Israel Makin Terancam, Serangan Drone Murah Hizbullah Bikin Loyo Iron Dome Seharga Rp 1 Miliar

Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV – Gencarnya serangan drone Hizbullah Lebanon di Israel utara semakin merusak kemampuan sistem pertahanan udara Iron Dome yang pernah dibanggakan Israel.

Tiga pejabat AS menyuarakan kekhawatiran tersebut setelah ketegangan Israel dengan Hizbullah meningkat.

Dalam laporan tertulisnya, para pejabat senior yang enggan disebutkan namanya itu meminta pemerintah Israel mewaspadai kerusakan Iron Dome.

Selain itu, rekaman baru-baru ini muncul di media sosial yang menunjukkan sebuah drone menghancurkan baterai Iron Dome.

Meski isi videonya tidak menjelaskan secara detail lokasi Iron Dome, namun warganet meyakini bahwa Iron Dome yang runtuh merupakan perisai antipesawat Israel.

“Kami memperkirakan setidaknya beberapa baterai Iron Dome akan kewalahan [sebagai respons terhadap serangan Hizbullah,” kata seorang pejabat senior pemerintah, menurut CNN International.

Menanggapi kekhawatiran pejabat AS, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membantah adanya kerusakan pada Iron Dome.

IDF mengatakan tingkat keberhasilan sistem tersebut sejauh ini adalah 95,6 persen. Sistem pertahanan udara Iron Dome Israel menembakkan rudal untuk menghentikan serangan yang datang. Pada Senin (10/6/2024) dikabarkan Kiryat Bialik di Haifa diserang Lebanon yang memasuki wilayah udara Israel. (khabarni)

Namun, seperti sistem pertahanan udara lainnya, sistem ini bergantung pada persediaan rudal pencegat dan dapat dikalahkan jika serangan yang masuk cukup kuat.

Jika Hizbullah terus melakukan serangan dengan senjata canggih dalam jangka waktu lama, hal tersebut dapat merusak kemampuan sistem pertahanan udara Iron Dome dan mengancam warga sipil Israel. Keuntungan Iron Dome di Israel

Iron Dome yang merupakan pertahanan udara Israel merupakan kubah besi yang dirancang untuk melindungi Israel dari serangan udara musuh seperti roket, artileri, dan mortir.

Uniknya, kubah besi ini bisa bekerja dalam kondisi cuaca apa pun.

Sejak diluncurkan pada tahun 2011, kemampuan Iron Dome dalam menghancurkan rudal musuh tidak dapat disangkal lagi.

Hal ini ditunjukkan oleh data yang dipublikasikan oleh Israel Defense Forces (IDF), dimana senjata yang diproduksi oleh Rafael Advanced Defense Systems Ltd milik negara Israel dan perusahaan Amerika Raytheon Technologies Cor dapat meningkatkan pertahanan Israel.

Sejak tahun 2012, Iron Dome Israel telah berhasil menembak jatuh 75% serangan roket di Jalur Gaza.

Jumlah tersebut terus bertambah, dengan tingkat keberhasilan intersepsi meningkat menjadi 80 persen dalam Operasi Protective Edge pada tahun 2014 dan 90 persen dalam Operasi Penjaga Tembok pada tahun 2021.

Padahal Israel saat ini baru memiliki 10 unit Iron Dome. Namun dengan Iron Dome, militer Israel bisa melancarkan tiga hingga empat serangan sekaligus.

Artinya senjata ini mampu melindungi area seluas 150 kilometer persegi, dengan sistem mendeteksi rudal pada jarak 4 hingga 70 kilometer.

Selain untuk bertahan dari serangan musuh, perisai ini juga dilengkapi dengan sistem rudal kinetik jarak pendek yang dapat menghancurkan rudal musuh dengan sekali tembakan.

Jika rudal tersebut merupakan ancaman, Iron Dome akan meluncurkan rudal dari darat untuk menghancurkannya di udara. Berapa nilai Iron Dome Israel?

Sayangnya, biaya operasional Iron Dome memakan sebagian besar anggaran. Menurut laporan yang diterbitkan situs militer Air and Space Forces Magazine, Israel harus membakar setidaknya miliaran dolar untuk setiap roket yang ditembakkan dari Iron Dome ke markas Hamas di Gaza, Palestina.

Israel masih enggan memberikan rincian mengenai hal tersebut. Rudal Iron Dome Israel (kiri) menembak jatuh roket yang ditembakkan kelompok Hizbullah di Lebanon. (Klip Tribunnews)

Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa rudal pelacak Tamir yang diluncurkan dari Iron Dome bernilai sekitar $40.000 atau 625 juta hingga $200.000 atau Rp 3 miliar.

Sementara itu, total biaya yang ditanggung Israel untuk mengoperasikan pencegat Iron Dome berkisar antara $50.000 hingga $100.000 per rudal, atau sekitar Rp 823 juta, menurut perkiraan mantan kepala Pusat Penelitian Luar Angkasa Fisher Institute, Tal Inbar. 1,6 miliar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *