TRIBUNNEWS.COM – Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR) merilis laporan yang memprihatinkan tentang kondisi warga Palestina yang ditahan Israel.
Terungkap bahwa di penjara, ribuan warga Palestina mengalami kondisi yang mengerikan, ditawan dan bahkan diberi minuman beralkohol.
Laporan yang dikutip dari TRT World menggambarkan gambaran mengerikan tentang pelanggaran HAM serius yang dilakukan para ahli Palestina.
Laporan OHCHR, “Penahanan dalam Konteks Permusuhan di Gaza (Oktober 2023 – Juni 2024), memberikan kesempatan untuk menguraikan perlakuan tidak manusiawi terhadap para tahanan.
Dari alamat laporan tersebut terlihat sebagian besar dari mereka diculik setelah tanggal 7 Oktober 2023.
Beberapa hari lalu, militer Israel membebaskan 15 tahanan Palestina melalui perbatasan al-Karara (Kissufim) pada Kamis (1/8/2024).
Menurut rekaman video yang dipublikasikan Al Jazeera, 15 tahanan Palestina dibawa ke Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di kota Deir el Balah di Gaza Tengah untuk menerima perawatan.
Mereka tampak kurus dan lemah ketika sampai di rumah sakit.
Tawanan yang dibebaskan menggambarkan pengalaman mengerikan saat dikurung di sel yang mirip sangkar, ditelanjangi oleh penyiksaan fisik yang berkepanjangan dan menyiksa.
Salah satu kejadian yang ia ceritakan kepada OHCHR adalah: “Tangan saya diborgol dan mata saya ditutup selama 55 hari dalam tahanan ini.”
“Bisa dibayangkan betapa sulitnya makan, tidur, bahkan bergerak, saya merasakan sakit di tangan dan punggung saya tak tertahankan… Kali ini saya tidak mandi,” kata salah satu narapidana.
Para saksi mata mengatakan bahwa mereka telah lama mengenakan cadar, tidak diberi makan, minum dan tidur, serta mengalami berbagai penyiksaan kejam, termasuk disetrum dan disundut rokok.
Yang meresahkan, laporan-laporan tersebut mencakup penggunaan anjing penyerang dan hukuman gantung terhadap tahanan di langit-langit dengan tangan terikat.
Laporan kekerasan seksual dan berbasis gender terhadap laki-laki dan perempuan semakin menegaskan betapa seriusnya pelanggaran-pelanggaran tersebut. Pertanyaan tentang keadilan dan transparansi
Laporan ini menyoroti contoh menyedihkan dari penahanan tanpa komunikasi, dimana banyak tahanan ditahan di tempat-tempat rahasia, benar-benar terpisah dari tempat mereka sendiri.
Beberapa dari orang-orang ini mengatakan bahwa mereka akan kembali ke keluarga mereka ketika mereka merasa malu.
Seorang pria Palestina yang ditangkap di Ketziot menggambarkan bagaimana dia berulang kali dipukuli di depan putranya, yang juga ditahan.
Dia juga memberi makan alkohol murni ketika dia meminta air untuk meminum obatnya.
“Mereka ingin mempermalukan saya dan membuat kami semakin menderita secara mental,” katanya.
“Beberapa tawanan mengatakan bahwa mereka diserang oleh anjing, sementara yang lain mengatakan bahwa mereka disiram air, atau tangan mereka diikat dan digantung di langit-langit,” tambah laporan itu.
Menurut OHCHR, banyak penahanan yang tidak memiliki justifikasi hukum yang jelas, dan menghambat akses terhadap peradilan yang sah dan adil.
Pihak berwenang Israel dituduh menggunakan penahanan administratif dan penangkapan massal sebagai alat pengumpulan intelijen dan represi politik.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)