (9): 105:
وَقُلِ عْمَلُوْ فَسَيَرَ اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهُ وَالْم ُؤْمِنُونَ
Katakanlah: Berjuanglah dan bertindaklah karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat dan menilai amal-amalmu.
Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah (2): 148:
الْخَيْرَاتِ
“Kompetisi untuk berbuat baik.”
Islam memerintahkan pengorbanan dan cinta semaksimal mungkin, karena Islam sendiri adalah dinul-udhiyah (agama pengorbanan) dan dinul-‘amal (agama yang menuntun pada kerja dan usaha). Iman kita kepada Tuhan harus dibarengi dengan tindakan nyata dalam hidup kita.
Menurut agama, iman saja, tanpa kasih karunia, tidaklah cukup dan cinta tanpa iman tidak ada gunanya. Oleh karena itu, dalam Islam, iman dan amal tidak dapat dipisahkan. Kita tidak melihat banyak ayat Al-Qur’an yang menegaskan bahwa kata iman adalah امَنُوْا (orang beriman) dan selalu diikuti dengan kata وَعملوا الصالحات (dan beramal shaleh).
Salah satunya adalah ayat Surat Al-Ashr (103) yang menjelaskan bahwa yang tidak rugi adalah orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. Allah berfirman:
وَالْعَصْرِ. Insya’Allah. Tuhan memberkati
Untuk sekarang. Tentu saja, masyarakat berada dalam risiko. Selain orang-orang beriman yang beramal shaleh, mereka saling menasihati dan memberi semangat dalam kebenaran dan kesabaran.
Allahu Akbar 3X
Berkumpulnya Idul Adha yang diridhoi Allah,
Qurban sebagai tanda bahwa hidup dan tingkah laku seseorang akan bergantung pada Tuhan Yang Maha Esa, keimanan dan ketakwaan, dapat memberikan makna bahwa kita dituntut untuk mengimani keesaan Allah, dan apa yang dilakukan hanya untuk Allah. Doktrin pengorbanan ini juga mempunyai penjelasan yang mendalam agar kita bisa mengorbankan segala perilaku dan tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita diminta untuk berkorban, mengoperasi, dan menghilangkan perilaku-perilaku yang dianggap merusak keimanan, dan menggantinya dengan perilaku dan tindakan yang sesuai dengan keyakinan Islam dan apa yang diajarkan Tuhan. Aturan Berkurban
Abu Huraira, 16-18-2018, berkata: “Rasulullah SAW bersabda:
Berdasarkan riwayat Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Barangsiapa mempunyai waktu tetapi tidak berkurban, maka datanglah ke musala kami (yang artinya ‘tempat salat Id)” (HR. Ahmad 1/312, Ibnu Majah 3123).
Hikmah yang terkandung dalam hadis tersebut adalah:
1. Qorban berasal dari kata qariba – yaqrabu – qurban wa qurbanan wa qirbanan yang artinya dekat (Ibnu Manzhur: 1992: 1: 662; Munawir: 1984: 1185).
Maksudnya adalah mendekatkan diri kepada Allah, dengan menaati beberapa perintahnya.
2. Dalam kata agama “udhhiyah” banyak bentuk kata “dhahiyyah” yang berasal dari kata “dhaha” (waktu dhuha), yaitu operasi pada saat dhuha pada tanggal 10 sampai dengan 13 bulan Dzulhijjah. Dari sinilah muncul kata Idul Adha.
Qorban atau udhhiyah dalam syariah, menyembelih hewan dalam rangka beribadah kepada Allah pada hari haji atau Idul Adha pada tiga hari Tasyriq, yaitu pada tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah.
3. Derajat hukuman bagi yang tidak berkurban, sebagaimana hadis di atas, adalah bahwa ulama Hanafi berpendapat bahwa berkurban wajib bagi mereka yang bisa dan tidak bisa melakukan perjalanan (safar).
Sedangkan Imam Maliki, Syafi’i dan Hambali sepakat bahwa hukum kurban adalah sunnah bukaqad.
“Berdoalah kepada Rabb-mu dan berkurbanlah” (QS. Al Kautsar : 2).
