TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sebagai pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus selalu percaya bahwa generasi muda dapat menjadi pembawa pesan universal dan memberikan solusi.
Hal ini bermula dari pengalamannya saat krisis tahun 2001 di Argentina.
Pengalaman ini menjadi titik awal lahirnya Scolas Occurrentes, sebuah platform dialog pemuda inklusif di bawah pengawasan Vatikan.
Ketika Paus Fransiskus tiba di Indonesia pada bulan September mendatang, Gerakan Global 5P, sebuah inisiatif global yang didirikan bersama oleh pengusaha dan filantropis Arsjad Rasjid dan Paus Fransiskus, serta para undangan SK Skolas Ocurrentes, akan datang ke Indonesia.
“Kami ingin generasi muda di Indonesia mempunyai pengalaman yang sama seperti di negara lain. Oleh karena itu, Arsjad Rasjid, salah satu pendiri dan presiden Gerakan Global 5P (bertepatan dengan kunjungan Paus ke Indonesia pada 26 Juli 2024): “ Pemuda Indonesia mempunyai kemampuan untuk mengubah lingkungan dan dunia disekitarnya.”
Mengingat asal usul Escolas Occurrentes, platform dialog budaya bagi pemuda ini dimulai di Argentina.
Saat menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires, Jorge Bergoglio, nama asli Paus Fransiskus, mengumpulkan sekelompok anak muda dari berbagai latar belakang agama dan sosial politik.
Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman, mengidentifikasi masalah, mencari solusi, dan mengambil tindakan praktis.
Bahkan setelah terpilihnya Paus, forum dialog budaya pemuda ini terus diadakan di Argentina. Baru pada tahun 2013 Paus bertemu kembali dengan para pemuda program tersebut dan mendengar tentang perkembangan mereka serta berbagai pencapaian positif mereka.
Paus meminta generasi muda di seluruh dunia memiliki pengalaman yang sama dengan generasi muda Argentina. Oleh karena itu, Escolas Occurrentes bertujuan untuk menjangkau lebih banyak generasi muda dari seluruh dunia.
Hingga saat ini, Escolas Occurrentes telah menjalin kerja sama dengan banyak lembaga internasional dan organisasi pendidikan di lima benua.
Mereka mempertemukan generasi muda secara inklusif dan memutuskan untuk bekerja sama menerapkan nilai-nilai universal dalam kehidupan bermasyarakat.
José María del Corral, presiden Scolas World, mengatakan bahwa Scolas tetap terasing dari budaya dan agama yang berbeda dan selalu memprioritaskan kontak budaya inklusif melalui pendidikan.
Ia mengatakan, semangat toleransi ini juga menjadi inspirasi yang selalu dibawa Paus Fransiskus setiap kali berkunjung dan juga menjadi alasan penting Skolas datang ke Indonesia.
Pasalnya, Indonesia sudah memiliki budaya menghargai perbedaan yang kuat, hal ini tentunya sejalan dengan misi Skolas.
“Kami yakin melalui dialog dan bimbingan dengan generasi muda di lebih dari 70 negara, kita dapat menjadi bagian dari warisan kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia,” ujarnya.
Pada saat yang sama, pihaknya juga belajar dari budaya, masyarakat, dan tentunya generasi muda Indonesia, ujarnya.
Oleh karena itu, penyatuan dua budaya, Skolas dan Indonesia, sangat membantu dalam memberikan nasehat kepada generasi muda berdasarkan realitas yang ada saat ini.