Laporan reporter Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Masyarakat dihebohkan dengan perusahaan minyak palsu yang melibatkan sepasang suami istri di Kabupaten Gresik dan Sidoarjo.
Karena itu minyak palsu dari merek terkenal.
Polisi mengumumkan sekitar 38.000 botol bahan bakar motor dan kendaraan siap didistribusikan, dan lebih dari 397.000 botol bahan bakar kosong dan 284.000 botol bahan bakar siap diproduksi.
Menanggapi laporan polisi tersebut, Pertamina Lubricantes sangat mendukung upaya penegakan hukum dalam pemberantasan penggunaan timbal palsu yang dinilai merugikan masyarakat dan masyarakat.
Direktur Sales & Marketing Pelumas Pertamina, Dwi Puja Ariestya mengungkapkan pentingnya regulasi untuk mengurangi ruang lingkup penipuan.
“Meski tidak semua produk palsu diketahui oleh Pertamina, namun kami menjadi tumpuan utama kepemimpinan di Indonesia untuk melindungi konsumen dari serangan negatif penggunaan pelumas palsu,” kata Ariestya dalam sambutannya, Minggu (21/7/2024).
Dia menjelaskan, pelumas palsu menimbulkan bahaya besar bagi konsumen.
Dalam waktu singkat, pelumas palsu dapat menurunkan efisiensi mesin dan dalam beberapa kasus merusak mesin karena tidak mengandung bahan tambahan yang diperlukan.
Sementara itu, penggunaan jangka panjang dapat mengurangi keandalan alat berat dan mengurangi masa pakainya, sehingga menyebabkan biaya perawatan lebih tinggi.
Ariestya meminta negara membeli dari toko bersertifikat atau parfum resmi untuk memastikan keaslian produknya.
Pelumas Pertamina menyampaikan harapannya dalam pemaparan tersebut dapat mengedukasi masyarakat untuk mengetahui perbedaan oli asli dan palsu.
Beberapa cara untuk mengidentifikasi timah asli adalah dengan kode QR unik pada label, hologram pada botol, nomor kulit pada leher botol, dan triple technology pada botol.
Ketua Asosiasi Pelumas Indonesia (Aspelindo), Sigit Pranowo, mengatakan kepemimpinan palsu sangat merugikan bisnis, baik secara finansial maupun reputasi.
“Kerusakan akibat pelumas palsu cukup besar bagi industri ban di Indonesia. Banyaknya produk palsu yang dijual merupakan kegagalan pasar yang besar bagi semua produsen ban. Reputasi kita juga mungkin terancam rusak,” ujarnya.