Sebuah hadits yang menekankan sunnah sukkad, dari Ummu Salamah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Tuhan memberkati
“Apabila telah masuk 10 hari pertama bulan Dzulhijjah dan salah seorang di antara kalian ingin berkurban, maka janganlah kamu menggunting (memotong) rambutnya dan bulu badannya (yang dijelaskan sebagian ulama: kuku) meskipun sedikit.” SDM.
4. Imam Asy Syafi’i shalallahu alaihi wa sallam berkata: “Dalam hadits ini jelas bahwa hukum udhiyah bukanlah hukum karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika kamu mau . untuk berkurban…”. (HR. Al Baihaqi dan Al Kubro, 9: 263) Ungkapan “kalau mau” menunjukkan bahwa kurban itu tidak wajib.
Pernyataan “jangan masuk mushalla (tempat salat Idul Fitri)” menunjukkan kuatnya perintah berqurban karena sifatnya berdasarkan sunnah perintah sukkad, sehingga tercela bagi yang meninggalkan kurban. tanpa alasan syar’i.
Hadits di atas merupakan peringatan bagi orang-orang yang mungkin mengorbankan dirinya, namun menolak melakukannya.
Konteks Hadits yang berkaitan dengan Al-Qur’an
1. Al-‘udhiyah atau an-nusuk atau an-nahr atau yang disebut dengan ibadah kurban adalah ibadah besar yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dan berkurban” (QS. Al Kautsar : 2).
2. Hewan yang dikurbankan adalah bahiimatul an’am yaitu unta, sapi, kambing dan domba. Allah Ta’ala berfirman:
Dan
“Dan barang siapa yang Kami perintahkan untuk dikurbankan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah dan bahimatul an’am yang Allah berikan kepada mereka, maka Tuhanmu adalah Tuhan yang maha kuasa melakukan apa saja, maka kamu taat dan sampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang menaatinya.” Tuhan. (QS. Al Haj : 34).
Penonton wal Live Sholat Idul Adha Rahimakumullah
Harapannya, kita mempunyai rasa sosial untuk berbagi dengan sesama dan bisa memberikan nilai lebih kepada orang-orang di sekitar kita, karena orang yang baik adalah mereka yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Aamiin ya Rabbal alamin.
Tuhan memberkatimu, Tuhan memberkatimu, Tuhan memberkatimu
Dan
َأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَاسْستَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ
Tuhan memberkati
Pelajaran 2
Tuhan memberkati, Tuhan memberkati
Tuhan memberkati, Tuhan memberkati
Tuhan memberkati, Tuhan memberkati
.اَللهُ أَكْبَرُ
Tuhan memberkati
dan الْحَمْدُ لِلَّهِ
Tuhan memberkati
Insya’Allah
Menyaksikan itu
Tuhan memberkati
Tuhan memberkati dia dan memberinya kedamaian
فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْى اللَّهِ عَزَّ وَ ison لَمُوْا َنَّ الَّامَر َكُمْ بِاْمْرٍ عَمْرٍ عَمِيَ, pada.
Tuhan memberkati
Tuhan
Alhamdulillah فقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن
Tuhan mengampuni Muslim dan Muslim
Tuhan memberkati
Tuhan bukanlah Tuhan dari Tuhan.
Tuhan diatas ِرِ الحَقَّ بِالحَقِّ
وَالهَادِي اِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ. Semoga Allah memberinya kedamaian dan keberkahan ِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ
لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ انْفُسِكُمْ عَزِ Ocked ٌ رَّحِيْمٌ
فَاِنْ تَوَلَّوْ فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا لَّهَ لَّهُوَ
Allah adalah penguasa kerajaan Allah.
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَ
وَاللّهُ يُؤْتِيْ مُلْكَهٗ مَنْ يَّشَاۤ pers.
رَبَّنَا عتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الاخِرَةِ حَ ek
وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الأَبْرَارِ
يَا عَزِيْزُ بَا غفَّارُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى س ient
وَالْحَمْدُ لِلَّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ
Tuhan memberkati
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْونَ وَاذْكُروا اللهَ عْلَ عَلَّةَ