TRIBUNNEVS.COM – Jumlah pengguna rokok elektrik atau vaping di Indonesia meningkat 10 kali lipat berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023.
Indonesia merupakan pengguna rokok elektrik terbesar di dunia. Saat ini pengguna rokok elektrik di Indonesia cukup tinggi. Sekitar 25 persen masyarakat Indonesia pernah menggunakan rokok yang sering disebut dengan vaporizer.
Jumlah tersebut, kata dia, jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah pengguna rokok elektrik di berbagai negara. Seperti Swiss, Amerika Serikat, Inggris dan Kanada, dan penggunanya menyasar remaja.
Namun pesatnya pertumbuhan pengguna vape di Indonesia tidak dibarengi dengan pemahaman yang baik tentang cara menggunakan perangkat secara bertanggung jawab.
Hal itu diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) 2023-2026, Budiianto.
“Sekarang vape sudah sangat dikenal, namun tantangannya adalah meyakinkan pemangku kepentingan bahwa produk ini berisiko rendah,” ujarnya dalam rangka Hari Vaping Sedunia yang diperingati pada 30 Mei 2024.
Melalui pengetahuan yang memadai, manfaat pengurangan faktor risiko dari produk inovatif ini akan semakin terasa.
Secara khusus, ia menjelaskan, banyak penelitian yang dilakukan di luar negeri yang menunjukkan bahwa vaping memiliki risiko lebih kecil dibandingkan produk tembakau konvensional.
Namun, belum banyak penelitian ilmiah dalam negeri yang dapat mendukung pengambilan kebijakan berbasis bukti.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menyatakan dalam situs resminya bahwa produk vaping bisa menjadi alternatif berisiko rendah bagi perokok dewasa.
“Mereka yang melakukan transisi penuh ke vaping akan merasakan manfaat yang lebih signifikan dibandingkan dengan pengguna ganda,” ujarnya
Ia yakin masyarakat Indonesia mulai merangkul vaping sebagai produk inovatif dibandingkan tembakau.
Hingga saat ini, kurang lebih 1.317 individu atau kelompok di berbagai provinsi telah mendaftar menjadi anggota.
Kondisi saat ini berbeda dibandingkan saat APVI pertama kali berdiri pada tahun 2015. Saat itu masyarakat masih belum mengenal vaping.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal APVI Garindra Kartasasmita mengatakan tema Hari Vape Sedunia 2024 adalah epidemi kesalahpahaman. sangat relevan dengan beberapa laporan terbaru tentang penggunaan produk vaping yang tidak tepat.
“Akhirnya persepsi terhadap vaping menjadi kurang baik dan menurunkan kepercayaan pemangku kepentingan.” Faktanya, penelitian Public Health England dengan jelas menunjukkan bahwa vaping memiliki penurunan risiko hingga 95 persen,” ujarnya.
Bendahara Umum APVI Rhomedal Aquino meyakini kaidah ilmiah menjadi landasan dalam merumuskan kebijakan publik yang seimbang. APVI terbuka jika lembaga penelitian di Indonesia ingin berkolaborasi dalam penelitian produk vape.
Oleh karena itu, pihaknya telah membina berbagai forum pertemuan dan diskusi bagi para pelaku dan aktivis industri vape, akademisi, dan pemerintah.
“Kita perlu terus bekerja sama agar produk vaping dapat meyakinkan lebih banyak perokok dewasa untuk beralih,” tambahnya.